20

47 5 0
                                    

Sebuah hal akan menjadi rumit karena kamu mempermasalahkannya
Tapi bodoamat juga tidak di benarkan

_Quenzha Azkiara_

"Veril?" tebaknya, aku mengangguk. Kak Raka melangkah mendekat, wajahnya datar tanpa ekspresi membuatku takut. Aku terus memundurkan langkah karena kak Raka terus menerus mendekat

"Aaaaaa...."

"Araa!"

Grep! Kak Raka menarik tubuhku yang hampir jatuh dalam dekapannya

"Lepasin!" ucapku mendorong tubuh Kak Raka

"Ish ... terimakasih kek udah ditolong juga!" gerutunya tak kuhiraukan. Aku melihat kearah lantai mencari-cari sumber yang membuatku terpeleset, ketemu!

"Apa-apaan ini?!" tanganku menunjukkan kulit pisang yang tadi tergeletak dilantai

"Kulit pisang," jawab Kak Raka santai

"Terus kenapa bisa disini? Kerjaan kakak kan?!" tebakku

"Iya-iya dih cuma kulit pisang doang Ra, nggak lagi,"

"Ishhh tetep aja kakak hampir bikin Ara jatuh! gimana kalo tadi Ara sampai luka parah, dibawa kerumah sakit terus kom___"

"Nih!," seketika mataku berbinar melihat dua buah permen milk**a rasa coklat yang disodorkan kak Raka, dengan cepat kuraih permen itu, membuka bungkus dan memasukannya kedalam mulut.

"Dasar bocah! Disogok gitu doang diem," ejeknya tak kuhiraukan

"Eittsss mau kemana?" tanyanya menarik belakang bajuku ketika aku hendak pergi

"Mau mandi, ganti baju. Nggak lihat ini udah berkeringat? Pasti bau" ujarku, kak Raka melepaskan pegangan pada bajuku, membuatku kembali leluasa mengayunkan kaki menuju kamar

"Tiap hari juga bau," celetuk kak Raka yang masih terdengar sampai telingaku

"Karep-karepmu, sak senenge anggapanmu, ora urus," kataku tanpa menoleh

Aku menghempaskan tubuh keatas kasur, menatap langit-langit ruangan, memejamkan mata sejenak membiarkan kejadian dan masalah yang terekam dalam memori otak terputar bersamaan dengan rasa manis dari permen yang tengah kuemut. Seketika bayanganku berhenti pada kejadian saat kak Veril berucap 'I love you my lion queen' kalimat itu seolah berdengung terus-menerus ditelinga dan itu sukses membuatku tersipu malu. Aku menepuk jidat, bisa-bisanya memikirkan laki-laki bermulut cabe itu.

"Huh! Pantes, permennya abis jadi manisnya mampir ke dia," gumamku mengeluarkan gagang permen dari mulut

"Eh, Gila! Nggak beres ni otak, masa tadi jadi mikirin kalimat si mulcab," sambungku menggeleng-gelengkan kepala, aku beranjak dari kasur lalu berjalan mengambil handuk yang tersampir di stainless, bergegas kekamar mandi untuk mensegarkan tubuh.

Aku menepuk jidat dengan tangan ketika melihat hanya ada handuk yang tersampir, sepertinya aku lupa membawa baju ganti.

Ceklek

Aku membuka pintu, memunculkan kepala sedikit. Aku mendengus ketika melihat kak Raka sudah duduk diatas kasur tengah mengacak-acak novel milikku. Sudah kuduga, laki-laki satu ini memang menyebalkan, seenaknya keluar masuk kamar dan rumah orang sembarangan.

"Woy! Novel Ara rusak nanti!" teriakku dari balik pintu

"Cingire!"

"Apa?!" tanyaku membentak

Veril-Ara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang