[ elpeeda | tacenda ]
•
•
•
tacenda: (n) things better left unsaid, matters to be passed over in silence.
•
Minhee menuruni tangga dengan terburu. Matanya melirik jam yang ada di pergelangan tangannya. Jarum jam menunjukkan pukul delapan yang berarti waktunya untuk menempuh perjalanan menuju kantor hanya tersisa lima belas menit kurang.
Ini pasti gara-gara semalam ia sibuk melamun sampai tak sadar sudah lewat tengah malam dan baru betulan tidur pukul empat pagi. Seakan kesialannya tak cukup hanya bangun terlambat saking buru-burunya Minhee tak melihat ada pijakan yang lebih tinggi saat berjalan ditrotoar membuatnya tersandung lalu jatuh tersungkur.
"Malu hueeeee" Berusaha berdiri walau nyeri langsung menyerang lututnya, dilihatnya bahkan celananya robek sedikit dibagian lutut. Ia tampak berantakan sekarang.
Celananya robek dibagian lutut, kemejanya sedikit kotor karena bergesekan dengan trotoar saat tersungkur tadi. Minhee ingin menangis saja rasanya sebelum sebuah tangan yang memegang tisu basah terulur padanya yang sedang membungkuk memeriksa lututnya.
Minhee tahu betul siapa yang saat ini ada di depannya. Dari sekian banyak kesempatan dirinya bertemu dengan orang-orang dari masa lalu kenapa harua dia? Kenapa Minhee harus bertemu dengan Yunseong lagi?
Baiklah sepertinya Tuhan memang sedang menguji kesabarannya hari ini. Ia bahkan sudah tidak peduli lagi akan keterlambatannya.
"Ngga bakal bersih kalo digituin doang" Minhee berhenti menepuk-nepuk lututnya mendengar apa yang dikatakan Yunseong kemudian tersenyum kecil. Masih sama seperti dulu. Sepertinya semua tentangnya masih sama.
Kecuali hatinya.
"Terima kasih." Minhee memilih mengambil tisu basah yang disodorkan Yunseong kemudian kembali membungkuk membersihkan lututnya. Kenapa pula nodanya sulit dibersihkan? Apa sengaja agar ia lebih lama bersama dengan lelaki itu? Yunseong juga kenapa tidak lekas pergi? Itu hanya tisu basah yang bahkan tidak bisa dicuci.
"Ngga mau duduk dulu? Apa ngga pegel?" Minhee tersenyum. Memang kenapa kalau ia pegal? Apa lelaki itu bisa lagi memijit kakinya seperti dulu? Minhee rasanya ingin menertawakan diri sendiri. Bisa-bisanya mempertanyakan hal seperti itu yang bahkan jawabannya sudah jelas. Kemudian memilih bangkit dari bungkuknya berusaha memberikan senyum walau sulit. Tidak mudah bersikap biasa saja setelah apa yang terjadi diantara mereka di masa lalu. Terlebih hanya dia yang mengingat semuanya.
"Ngga hehe, gue udah biasa. Thanks buat tisunya, gue permisi." Minhee membungkuk sopan sebelum berjalan pergi sambil meremat tisu yang masih digenggamnya.
"Maaf tapi gue boleh tanya sesuatu?" Tangan Yunseong menahannya saat ia ingin cepat-cepat pergi dari sana. Berlama-lama bersama dengan Yunseong di tempat yang sama membuatnya ingin semuanya seperti dulu. Bahkan ketika ia ingin menggantung seberkas harapan, dilihatnya jemari Yunseong dimana ada sebuah cincin tersemat disana.
"Boleh, tanya apa?" Minhee berbalik tersenyum ramah kepada Yunseong. Tak ada yang bisa dilakukan saat ini selain menerima kenyataan. Lagipula jauh sebelum ia memilih pergi dari kehidupan Yunseong, meninggalkan semua tentang mereka di belakang ia sudah bersiap untuk semuanya, tapi tidak untuk kemungkinan bertemu dengan Yunseong lagi.
"Apa lo tau kantor ini lokasinya dimana? Gue rasa gue nyasar." Yunseong menyodorkan sebuah kartu nama sebuah perusahaan kepadanya. Minhee memicingkan matanya untuk melihat lebih jelas. Kini ia benar-benar yakin bahwa semesta sedang mengajaknya bermain.
KAMU SEDANG MEMBACA
• elpeeda | hwangmini •
Fanfiction| home stopped being a place when you entered my life | hwangmini's oneshot, ficlet, drabble, short story collection. disclaimer : • bxb, boys love • don't like don't read, you've been warned • all genre(s) • contain lots of sweet things • mpreg...