Pendekar Bayangan Malaikat menumpahkan seluruh perhatiannya ke arah sosok tubuh berbaju putih lusuh. Melihat keadaannya, tampak jelas kalau sosok yang terkapar dekat akar pohon, bukan kawan orang-orang yang berpakaian pengawal. Karena badannya tertelungkup, maka Pendekar Bayangan Malaikat tidak dapat mengenali.
"Dia pasti sudah tewas! Namun tidak salah jika aku memeriksanya," gumam laki-laki berbaju putih ini, seraya menghampiri.
Setelah tubuh yang menelungkup itu ditelentangkan, maka terkejutlah Pendekar Bayangan Malaikat. "Raja Pembual!" pekik Pendekar Bayangan Malaikat terkejut bukan main.
Laki-laki tua berbaju putih itu segera berjongkok. Langsung diperiksanya keadaan luka di tubuh Raja Pembual yang telah kaku menjadi mayat. "Dia seperti terbunuh oleh senjatanya sendiri!" sentak tokoh dari Gunung Dieng ini seakan tidak percaya. "Para pengawal itu pastilah Raja Pembual yang telah membunuhnya. Tapi siapa yang telah membunuhnya?"
Belum sempat Pendekar Bayangan Malaikat berpikir lebih lanjut, mendadak...
Wus! Slap!
Tiba-tiba Pendekar Bayangan Malaikat dikejutkan oleh suara mendesing dari arah belakang.
"Pembokong pengecut!" teriak Pendekar Bayangan Malaikat sambil mengibaskan tangannya yang telah teraliri tenaga dalam ke arah datangnya suara tadi.
Seketika angin kencang laksana topan menderu ke arah datangnya senjata rahasia yang meluncur deras ke arah Pendekar Bayangan Malaikat. Senjata rahasia berupa bintang segi empat tertahan di udara. Bahkan ketika Pendekar Bayangan Malaikat mengebutkan tangannya kembali, senjata yang mengambang di udara ini berbalik menyerang ke arah pemiliknya.
"Hih...! Uts!"
Terdengar seruan terkejut yang disertai melesatnya dua sosok bayangan putih loreng-loreng ke arah Pendekar Bayangan Malaikat. Laki-laki dari Gunung Dieng itu secepat kilat berbalik arah. Dan dia segera melihat kehadiran dua orang laki-laki bertampang angker bersenjata tombak bermata tiga.
Sedangkan yang satunya lagi bersenjata pedang pendek. Sekali melihat saja Pendekar Bayangan Malaikat sudah tahu kalau mereka ini tidak lain adalah orang-orang dari Istana Goa Darah.
"Kalian pasti tokoh-tokoh dari Istana Goa Darah!" dengus Pendekar Bayangan Malaikat sambil melolos senjata andalannya berupa rantai panjang yang diganduli bola baja berduri. "Coba katakan, siapa yang telah membunuh Raja Pembual, sahabatku!"
Hantu Pencabut Nyawa dan Iblis Wajah Sebelah saling berpandangan. Kemudian menggemalah suara tawa mereka. Sehingga, membuat Pendekar Bayangan Malaikat menjadi sangat marah.
"Rupanya kalian para iblis yang ingin mencari mampus!" bentak Pendekar Bayangan Malaikat gusar.
Iblis Wajah Sebelah maju kedepan. "Sobat! Bukankah kau yang berjuluk Pendekar Bayangan Malaikat?" tanya laki-laki yang sebagian wajahnya dibaluri darah mengering. Nada suaranya sengaja diramah-tamahkan.
Pendekar Bayangan Malaikat jika tidak melihat kematian kawannya, tentu ikut bersikap ramah. Bahkan mungkin pula terjebak oleh mulut manis Iblis Wajah Sebelah. Tapi sekarang suasananya benar-benar telah berubah. Kematian Raja Pembual baginya sudah cukup sebagai bukti, bahwa apa pun tujuan undangan yang diterimanya dari ratu Istana Goa Darah, segera akan berakhir dengan pembunuhan keji.
"Kalau benar, kau mau apa? Dan kalau tidak mau apa?" dengus laki-laki berbaju putih ini ketus.
Iblis Wajah Sebelah menyeringai. "Kalau kau memang benar Pendekar Bayangan Malaikat Gunung Dieng, Gusti Ratu kami telah menunggu kedatanganmu!" tegas tokoh ketiga Istana Goa Darah.
"Benar! Ratu kami telah menunggu kedatanganmu," dukung Hantu Pencabut Nyawa.
"Siapa bisa percaya dengan kata-kata manusia iblis!" bentak Pendekar Bayangan Malaikat.
"Mengapa kau berkata begitu?" tanya Iblis Wajah Sebelah, sambil berusaha menahan amarahnya.
"Agar kalian tahu! Raja Pembual adalah manusia polos. Dia sama sekali tidak pernah peduli kelicikan orang lain. Jika sampai tewas di tempat ini, jelas pembunuhnya tidak lain adalah kalian sendiri!" tegas tokoh dari Gunung Dieng ini berapi-api.
Wajah mereka yang tertutup darah kering itu tampak memerah. Jelas tidak ada cara lain untuk menjebak Pendekar Bayangan Malaikat terkecuali membunuhnya secara terang-terangan.
"Jadi, kau benar-benar tidak mau mengikuti kehendak kami!" desis Hantu Pencabut Nyawa dingin.
"Siapa yang sudi ikut?! Justru kedatanganku kemari, semata-mata karena ingin membunuh seluruh penghuni Istana Goa Darah!" sentak Pendekar Bayangan Malaikat.
"Begitukah?" gumam Hantu Pencabut Nyawa, tersenyum mengejek. "Apakah kau kira dapat keluar dari tempat ini dengan selamat?"
"Tentu saja! Karena kedatanganku kemari semata-mata ingin menghancurkan Istana Goa Darah dan seluruh penghuninya!" dengus Pendekar Bayangan Malaikat.
Melihat kenyataan ini, Iblis Wajah Sebelah segera menganggukkan kepala sebagai tanda untuk melakukan serangan.
"Hiyaaa...!"
Laksana kilat, Hantu Pencabut Nyawa melesat kedepan sambil melepaskan satu jotosan berisi tenaga dalam penuh. Ketika angin kencang berhembus menyertai berkelebatnya tubuh Hantu Pencabut Nyawa, segera tercium bau busuk bangkai yang terasa menyesakkan dada.
Namun Pendekar Bayangan Malaikat cepat menggeser langkahnya kesamping kiri dua tindak. Kemudian dikerahkannya jurus Sembilan Langkah Ajaib, salah satu jurus menghindar yang juga bisa melakukan serangan balik.
Serangan berupa jotosan yang mengarah pada bagian wajah Pendekar Bayangan Malaikat, mengenai tempat kosong. Bahkan tangan kanan laki-laki berbaju putih berikat kepala merah ini segera terjulur, dan langsung menangkap pergelangan tangan Hantu Pencabut Nyawa. Selanjutnya, tangan kirinya yang setengah menekuk menghantam dada dengan telak sekali.
Buk!
"Hukh!" Hantu Pencabut Nyawa mengeluh tertahan. Bahkan kembali satu tendangan kaki Pendekar Bayangan Malaikat menghantam perutnya.
Des!
"Akh...?!"
Sambil menjerit kesakitan Hantu Pencabut Nyawa jatuh terguling-guling. Dari mulutnya langsung menyembur darah kental. Dan dengan susah payah, dia berusaha bangkit berdiri.
Melihat kawannya dapat dibuat jatuh bangun hanya dalam dua gebrakan saja, Iblis Wajah Sebelah tampak marah sekali. Maka dengan mengandalkan jurus Tipuan Iblis, laki-laki berbaju putih bersimbah darah ini langsung melompat ke depan. Kedua tangannya yang berbentuk cakar dan berwarna hitam, menghantam kedada Pendekar Bayangan Malaikat.
Namun masih dengan mempergunakan jurus Seribu Bayang-Bayang, Pendekar Bayangan Malaikat segera menyambut datangnya serangan. Tubuhnya cepat melenting keudara. Setelah berputaran beberapa kali, tubuhnya melesat lagi ke bawah dengan satu hantaman bola baja berduri kebagian dada Iblis Wajah Sebelah.
"Heh?!"
Terdengar seruan kaget. Tokoh ketiga dari Istana Goa Darah ini terpaksa menarik balik serangannya, dan menjatuhkan diri sambil terus berguling-guling menyelamatkan diri dari sambaran senjata bola berduri.
Glar! Glar!
Terdengar ledakan berturut-turut pada saat senjata di tangan Pendekar Bayangan Malaikat menghantam tanah berbatu, di sebelah Iblis Wajah Sebelah. Sementara dengan muka berubah pucat seputih kertas, Iblis Wajah Sebelah bangkit berdiri.
"Mari kita bantai manusia sinting ini beramai-ramai, Sobatku!" teriak Hantu Pencabut Nyawa pada Iblis Wajah Sebelah.
Sret!
Segera Hantu Pencabut Nyawa mencabut pedang pendeknya yang berwarna merah darah.
Bet!
"Heaaa...!" Sambil berteriak nyaring, Hantu Pencabut Nyawa mengibaskan senjata di tangannya ke arah dada Pendekar Bayangan Malaikat. Tapi serangan mempergunakan senjata beracun itu segera terhalang oleh senjata bola baja berduri yang mengeluarkan suara menderu-deru.
Trak!
Tubuh Hantu Pencabut Nyawa tergetar hebat, ketika pedang ditangannya membentur bola berduri di tangan Pendekar Bayangan Malaikat. Bunga api tampak memijar. Sementara Pendekar Bayangan Malaikat sendiri sempat tersentak kaget.
"Hiyaaa...!"
Saat itu juga dari arah lain Iblis Wajah Sebelah yang telah mengeluarkan senjatanya yang berupa tombak pendek bermata tiga, mengirimkan satu tusukan kebagian lambung Pendekar Bayangan Malaikat.
Laki-laki dari Gunung Dieng ini sadar betul betapa berbahayanya senjata di tangan Iblis Wajah Sebelah ini. Untuk itu, dia melompat mundur sejauh tiga langkah kebelakang. Kemudian, bola baja berduri yang berantai panjang diputar sedemikian rupa, membentuk perisai.
Wus! Wus!
"Gila!" maki Iblis Wajah Sebelah sambil menyodokkan tombak pendek bermata tiga di tangannya. Namun dengan gesit, Pendekar Bayangan Malaikat berkelit. Tapi terlambat. Karena....
Cras!
"Akh...?!" Laki-laki berbaju putih ini terpekik, begitu bahunya sempat tergores ujung tombak Iblis Wajah Sebelah. Namun pekikannya segera melenyap. Walaupun bahunya telah mengucurkan darah dan menimbulkan rasa sakit sangat luar biasa, dia tetap juga mengayunkan senjata ditangannya begitu cepat ke arah bahu Iblis Wajah Sebelah. Dan....
Wus! Crak!
"Hugkh!" Iblis Wajah Sebelah tampak terhuyung-huyung begitu bola berduri Pendekar Bayangan Malaikat sempat mendarat di bahunya. Bajunya yang terobek besar mengalirkan darah kental.
Kedua laki-laki ini sama-sama melompat mundur ke belakang sejauh tiga batang tombak. Namun dari arah lain, Hantu Pencabut Nyawa yang merasa penasaran, telah melepaskan satu pukulan dahsyat jarak jauh ke arah Pendekar Bayangan Malaikat.
Seketika seleret sinar berwarna hitam pekat dan menebar bau busuk bangkai langsung melesat ke arah Pendekar Bayangan Malaikat. Udara di sekitarnya terasa dingin menyesakkan dada. Pendekar Bayangan Malaikat terkesiap, namun cepat mengerahkan tenaga dalamnya. Dia bersiap siap melepaskan pukulan Bakti Malaikat Putih.
Maka seketika tangan tokoh dari Gunung Dieng ini dikibaskan ke depan, dua leret sinar putih menyilaukan mata langsung menderu disertai gelombang angin kencang yang sangat panas menghanguskan.
Glar!
Terjadi benturan yang sangat dahsyat disertai ledakan dahsyat menggelegar. Suasana disekitar pertempuran menjadi porak-poranda. Pohon-pohon bertumbangan dan terbakar. Sementara Hantu Pencabut Nyawa dan Pendekar Bayangan Malaikat sama-sama terpelanting roboh. Dari mulut masing-masing tampak mengucur darah kental. Hantu Pencabut Nyawa bahkan merasa dadanya seperti remuk.
Sementara itu, Pendekar Bayangan Malaikat sudah bangkit berdiri. Dengan mulut menyeringai menahan sakit dibagian bahunya, dia segera menghadapi serangan-serangan ganas Iblis Wajah Sebelah yang bahunya telah terluka, terkena sabetan bola berduri Pendekar Bayangan Malaikat.
"Uts! Setan...!" dengus Pendekar Bayangan Malaikat ketika melihat tombak pendek bermata tiga di tangan Iblis Wajah Sebelah sudah menyodok ke bagian perutnya.
"Hiya...!" Pendekar Bayangan Malaikat berteriak nyaring. Tubuhnya langsung melenting keudara. Sementara seperti anak panah terlepas dari busurnya, Iblis Wajah Sebelah telah mengejarnya. Masih sama-sama berada di udara, Iblis Wajah Sebelah mengibaskan tombak ditangannya yang menimbulkan angin kencang.
Pendekar Bayangan Malaikat menarik kakinya yang menekuk dalam-dalam. Sehingga serangan Iblis Wajah Sebelah luput. Lalu laksana kilat, rantai besi berujung bola baja berduri diayunkan ke arah Iblis Wajah Sebelah.
Iblis Wajah Sebelah tampak sudah tidak mungkin menghindari serangan yang tidak terduga. Walaupun telah berusaha menghindari, tapi gerakan meluncur Pendekar Bayangan Malaikat terasa lebih cepat lagi. Akibatnya...
Wus!
Cras!
"Akh...!" Iblis Wajah Sebelah berteriak melengking kesakitan. Sebagian wajahnya yang terkena sambaran bola baja berduri tampak hancur mengucurkan darah. Sebelah matanya bahkan keluar dari dalam rongganya.
Iblis Wajah Sebelah meraung-raung seperti orang gila. Dan tanpa menghiraukan keadaan dirinya sendiri, dia menerjang ke arah Pendekar Bayangan Malaikat secara membabi buta.
Pada saat itu, Pendekar Bayangan Malaikat sendiri mulai merasakan pengaruh racun akibat tusukan tombak ditangan Iblis Wajah Sebelah tadi. Tubuhnya tampak terhuyung-huyung, dan pandangan matanya jadi berkunang-kunang. Walau begitu, dia masih mampu menghindari serangan membabi buta yang dilakukan Iblis Wajah Sebelah.
Bet! Slap!
Tokoh dari Gunung Dieng ini memiringkan tubuhnya ke kiri. Maka tombak Iblis Wajah Sebelah yang menusuk ke bagian leher lewat hanya setengah jengkal. Dan seketika itu pula, Pendekar Bayangan Malaikat menghantamkan rantai bola berduri ditangannya ke bagian perut Iblis Wajah Sebelah. Begitu cepat gerakannya, sehingga...
Bret!
"Aaa...!" Iblis Wajah Sebelah berteriak setinggi langit, begitu bola berduri Pendekar Bayangan Malaikat menghajar telak perutnya. Tubuhnya mengejang. Isi perutnya terburai keluar disertai cucuran yang tidak ada henti-hentinya. Senjata Iblis Wajah Sebelah terlepas dari tangan. Tubuhnya tersungkur ke depan, lalu terdiam untuk selama-lamanya.
Hantu Pencabut Nyawa tampak terkejut melihat kematian kawannya. Dia segera melompat ke depan dengan senjata terhunus di tangan kanan.
Pendekar Bayangan Malaikat sendiri saat ini makin merasakan hebatnya pengaruh racun yang mengeram di tubuhnya. Pandangan matanya berubah menjadi gelap. Kemudian dia jatuh terjengkang tidak sadarkan diri.
Hantu Pencabut Nyawa langsung tergelak-gelak melihat Pendekar Bayangan Malaikat roboh pingsan. Pedang pendek ditangannya yang berwarna merah darah, diangkatnya tinggi-tinggi ke udara.
"Aku baru merasa puas setelah mencincang tubuhmu, Pendekar Bayangan Malaikat! Hiyaaat...!" teriak Hantu Pencabut Nyawa.
Tubuh Hantu Pencabut Nyawa melesat kedepan dengan pedang terangkat tinggi-tinggi itu ke jantung Pendekar Bayangan Malaikat yang tergolek tidak sadarkan diri.
Namun di tengah saatsat yang sangat menegangkan, tiba-tiba menderu angin kencang seperti topan, menahan gerakan Hantu Pencabut Nyawa di udara. Tidak lama kemudian, dari arah datangnya angin kencang tadi tampak berkelebat dua sosok bayangan putih dan hitam.
Sosok bayangan hitam langsung menyambar tubuh Pendekar Bayangan Malaikat. Sedangkan sosok bayangan putih langsung menghantam dada Hantu Pencabut Nyawa. Belum hilang keterkejutan Hantu Pencabut Nyawa, tahu-tahu satu pukulan yang sangat keras menghantam dadanya.
Des!
"Aaakh...!" Laki laki ini terbanting keras menghantam pohon di belakangnya. Pohon sebesar pelukan orang dewasa itu tumbang menimbulkan suara gaduh.
"Hugkh!"
Hantu Pencabut Nyawa merintih kesakitan. Dengan tertatih-tatih dia berusaha bangkit berdiri. Perlahan matanya memandang ke depan. Dan tahu-tahu, di situ telah berdiri seorang pemuda berwajah tampan berompi putih yang menatap dingin.
Hantu Pencabut Nyawa terkejut bukan main. Terlebih-lebih setelah melihat Ki Subrata juga telah hadir di situ, memberi pertolongan pada Pendekar Bayangan Malaikat yang keracunan. Untuk menutupi rasa terkejutnya, Hantu Pencabut Nyawa langsung tertawa terbahak-bahak.
"Akhirnya kau datang juga memenuhi undangan kami, Pendekar Rajawali Sakti! Tapi jika beberapa waktu yang lalu kau dapat meloloskan diri, maka sekarang jangan harap lagi!" dengus Hantu Pencabut Nyawa sambil menyeringai mengejek.
"Hm. Bicaralah sesukamu! Aku pun telah siap menghadapimu sampai titik darah terakhir!" desis Rangga, dingin.
"Lihat serangan!" teriak Hantu Pencabut Nyawa. Tubuh laki-laki yang selalu menebar bau busuk mengganggu pernapasan ini melesat ke depan. Pedang merah di tangannya mengibas ke depan, sambil menyodok kebagian perut Pendekar Rajawali Sakti.
Saat itu juga, Rangga meliukkan tubuhnya, mempergunakan jurus Sembilan Langkah Ajaib. Ini adalah salah satu jurus yang sering dipergunakan Rangga, untuk memancing dan mengamati tingkat kepandaian lawan.
"Setan keparat!" geram Hantu Pencabut Nyawa begitu melihat serangan-serangan gencar yang dilakukannya luput dari sasaran.
Dengan perasaan jengkel, Hantu Pencabut Nyawa segera mengerahkan jurus pedang Perangkap Iblis. Salah satu jurus paling dahsyat, yang diwariskan Dewi Kemuning Penguasa Istana Goa Darah.
Jurus jurus yang dimainkan Hantu Pencabut Nyawa tampak berubah menyolok. Pedang ditangannya menderu-deru, mencecar pertahanan Rangga. Dalam hati, Pendekar Rajawali Sakti memuji kehebatan jurus andalan yang dimainkan lawannya. Tapi berkat jurus Sembilan Langkah Ajaib, semua serangan yang sangat gencar masih dapat dipatahkan.
"Hiya!"
Wut! Slap!
"Curang!" teriak Rangga.
Saat itu Pendekar Rajawali Sakti melihat, sambil menyerang dengan pedang pendeknya. Hantu Pencabut Nyawa juga melemparkan senjata rahasianya yang berupa bintang segi empat.
Rangga terpaksa melenting ke udara. Maka serangan senjata rahasia itu luput, dan terus menderu. Kemudian senjata rahasia itu menghantam beberapa batang pohon yang terdapat di belakang Rangga.***
KAMU SEDANG MEMBACA
152. Pendekar Rajawali Sakti : Istana Goa Darah
AksiSerial ke 152. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.