BAB 1

37 5 11
                                    

Desau angin berhembus menyapu setiap kota yang dilewatinya. Musim panas akan segera berakhir, udara panas yang terasa lembab perlahan menjadi hangat. Beberapa pohon momiji disepanjang jalan sedikit demi sedikit mulai mengganti warna daunnya menjadi orange kemerahan.

Tokyo tak pernah sepi oleh masyarakatnya yang selalu terlihat sibuk. Hilir mudik tanpa henti. Pengguna kendaraan umum dan kendaraan pribadi juga pejalan kaki terus memadati setiap sudut kota, terlebih saat ini adalah jam sibuk di pagi hari.

Bahkan jika malam telah larut sekalipun, Tokyo tetaplah kota yang tak pernah tidur. Ramai, padat, dan pengap.

Bagi seorang introvert, Tokyo bukanlah tempatnya untuk mereguk manisnya ketenangan. Bahkan jika itu didalam kamarnya sendiri, selalu saja ada keributan yang terdengar dari luar. Sangat mengganggu.

Barangkali seperti itulah yang dirasakan oleh Sakura Sachiko.

Ia bukanlah seorang Hikikomori, ia hanya gadis biasa yang baru memulai kehidupan barunya sebagai mahasiswi. Tidak pantas rasanya jika sebutan itu diberikan padanya, ketika ia masih beraktivitas seperti biasa. Sekalipun yang ia lakukan hanya seputar pergi ke kampus, pulang dan mengurung diri dikamar dengan setumpuk buku sastra.

Sachiko pun masih sadar atas statusnya sebagai seorang anak dari seorang Ibu tanpa Ayah. Sebisa mungkin ia ingin meringankan beban pekerjaan ibunya walau sedikit.

Setiap kali ibunya memanggil "Sacchi, tolong gantikan ibu untuk belanja," dan berbagai hal sederhana lainnya, Sachiko akan langsung melakukannya tanpa menunda. Sejak ia kecil, Sakura Sachiko tidak pernah tau siapa ayahnya. Sejak di taman kanak-kanak ia sudah diperlakukan berbeda oleh teman-temannya.

"Sakura anak haram ...."

"Sakura itu tidak punya ayah ...."

"Ibu Sakura itu jangan-jangan wanita malam ...."

"Sakura itu bla bla bla ...."

Semua itu adalah sapaan selamat paginya dari bisik-bisik satu sekolah. Apa salahnya dengan tidak punya ayah? Kenapa itu selalu menjadi bahan perbincangan dalam masyarakat? Apakah seseorang yang lahir tanpa tau siapa ayahnya, adalah kategori keluarga sial? Kalaupun ibunya memang hamil diluar nikah, lalu kenapa? Kenapa semua orang begitu sibuk mengurusi keluarganya? Apa mereka tidak punya keluarga untuk mereka urusi?

Kenapa harus dia yang menanggungnya? Ia lahir tanpa tau apa-apa. Apa salahnya?

Itulah yang menjadikan Sakura Sachiko menjadi begitu tertutup. Semua perlakuan itu yang akhirnya membuat ia membangun benteng pertahanan super kuat. Ia sudah tuli dari semua bisik-bisik tidak berguna disekitarnya. Biarkan mereka lelah, ia tidak dilahirkan hanya untuk menanggapi semua omong kosong dari mulut mereka.

"Sacchi!! Kau sudah bangun?!"

Yang dipanggil namanya masih enggan untuk bergerak dan semakin bergelung didalam selimut tebalnya. Padahal musim panas belum sepenuhnya berakhir.

"Sacchi!!"

"Ha'i ... Aku sudah bangun Ibu ...."

"Cepat keluar, bukannya kau ada kelas pagi ini?"

Kelas? Memangnya aku ada jadwal kuliah hari ini? Jam berapa sekarang? ―Sachiko membatin.

8:50

"Celaka! Kenapa Ibu tidak membangunkan ku dari tadi!! Arrgghh!!"

Buru-buru ia menendang selimutnya kesembarang arah. Masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri secepat kilatan cahaya, dan keluar dalam waktu kurang dari 10 menit. Memakai apapun yang terlihat pertama kali oleh mata cokelatnya, melesat secepat yang ia bisa menuju pintu utama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Autumn Brings Love l 秋は愛をもたらすTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang