Seoul, 2020.
"Bum?" panggilan itu menggema ke seluruh bagian perpustakaan yang terletak di lantai tiga mansion Tuan Lee. Menyembul kepala sosok Kyuhyun di antara pintu, netra tertuju pada raga pria yang tertutup tumpukkan buku setengah rupanya.
"Ya?" si jenama menyahut, kacamata kotak yang kini dipakai itu turun sedikit, pasti karena lama menunduk.
"Segeralah turun, Ibu sudah selesai membuat sarapan."
"Ya, ya. Nanti."
Bukannya memilih kembali, si bungsu justru maju selangkah. Hawa tubuh netralnya kini bersatu dengan dinginnya AC, dan dipindahkan posisi berdirinya menjadi duduk tepat bersebrangan dengan Kibum dan buku-buku tua itu.
Kibum menyadari tingkah Kyuhyun, sehingga terhenti aksi membacanya.
"Aku bilang nanti."
Kyuhyun tidak puas akan gertakan sahabatnya, maka disandarkan tubuh itu pada kursi tua jati berbantalan hijau. Tidak memiliki intensi untuk kembali.
"Aku tahu, aku tahu. Aku akan tunggu kau."
"Tidak usah."
"Kenapa?"
"Karena itu membuang waktumu?"
"Aku akan mati dalam 10 hari, kau pikir aku akan melakukan apa?"
Benar. Tiga belas saudara berpenyakit itu berhasil melewati satu hari berat mereka bersama, dengan cara sendiri-sendiri. Semenjak mayat sang ayah berpindah tempat mereka yakin tidak ada tempat paling aman kecuali mansion tua ini. Selain letaknya terpencil dan akibat radiasi bekas bom jamur di tahun 1988-sehingga tidak ada juga yang mau mengusik, rumah ini telah sepenuhnya berpindah ke tangan mereka.
"Hal yang lebih baik daripada membuang waktu, Hyun."
Kyuhyun mengangguk sekali.
"Tidak baik berkata seperti itu ketika kau sendiri membuang waktu."
Kibum berhenti lagi dari bukunya, mengedar mata kepada sekeliling, melihat tumpukkan buku yang sudah dia baca. Ketebalannya tidak ada yang kurang dari 30 cm, semalaman dia tidak kembali ke kamarnya karena hal ini.
"Apa yang kau cari?" tanya Kyuhyun.
"Tidak ada."
"O, pasti sangat penting kalau kau sampai tidak ingin memberitahuku."
"Memang tidak ada."
Kyuhyun bangkit dari kursi, melongo ke arah buku bacaan Kim Kibum yang sudah ia tumpuk dekat meja pengembalian.
"Kompilasi Koran Tahun 1988."
"Reaksi Kimia Terhadap Anak-Anak."
"Manipulasi Mukjizat... Hei, apa kau sedang berusaha memecahkan sesuatu?"
Sekali lagi helaan napas dari sang pemuda tereluh berat. Kyuhyun bukan tandingan yang mudah untuk ditipu. Bila yang dihadapannya adalah Kangin atau bahkan Heechul, mungkin saja dua orang itu sudah pergi sekarang.
Tapi Kyuhyun, Si Jenius ini tidak akan berhenti mencari tahu.
"Baik... baik... Aku beri tahu."
Si Bungsu kembali duduk dengan rapi, siap mendengarkan penjelasan dengan seksama.
"Hyukjae hyung, Donghae hyung, dan Siwon hyung..."
"Eunsihae."
"Ya, mereka! Tetap panggil mereka dengan hyung, kau paham? Mereka menyuruhku untuk bermain detektif lagi. Kupikir mungkin memang itulah hal yang harus aku lakukan selama aku ada di sini... Mungkin itu kegunaanku? Ya.... Omong-omong, aku pikir dibanding mencari bagaimana cara kita untuk tetap hidup, lebih baik cari bagaimana cara untuk kita agar tidak mati, bukan begitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
13 Diseased Lads ━ SUPER JUNIOR.
Adventure3 Februari 1988. Rumah kami luluh lantak. Terkena bom nuklir yang membuat seluruh jiwa dan raga hancur. Tetapi, bukan punya kami. 13 dari kami adalah orang beruntung, katanya. Dipungut miliuner kaya harta dan kuasa. 13 dari kami adalah orang beruntu...