22

3K 301 25
                                    

Itzy - Wannabe
0:00 ─〇───── 0:00
⇄   ◃◃   ⅠⅠ   ▹▹   ↻

🌷🌷

Rose menarik nafas dalam. Ia benar-benar gugup. Sekarang ia berada di sebuah aula, tempat dimana tahap awal dari ajang kecantikan dimulai. Sebuah ajang bergengsi di Korea yang tak lain adalah Miss Korea.

Awalnya Rosè tidak mau mengikutinya. Ia merasa belum pantas dan belum punya bekal apa-apa untuk mengikuti persaingan ini. Namun Jaehyun lah yang diam-diam membawa Rosè. Dan mau tidak mau, Rosè harus mengikutinya karena namanya sudah terdaftar.

Dan sekarang, dia tepat berhadapan dengan 3 orang pewawancara. Salah seorang adalah laki-laki.

"Nona Rosè-ssi.."

Rose menghalau gugupnya jauh-jauh.
"Nee.."

"Perkenalkan dirimu." Titah salah seorang pewawancara laki-laki.

Rose memasang senyum di wajahnya. Itu semua hanya semata agar ia tak terlihat gugup.

"Annyeong haseyo, Roseanne Park imnida. Umurku 21 tahun, dan berprofesi sebagai model."

Dari ketiga pewawancara, mereka semua langsung menulis sesuatu di kertasnya. Entah apa yang mereka tulis, sesekali melihat Rosè yang terdiam untuk memberikan begitu banyak penilaian.

Salah satu dari mereka buka suara,
"Jadi, kau belum lama pindah ke Korea dan besar di Australia?"

Rose mengangguk mantap.
"Nee.."

"Kau pasti fasih berbahasa Inggris.." papar pewawancara berusia sekitar 40 tahunan. Rose kembali tersenyum dan mengangguk.

"Bagaimana dengan pendidikan mu?" Tanya pewawancara lain yang belum berbicara.

"Dulu saat di Australia, aku mengambil jurusan administrasi bisnis dan sastra Korea. Namun aku memilih berhenti dan pindah ke Korea."

Ketiga pewawancara itu mengangguk. Mencatat apa yang barusan Rose ucapkan.

"Apa kau sendiri yang memutuskan untuk mengikuti ajang ini?"

DEG!

Entahlah, bukankah dia dipaksa oleh Jaehyun? Bukankah awalnya dia tak ingin mengikuti kontes ini?

"Awalnya aku mendapat saran dari teman, namun setelah berada disini, aku benar-benar ingin berjuang dan berusaha. Aku yakin dengan keputusanku."

Salah seorang pewawancara perempuan muda kembali buka suara,
"Jika kau diberi kesempatan untuk hidup satu kali lagi, kau ingin merubah sesuatu?"

Rose berpikir sejenak. Selama ini hidupnya penuh kesulitan, bahkan sejak di Australia. Kehilangan orang tercinta begitu cepat dan mendapat perlakuan tidak manusiawi dari ibu tiri. Lalu dijual, dan menjadi budak. Hidupnya begitu menyedihkan.

Selama ini dia tersudut. Dipandang sebelah mata. Menjadi pihak yang diremehkan. Dianggap sebagai benalu, bahkan dianggap membawa petaka. Ia harus membungkam tangisnya saat memikirkan betapa tak berharganya dirinya sebagai manusia.

"Jika aku diberi kesempatan untuk hidup sekali lagi, maka aku tidak akan merubah apapun..."

Rose tersenyum. Air matanya menggenang.
"...aku yakin Tuhan menyiapkan semuanya. Setiap apa yang aku alami bukan tanpa alasan. Meski pahit, aku akan belajar dari sana. Karena bagiku, itu adalah pengorbanan. Aku hanya akan menjalani hidup seperti yang telah tergaris dan terus berdoa."

Ketiga pewawancara terdiam sejenak. Mereka menatap Rose dengan raut berbeda. Rose bahkan tak bis membaca raut itu. Biasanya mereka akan menulis sesuatu di kertas, namun kali ini tidak. Mereka hanya diam, membuat Rosè bingung.

Devenir AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang