Sebuah taksi berhenti di depan pintu gerbang sekolah yang terbuka lebar. Seorang pria turun dari taksi tersebut setelah membayar. Pandangan pria itu terpaku pada gedung sekolah yang sudah sepuluh tahun ia tinggalkan. Gedung dan pemandangan sekolah sudah berbeda namun entah kenapa pria itu merasa tidak asing, merasa rindu dengan tempat ini meski tempat ini menyimpan kenangan yang menyakitkan hatinya.
“Hey Gulf!” Gulf merasakan seseorang menepuk pundaknya dan saat Gulf menoleh, ia melihat salah seorang temannya sedang menyapanya. “Masih ingat gue?” tanya orang itu.
“Tentu saja, Singto.” Gulf membalikkan badannya lalu memeluk teman seangkatannya itu. “Apa kabar?” tanya Gulf sambil memperhatikan penampilan Singto dari atas sampai bawah. “Lo kok gak berubah.” komentar Gulf.
“Hahaha… masih cupu?”
“Masih terlihat pintar yang aslinya memang lo pintar.” Singto tertawa kecil mendengar komentar Gulf.
“Bisa aja lo, yuk masuk.” ajak Singto mulai berjalan masuk ke area sekolah, Gulf ikut berjalan di belakang Singto. “Ini sekolah sudah berubah tapi gue masih merasa familiar ya.” komentar Singto.
“Iya, gue juga merasakan hal yang sama. Panitia nya siapa sih? Ide banget ngadain reuni di sekolah langsung.”
“Entahlah, gue dapet undangan reuni dari email. Lo?”
“Gue dari sms yang gak dikenal. Gue udah takut aja itu pesan iseng tapi ternyata enggak.” Gulf dan Singto berhenti berjalan saat mereka sudah menemukan denah area sekolah. “Aula sekolah masih sama ya letaknya?”
“Kalau dari gambar sih masih, yuk kita kesana.” Gulf dan Singto melanjutkan perjalanan menuju Aula Sekolah.
Gulf dan Singto adalah teman saat SMA. Mereka sempat satu kelas beberapa kali, namun karena kegiatan sekolah yang berbeda mereka jarang kumpul bersama. Singto sibuk dengan kegiatan OSIS nya sedangkan Gulf sibuk dengan klub sepakbolanya. Mereka juga sudah putus kontak setelah lulus SMA.
“Ngomong-ngomong, gue belum tanya lo apa kabarnya?” tanya Singto mengisi keheningan mereka dalam perjalanan menuju Aula.
“Baik kok, lo sendiri gimana? Sudah menikah?” tanya Gulf sambil tersenyum iseng. Singto tersenyum kecil lalu memperlihatkan foto yang menjadi wallpaper ponselnya. Mata Gulf terbelalak kaget saat melihat Singto bersama seorang pria dan seorang anak. “Serius?!”
Singto mengangguk. “Suami gue namanya Krist, anak gue namanya Fiat. Lo sendiri?”
Gulf ikut tersenyum malu saat Singto berbalik bertanya kepadanya. Gulf lalu mengangkat tangan kirinya dan memperlihatkan cincin di tangan kirinya. “Belum menikah sih, baru tunangan. Kita udah dua tahun tunangan dan rencana bulan depan mau adopsi.”
“Wah, selamat kalau begitu!” kata Singto terdengar senang. “Siapa dia?”
“Namanya Mew, dia pengusaha.” jawab Gulf sambil tersenyum.
“Kau terlihat bahagia saat menyebut namanya.” komentar Singto yang sedari tadi tidak berhenti memperhatikan Gulf.
“Well… itu karena gue memang bahagia.” jawab Gulf sambil memandang ke depan. Aula sekolah sudah terlihat di depan mata, Singto dan Gulf mempercepat langkah kaki mereka untuk masuk ke dalam Aula. Mereka berdua mengisi buku tamu saat memasuki ruangan lalu memilih untuk berpencar agar berkumpul dengan teman masing-masing. Singto berkumpul dengan teman-temannya selama di Osis sedangkan Gulf berkumpul dengan teman-teman sepakbolanya.
Suasana di dalam Aula sangat ramai. Selain karena banyak orang berbicara, di atas panggung juga sedang ditampilkan band sekolah. Beberapa orang ada yang menikmati band, beberapa orang ada yang memilih untuk berbincang satu sama lain. Gulf terlihat senang berkumpul dengan teman-temannya, namun matanya tidak. Matanya sedari tadi sibuk mencari seseorang yang menjadi alasan ia untuk datang ke acara reuni. Meski orang itu yang menyebabkan Gulf mempunyai kenangan menyedihkan saat disini, tapi Gulf ingin bertemu dengannya meski hanya memandang dari jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brightgulf Short AU
Teen FictionKumpulan Short AU dari kapal hantu lainnya, Bright x Gulf