1. Silent

258 33 5
                                    


"Mimpi buruk lagi?" Tanya Joshua. Orang pertama yang Jeonghan lihat begitu membuka mata

"Kapan kau datang?"

"Baru saja"

Jeonghan hanya mengangguk masih berusaha mengumpulkan kesadarannya. Sepertinya ia baru saja terbangun dari mimpi buruknya entah apa itu tapi yang jelas jantungnya berdegup kencang dan terasa sesak, sudah pasti yang ia impikan tadi bukan hal yang menyenangkan.

"Lebih baik kau tidur dikamarmu, akhir-akhir ini udaranya makin dingin" Joshua mengingatkan namun tidak ada respon dari lawan bicaranya.

Jeonghan menatap laptop yang masih menyala dan lembaran kertas yang berserakan dimejanya. Sekarang ia baru ingat beberapa jam yang lalu Jeonghan tengah sibuk mengerjakan pekerjaannya dan tertidur sebelum sempat menyelesaikannya. Jeonghan mematikan laptopnya lalu menata sembarang tumpukan kertas-kertas itu. Menyilangkan kedua lengannya dan kembali bersandar dimeja mencoba untuk tidur. Dirinya sudah terlalu lelah untuk melanjutkan kembali pekerjaannya. Terlalu lelah untuk melangkah ke tempat tidurnya. Dan terlalu lelah untuk berbicara dengan Joshua.

Jeonghan selalu punya masalah dengan tidurnya. Ia tidak akan tidur sampai badannya benar-benar lelah, mungkin salah satu penyebabnya karena ia sering bermimpi buruk dan mimpi itu kini semakin sering datang. Joshua melepaskan mantelnya. melangkah ke dapur dan kembali dengan dua gelas susu hangat. Ia meletakkannya dimeja dan duduk disebelah Jeonghan.

"Kau marah?" Tanya Joshua.

Jeonghan tidak menjawab. Dia tidak perlu menjawabnya karena bahkan jika ia benar-benar marah, ia tidak akan mengatakannya langsung pada Joshua tapi ia akan pastikan Joshua tahu kalau ia marah.

Entah sejak kapan mereka mulai jarang bicara. Joshua sibuk dengan kegiatannya ketika Jeonghan akhirnya bisa mendapat libur dari pekerjaannya. Tidak mudah bagi Jeonghan mendapatkan cuti dan ketika ia akhirnya senggang, Joshua justru sibuk dengan yang lain.

Jeonghan tahu ia tidak seharusnya marah. Ia membayangkan bagaimana jika mereka bertukar tempat, apakah Joshua juga akan marah ketika ia sibuk bekerja? Tidak, Joshua tidak pernah marah. Bahkan ketika Jeonghan tidak menghubunginya, Joshua tidak pernah sekalipun marah. Ia selalu menunggunya pulang dengan sebuah senyuman hangat. Senyuman favoritnya.

Jeonghan tidak marah. Mungkin hanya sedikit kesal ketika Joshua mengabaikan pesannya.

Jeonghan tidak marah.Mungkin hanya sedikit cemburu ketika Joshua nampak sangat senang mendapat hadiah dari orang lain tapi tidak darinya.

Jeonghan tidak marah. Mungkin hanya sedikit sedih ketika ia tidak bisa menghibur Joshua atau sekedar menjadi tempatnya bersandar.

Jeonghan tidak marah. Mungkin hanya sedikit merindukannya. Merindukan kehadiran Joshua disisinya.

Sungguh, Jeonghan tidak marah. Mungkin dirinya sendirilah yang berpikir terlalu jauh dan terluka dengan pikiran negatifnya sendiri.

Saat kau menjalin suatu hubungan untuk waktu yang lama. Akan ada saatnya ketika kau merasa bosan. Ada saatnya ketika Joshua dan Jeonghan butuh waktu bersosialisasi dengan yang lain karena bagaimana pun juga dunia tidak hanya berputar disekitar mereka. Ada saatnya pula ketika mereka butuh waktu sendiri tanpa diganggu siapapun. mereka akan saling menunggu dengan sabar namun tidak saling meninggalkan. Mereka tetap berdiri disana jika sewaktu-waktu mereka butuh tempat kembali. Mereka akan menyambut satu sama lain dengan pelukan hangat.

Jeonghan adalah yang tertua tapi dia payah mengontrol emosinya. Tidak seperti Joshua yang selalu tenang. Jeonghan lebih mudah marah dan kadang tidak dewasa tapi Joshua selalu berusaha mengerti. Dan sekarang adalah giliran Jeonghan untuk mengerti keadaan Joshua.

Joshua mengelus kepala Jeonghan penuh kasih. Ia tahu saat ini Jeonghannya sedang marah tapi ia memilih untuk diam, menunggu Jeonghan membuka dirinya sendiri. Joshua tahu tidak akan ada gunanya memaksa, Jeonghan hanya akan semakin menutup diri. Jadi yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah diam dan menunggu.

Diluar sana rintik hujan mulai turun. Memecah keheningan diantara keduanya. Udara yang semakin dingin dan suara detik jam yang terus melangkah maju menandakan waktu tengah malam kini telah berganti hari. Tepat 1 tahun 10 bulan sejak mereka berdua memutuskan untuk hidup bersama.

"Hey shua..." Panggil Jeonghan pelan, masih dengan posisi yang sama enggan menatap Joshua.

"Aku mencintaimu, bahkan ketika waktu terasa begitu sulit" Ucap Jeonghan sebelum akhirnya tertidur lelap.

Joshua yang masih setia duduk sembari mengelus kepala Jeonghan hanya bisa tersenyum, merasa bersalah sudah membuat Jeonghannya begitu khawatir. Joshua tetap disana melewati malam dingin yang kian larut bersama Jeonghan disisinya.


Even when we started doubt each other.
Let's keep holding hands and fight together.


***



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Journey - JiHanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang