Congratulation.

183 22 25
                                    

sumpah! ini nyesek!






Adlan sudah mengabari kalau ia sudah menungguku di halte sekolah. Tanpa membuang waktu, aku keluar dari kelas lebih dulu dari teman-temanku. Mereka masih merapikan buku, Mawar dan Azrana juga akan pulang telat, ia ada jadwal piket. Aku berjalan menyusuri koridor yang terasa ramai. Mungkin karena mereka sudah buru-buru untuk pulang. Sebelum keluar gerbang, aku melewati parkiran yang terlihat beberapa anggota Salvatra sudah diatas motor masing-masing dan mereka keluar bersamaan. Tetap tidak ada Bumi!

Aku keluar sekolah dan menghampiri Adlan. Ia menggunakan motor vespa maticnya, wajahnya tidak terlihat sedikitpun. Ia menggunakan masker juga kaca mata. Aku tau alasan Adlan tertutup seperti itu, ia takut anggota Salvatra mengenalinya sebagai anggota Chicago. Posisi Adlan itu sama seperti posisi Arseno di dalam Salvatra.



 Posisi Adlan itu sama seperti posisi Arseno di dalam Salvatra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Hai." Sapaku sembari menerima helm yang ia sodorkan.

"Hai." Balasnya sembari ia menyalakan mesin motornya. "Kamu udah makan belum?" Tanyanya menatap ke arah jalan.

"Udah. Kenapa? Kamu belum makan?" Jawab juga tanyaku.

Aku tidak tau mengapa, aku tidak bisa bersikap tak acuh padanya. Sekalipun aku mencoba, hanya beberapa saat aku mampu, setelahnya aku akan luluh dengan sendirinya. Seperti saat ini, aku sudah menggenggam jaketnya, seperti aku memeluknya. Padahal semalam baru saja aku memikirkannya yang sudah lama tidak bertemu. Iya, Adlan ada tempat sendiri di hatiku dan tidak akan pernah bisa hilang.



Degh!



Aku melihat Bumi baru saja berselisih jalan denganku. Ia menggunakan motornya mengarah ke sekolah. Aku memutar kepalaku dan jantungku terasa berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Bagaimana mungkin Bumi memutar arah motornya dan kini ia mengikuti di belakang motor yang sedang aku naiki. Tatapan matanya sangat amat tajam. Aku merasa aura dinginnya terasa sangat menyeramkan. Lihatlah, aku seperti tertangkap basa sedang selingkuh. Padahal keduanya tidak memiliki status lebih dari teman. Tapi, apa Bumi bisa dikatakan teman?



Puk!



Aku menoleh ke kiri setelah aku merasa lenganku di tepuk. Aku melihat jelas pelakunya Bumi. Ia menghentikan motornya, aku menoleh kebelakang, ia sedang melambaikan tangan padaku dengan senyum di bibirnya. Entah apa arti dari senyumnya. Ia menunjukkan ibu jari dan jari kelingkingnya, seakan-akan menelpon. Aku menganggukkan kepalaku, mengiyakan kode yang diberikannya. Bumi melambaikan tangannya kembali lalu membelokkan motornya kearah warda.

 Bumi melambaikan tangannya kembali lalu membelokkan motornya kearah warda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tinggal KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang