🐌 XXI 🐌

14 6 1
                                    

Boleh jadi, hal yang sangat luar biasa yang akan terjadi, itu tida ingin dilihat.

🐣🐣🐣

OSIS SMA Bintang Angkasa sejak beberapa tahun terakhir memiliki program kerja salah satunya adalah mengadakan pentas seni setiap akhir tahun. Acara itu terbukti sukses menghibur dan selalu ada di tahun-tahun selanjutnya.

Waktu satu bulan rasanya sudah cukup untuk mematangkan semuanya. Properti yang disiapkan Tito dibantu anggota teater lainnya telah siap terpasang di atas panggung. Kali ini tema yang dibawakan agak modern, berbeda dengan saat perlombaan yang menggunakan tema kerajaan.

Hari ini juga, kebanggan ekskul teater akan diumumkan. Kejuaraan dalam perlombaan akan disebutkan bersama dengan ekskul-ekskul lain yang mendapatkan pemcapaian prestasi luar biasa selama satu tahun terakhir.

Kini, giliran ekskul teater yang akan menjalankan misinya. Banyak penonton sudah sangat menantikan penampilan dari mereka.

Saat lomba kemarin, Cia dan Bagus sukses memerankan peran utama. Maka kali ini Lulu akan menunjuk mereka lagi sebagai pemeran utamanya.

"Oke semua udah siap? Lulu sebagai tante Dara, Bagus sebagai om Bara. Lalu ada gue sebagai tante Kejora, Candra sebagai suaminya tante Dara, dan Elena sebagai Cia, benar semua?"

"Benar Bu ketua!" jawab mereka berbarengan secara kompak.

Lulu tersenyum senang, jujur saja, ada yang bergemuruh sangat cepat di dalam dadanya. Ia sangat takut kali ini, gugup, dan keringat dingin entah sudah berapa kali ia usap agar tak ada satu pun orang yang tau kalau Lulu sedang cemas.

Masalahnya, ini ide cerita, konsep, semuanya atas pemikirannya sendiri. Bila di panggung nanti ancur, maka ekskul teater akan malu dibuatnya.

"Iya, ini dia langsung saja kita saksikan penampilan dari ekskul teater!" teriak MC di atas panggung menyambut mereka para anggota teater.

Ruangan seketika gelap, hanya ada lampu yang menyorot Cia yang berperan sebagai Dara. Riuh tepuk tangan menggema di seluruh ruangan. Andai kalian tahu, di tengah-tengah mereka semua terdapat Bara juga Dara. Mereka tidak tahu satu sama lain. Vie dan Tita menjaganya agar semua itu tidak akan terjadi. Bara dan Dara tidak boleh saling temu dulu.

"Hiks ... hiks ....." Cia memulai adegannya dengan menangis. Ia pun melanjutkan ke adegan berikutnya.

Cia bangkit dan ekspresinya begitu marah, semua badanya hitam akibat kebakaran itu.

"Kisahku dua tahun yang lalu, tidak bisa dikatakan masalah yang kecil. Aku, menjadi saksi atas kebisuanku sendiri. Aku membenci diriku sendiri yang saat itu masih mencintai orang yang mengkhianatiku, mencintai orang yang telah membunuh suamiku!"

Semua berjalan dengan lancar, penonton rasanya sudah mulai menikmati. Cia berjalan keluar panggung dan mengganti kostumnya. Sampai ia berada di sebuah dapur bersama Bagus. Mereka asyik membuat sebuah makanan di sana. Canda tawa mengisi semua kegiatan mereka.

"Kamu janji, ya, kita akan sama-sama jadi koki yang hebat. Kita juga akan sama-sama terus kayak gini," ucap Dara sembari memberikan jari kelingkingnya sebagai tanda perjanjian.

Bara tersenyum gemas dengan gadisnya, ia pun menautkan  jari kelingking miliknya dengan milik Dara. "Aku janji akan terus ada sama kamu dan kita akan jadi koki terkenal sepanjang masa."

Keduanya tersenyum, dan adegan pun berganti menjadi perselingkuhan Bara. Penonton sangat dibuat gemas sendiri. Sedangkan penonton Bara dan Dara merasa sangat malu akan hal ini.

Kejadian itu terulang lagi, Cia yang memerankan Dara kini bermain dalam kobaran api.

"Mas, Cia di mana?"

"Aku kira, Cia bersamamu."

"Tolong selamatkan Cia, Mas. Selamatkan anak kita ...." rengek Dara kala itu.

Indra pun masuk kembali ke toko itu, menyelamatkan sang putri yang terjebak di dalam sana. Setelah Indra masuk, Dara merasa ada yang memerhatikannya sejak tadi. Benar saja, seorang lelaki yang tak Dara ragukan lagi adalah Bara sedang ada di bawah pohon, berdiri dengan santainya sembari menenteng drijen di tangannya.

Adegan Kejora yang diperlakukan kasar oleh Bara pun diperankan di sini. Namun, tidak terlalu kasar sehingga menimbulkan hal yang tidak baik kepada para penonton.

"Jika seekor domba terpisah dari kelompoknya, maka ia akan merasa senang sesaat, Ibu. Namun, jika aku tidak keluar dari kelompok maka aku akan menjadi manusia yang tidak tahu apa isi dunia, bagaimana manusia lainnya, tidak pernah merasakan susah senang menderita, dan aku tidak akan merasakan kasih sayang dari orang yang kucintai, Ibu. Tolong, izinkan aku bersama ia yang kucintai," ucap Elena sebagai Cia.

Ucapan itu dimaksudkan agar Cia bisa berhubungan dengan Bagus lagi. Karena sesungguhnya ini semua bukan salah anak-anak mereka melainkan para orang tua yang berkonflik dan sampai saat ini belum dirampungkan.

Acara ini dimaksudkan bukan untuk menyinggung beberapa pihak, melainkan menjelaskan kesalahpahaman yang sudah terjadi cukup lama ini.

🐣🐣🐣

"Cia, kenapa kamu mempernalukan ibu di depan semua orang, hah?!" bentak Dara. Mereka semua sudah berada di rumah Tita. Wulan pun sudah ambil posisi untuk menenangkan Dara.

"Ibu kira penampilanmu akan wau! Tapi apa? Wau, kamu sukses membuat ibu harus menyembunyikan wajah ini di depan semua."

Cia menunduk, tak berani menatap mata sang ibu. Ini memang kesalahannya, Cia pantas untuk murka ibunya. Tetapi, apa ibunya itu tidak bisa menyimpulkan apa yang ada dalam drama teater itu?

"Stop! Cukup, Tanye. Cia enggak salah apa-apa. Tujuan dia baik, dia ingin menjelaskan apa yang enggak Tante ketahui dan apa yang enggak om Bara ketahui. Cia tahu semua masa lalu kalian, apa kerusakan hubungan kalian, dan Cia hanya ingin menjelaskan itu," ujar Vie menjelaskan. Ia tidak tahan melihat Cia yang tidak bersalah terus-terusan diperlakukan seperti pencuri.

"Udah, Teh. Enggak apa-apa ibu marahi aku. Ibu gak salah, Teh. Aku yang salah, seharusnya aku tidak pernah lahir di dunia ini. Seharusnya ibu menikah dengan om Bara dulu. Jadi Cia gak akan ada di dunia ini." Cia menjeda ucapannya. Ia melihat satu persatu orang yang ada saat ini.

"Cia pergi, permisi ...." Cia pun pergi dari rumah Tita. Tak ada yang mencegahnya, mereka pikir Cia akan berusaha menenangkan diri terlebih dahulu.

Langkah Cia terhenti di sebuah taman dekat rumah Tita. Gelap, sunyi. Hanya diterangi beberapa lampu taman yang menyinari. Cia duduk di salah satu bangku di sana. Tidak, ia tidak ingin menyalahkan ibunya. Ia tidak ingin mencari siapa yang salah dan siapa yang benar. Ia hanya ingin menenangkan suasana hatunya agar tidak tersulut emosi.

Beberapa menit kemudian, derap langkah seseorang mengejutkan Cia. Lantas, Cia memasang sikap siaga untuk berjaga-jaga.

"Lo Cia, kan? Cewek yang waktu itu hampir gue tabrak di stasiun?"

🐣🐣🐣

15 Oktober 2020

Bintik HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang