“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”
© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.“Aku akan pergi kalau Allah menghendaki. Hanya saja, aku mempunyai sesal lagi di hati”
***
“Ada apa?” tanya Daffa. Dia bangkit berdiri setelah lama duduk bersandar di tembok penjara.
“Ikut saya sebentar! Kamu memiliki kunjungan.” Seorang sipir memberitahu dengan nada tegas. “Halim sibuk, jadi dia meminta saya untuk membawa kamu ke ruang kunjungan,” tambahnya ketika menangkap raut wajah meragu dari Daffa Raffan.
“Benarkah? Siapa yang ingin bertemu?”
“Seorang pengacara bernama Farhan Maulana. Ayo cepat! Saya tidak punya waktu untuk menemanimu seharian.”
“Baiklah.”
Daffa menyetujui lagipula dia memang mempunyai janji bertemu dengan Farhan Maulana hari ini.
“Ah! Saya lupa…”
Si sipir berkata. Terdengar hinaan dari nada bicaranya. Dia menatap Daffa dengan tatapan dingin. Pada lelaki yang membalas menatap tapi dengan mata yang kosong.
“Kamu buta bukan? Kamu tidak bisa melihat bukan?” katanya lugas. Tidak peduli menyakiti perasaan Daffa.
Daffa diam.
Si sipir mendekat.
“Kemari kan tanganmu. Saya perlu menuntun kamu ke ruang kunjungan. Hanya dengan seperti itu supaya kamu tidak tersesat,” pintanya dengan tegas pula.
Daffa tidak keberatan. Dia mengangkat tangan kirinya dan membiarkan si sipir mengikatkan tali dengan kuat.
“Saya meniru cara perempuan itu menuntun kamu. Dengan mengikat pergelangan tangan kamu. Sayangnya saya tidak memiliki syal merah. Hanya seutas tali, kalau kamu tidak keberatan.” Si sipir berucap lagi, seperti sedang meledeknya. Bahkan dia mendengkus tertawa. “Kalian menjadi tontonan setiap hari di dalam lapas. Mereka berkata bahwa cinta memang ada. Lucu!” tambahnya dengan sarkas.
Daffa tidak menjawab. Hal yang biasa terkadang, jika mendapatkan hinaan di lapas. Hal yang wajar ketika mendapatkan perkataan sarkas entah dari napi ataupun dari sipir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surga di Balik Jeruji | Langit
SpiritualDemi mendapatkan nilai memuaskan untuk tugas akhir, Alya Sahira mahasiswi dari fakultas perfilman memutuskan membuat film dokumenter tentang kehidupan narapidana di lembaga pemasyarakatan, meliput kehidupan para pendosa yang mencari pengampunan Tuha...