Improbability : Ketidakmungkinan, ketidakadaan peluang.
"Sampai pada titik ini, aku masih mencoba untuk mengenyahkan seluruh pikiranku akan segala hal yang menyangkut tentangmu."
🌻
Reno mengerjapkan kedua matanya, untuk menyesuaikan penglihatannya. Sesaat kemudian lelaki itu mengernyitkan keningnya saat memandang ke sekelilingnya. Bau khas rumah sakit memenuhi indera penciuman Reno kini. Apa dirinya tengah berada di rumah sakit? Apa yang terjadi? Kenapa dia bisa berada di sini?
Reno mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi tadi. Lelaki berkulit putih itu kemudian meringis sambil memegangi kepalanya yang kini terbalut perban. Kepalanya sangat pusing.
Oh! Reno ingat sekarang. Saat mengendarai motornya dan meninggalkan Yora di bawah guyuran hujan yang lebat, Reno langsung memacu motornya dengan kecepatan penuh sambil membiarkan air mata serta rasa sakitnya menguar. Meninggalkan Yora yang meneriakkan namanya.
Reno ingin berbalik arah, namun, dirinya tidak bisa. Reno terlalu sakit untuk melakukan itu. Juga, saat itu, Reno tidak menyadari bahwa ada mobil sedan hitam yang sama-sama melaju juga di depannya dengan kecepatan penuh. Reno mencoba menghindari mobil itu, namun ban motornya tergelincir genangan air dan alhasil motor Reno menabrak pohon palem yang berada di pinggir jalan.
Setelah itu, Reno tidak tahu apa-apa lagi. Karena, hanya gelap yang dilihatnya. Lelaki itu menghela napasnya, bersyukur pada Tuhan bahwa dirinya masih diberikan kesempatan untuk selamat.
"Eh, lo udah sadar, Ren? Bentar ya gue panggilin dokter," ucap Putra sambil menjulurkan kepalanya ke pintu dan memanggil dokter.
Reno mengernyit melihat Putra. Kernyitan di keningnya bertambah lagi saat melihat Bayu yang datang sedetik setelah dokter yang kini tengah memeriksa keadaannya. Apa Reno ditolong oleh Putra dan Bayu?
"Gimana keadaan temen saya, Dok?" tanya Putra.
Dokter itu tersenyum. "Pasien sudah membaik. Mungkin, pasien bisa pulang lusa nanti."
Bayu dan Putra, kompak mengucap syukur mendengar ucapan dokter itu. Setelah mengucapkan terima kasih, dokter itu kemudian keluar dari ruangan Reno dirawat.
Dengan senyuman yang sayu, Reno kemudian mengucapkan terima kasih pada Putra dan Bayu yang tengah menolongnya.
Putra tersenyum menatap Reno. "Syukur, keadaan lo membaik sekarang. Lo tahu? Lo tadi sempat kritis."
Reno terkejut. "Gue kritis?"
Bayu mengangguk. "Iya, Ren. Gue sama Putra pas hujan deras tadi ke minimarket dan di jalan lihat ada ramai-ramai gitu, katanya ada kecelakaan. Terus, Putra ngelihat motor lo. Jadi, kita samperin, dan ternyata yang kecelakaan itu lo. Terus kita cepat-cepat bawa lo ke rumah sakit ini."
Putra menyenderkan punggungnya di dinding. "Terus pas sampai di rumah sakit, luka di kepala lo ngeluarin banyak darah. Dan, beberapa jam lalu, lo kritis karena kehilangan banyak darah. Kita berdua khawatir banget, ditambah lagi, rumah sakit ini juga kekurangan stok golongan darah yang sama kayak lo."
"Dan, untungnya ada orang yang baik banget buat donorin darahnya buat lo. Karena, gue sama Putra darahnya beda sama lo, makanya kita nggak bisa nolong lo." Bayu membenarkan letak topinya.
Reno kembali menghela napasnya. Sungguh baik orang yang telah mendonorkan darahnya untuknya ini. "Siapa yang donorin darahnya buat gue?"
Putra dan Bayu kemudian saling tatap. Putra lalu menganggukkan kepalanya, seperti memberi sebuah kode untuk Bayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower (Completed)
Teen FictionARAS THE SERIES : SUNFLOWER A story by : @yukeadryn [REVISION VER.] 🌻 Bagi Yora, bunga matahari adalah bunga yang paling cantik dan indah. Dia sangat menyukai bunga itu. Tetapi, bagi Arka, bunga matahari adalah bunga yang sangat dibencinya sejak pe...