×[ 06 ]×

391 80 38
                                    

Rasanya semenjak hari dimana kedua sahabat masa kecil pemuda bersurai senja ini, entah kenapa Chuuya merasa dirinya seperti terasing di antara mereka.

Hal itu membuat Chuuya memutuskan menghabiskan waktu di atap sekolah yang kosong sambil menikmati rokoknya.

Rasanya Chuuya ingin lenyap saja, dia benci tidak bisa melakukan apapun di tengah gejolak hatinya yang menyakitkan ini.

Kepulan asap rokok yang di hembuskannya melayang-layang di hadapannya lalu hilang terbawa angin, seandainya saja perasaan Chuuya bisa hilang terbawa waktu.

Maka Chuuya ingin Tuhan mempercepat laju waktunya hingga di titik Chuuya lupa rasa sakit ini.

Untuk pertama kalinya, Chuuya merasa seperti orang paling menyedihkan di dunia ini.

☁️☀️☁️

2 minggu sejak hari itu, rasa sakit Chuuya tidak berubah dan malah bertambah semakin mengerikan setiap harinya membuat Chuuya beberapa kali membolos kelas karna tidak tahan dengan kenyataan yang tengah di hadapi.

Sebut saja Chuuya berlebihan, tapi nyatanya Chuuya sudah berusaha sebisanya untuk bersikap cuek tapi bagaimana kau bisa menyembuhkan luka jika setiap luka basah yang berniat kau sembuhkan itu justru di toreh garam oleh si pelaku?.

Seperti sore ini, Chuuya menghabiskan waktunya seusai berlatih futsal di pematang rumput sambil menghisap rokoknyaa.

Belakangan ini, Chuuya sering menghisap rokok yang katanya bisa meredakan rasa stress seseorang.

"Chuuya-kun!"

Dan si pelaku yang menoreh garam pada luka Chuuya tak pernah lupa untuk melakukannya setiap sore.

Chuuya mematikan rokoknya yang baru terbakar setengah itu lalu tersenyum kearah [Name].

"Yo [Name]"

[Name] menghela nafas lalu mencubit kedua pipi Chuuya gemas.

"Ya ampun sudah berapa kali aku bilang untuk tidak merokok?!"Omel [Name] barulah kemudian melepas cubitannya, Chuuya mendengus memalingkan wajahnya.

"Tch, kau ini seperti ibu-ibu saja! Bahkan Ibuku tidak sampai secerewet dirimu!"Cibir Chuuya, [Name] mendengus menjitak kepala Chuuya.

"Oi! Sekarang apalagi?!"Pekik Chuuya kesal.

"Tentu saja Kyouyo-san tidak mengomelimu karna dia tidak tahu putra kesayangannya ini sekarang hobi menghisap rokok!"Omel [Name] lagi, Chuuya mendengus membuang muka.

"Ya ya terserah kau berisik! Jadi, kau ingin menceritakan apa?"Gerutu Chuuya malas berdebat dengan [Name] hari ini karena setengah dari semangatnya sudah habis terkuras untung merenung dan berlatih futsal.

Wajah [Name] berubah sumringah lagi lalu duduk di samping Chuuya untuk bercerita keseharian apa saja yang sudah dia lewati dengan Dazai hari ini sebagai sepasang kekasih dan dengan setia Chuuya masih mendengar semua celoteh [Name].

Sebagaimana Chuuya setia menerima torehan garam dari [Name].

☁️☀️☁️

Semua masih sama seperti sebelumnya dan Chuuya masih berjuang keras agar terbiasa dengan keseharian barunya ini sebagaimana [Name] membiasakan diri untuk mulai memposisikan hidupnya hanya mengorbit pada Dazai Osamu.

Lagi-lagi di atap sekolah sepi itu Chuuya menghisap rokoknya sambil beberapa kali bermonolog dalam hati, mencibir dirinya sendiri yang masih tidak terbiasa dengan luka ini.

Ceklek

Suara engsel pintu yang berdecit membuyarkan lamunan pemuda bersurai senja itu bersiap mematikan rokoknya tapi begitu tahu yang masuk adalah sahabat masa kecilnya yang hobi bunuh diri itu, Chuuya pun mengurungkan niatnya untuk mematikan rokoknya.

"Mau apa kau kesini? Mana [Name]?"Tanya Chuuya sinis lalu menghembuskan asap rokoknya, Dazai terkekeh lalu duduk di samping Chuuya.

"[Name]-chan sedang ada urusan club, jadi aku berniat menghampiri anjing kesepianku ini~"

"Hah?! Siapa yang kau panggil anjing itu?!"

"Kau~"

"Sialan! Aku bukan anjingmu!"

"Baiklah domba yang kesepian~"Cibir Dazai menepuk-nepuk kepala Chuuya layaknya seorang kakak yang gemas pada adiknya, Chuuya mendengus menepis tangan Dazai.

"JANGAN ELUS KEPALAKU! AKU BUKAN ANAK KECIL!"

"Aku tidak mengelusnya, aku cuma menepuknya tahu! Mau lebih keras?"

"Oi!"

"Aku cuma bercanda kok~"

Chuuya mendengus lalu kembali menghisap rokoknya, beberapa saat kemudian keheningan tercipta diantara mereka.

"Mau sampai kapan kau diam Chuuya?"

"Hah?"

"Aku tahu kau menyukai [Name]-chan"

Wajah Chuuya memerah, Chuuya pun membuang muka.

"T-Tidak kok!"

"Bohong! Kau pikir sudah berapa lama kita berteman huh? Mungkin mulutmu tidak jujur tapi sorot matamu terlalu jujur jika menyangkut [Name]-chan"

"Berisik! Memangnya aku bisa apa hah?!"

"Kau ingin bertahan atau pergi? Cuma itu opsimu"

"Tch, omong kosong!"

"Tapi karna aku baik, biar ku beri tahu sesuatu karna aku tahu anjingku ini terlalu bodoh untuk memahami ini"

"Oi!"

"Pergilah Chuuya, aku tahu kau tidak akan mau mengambil [Name]-chan dariku padahal aku membolehkannya"

"Sudah kuduga kau tidak punya perasaan apapun pada [Name] kan?"

"Tentu saja tidak, dia bukan tipeku"

"Kau—"

"Apa? Kau sendiri tidak mau berusaha mendapatkan [Name]-chan jadi kau tidak bisa menyalahkanku soal ini"

Chuuya mendengus ingin protes tapi seperti biasa, ucapan Dazai selalu berhasil membuatnya kalah adu mulut, Chuuya bangkit menginjak sisa puntung rokoknya sampai mati.

"Aku tidak bisa mendapatkannya"

"Hm? Lalu kau akan pergi?"

Chuuya menggeleng lalu berjalan menuju pintu keluar atap sekolah.

"Bagaimana aku bisa pergi? Jika gadis itu adalah tujuanku?"

Ceklek

Blam

Dazai menghela nafas berat lalu mendongak memandangi arakan langit biru.

"Cinta itu manis dan memabukkan hingga membuat orang terlena ya~"Gumam Dazai, Dazai sendiri juga tidak mengerti kenapa setelah sekian lamanya ada yang mau diajak bunuh diri ganda, Dazai malah tak memiliki perasaan apapun pada gadis itu selain teman.

☁️⛅ To Be Continue ⛅☁️




Sunshine || BSDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang