HAPPY READING!!!---------
Azelya Queenida Laurents
Malam Sabtu yang gue rencanakan akan menjadi malam damai untuk diri gue sendiri, harus kandas begitu saja. Jam 7 malam saat baru akan membuka aplikasi Netflix untuk mencari film yang bagus untuk ditonton, tiba-tiba telepon masuk dari Dino berbunyi nyaring,
Gue pun segera mengangkatnya
"Mau ngapain!?" Gue menjawab telepon tersebut dengan tidak santai.
"Turun lo cepet gue udah di bawah nih."
"Dih ngapain lo ada dirumah gue?"
"Jemput lo,"
"Ngapain jemput gue?"
"Temenin gue futsal. Gak nerima penolakan."
"Ngapain minta temenin gue?"
Terdengar suara decakan sebelum Dino kembali berbicara, "Lo lagi kesambet apa gimana sih Zel? Pertanyaannya ngapain troossssss?! udah cepet turun, 10 menit gak turun gue seret ya dari kamar."
"Bodoamat. Pintu kamar gue kunci."
"Gue dobrak, atau gak pake kunci cadangan punya Mas Nata."
"Rese banget lo jadi manusia! tunggu sebentar gue siap-siap dulu." Gue pun mematikan sambungan telepon lalu segera bersiap-siap.
Gak lupa sebelumnya gue harus say bye dulu sama laptop dan sheetmask, karena malam ini gue gagal qualitytime sama mereka.
Maaf ya sayang-sayang, kalian berdua gue phpin dulu hehe.
***
Jovanka Audino Bhagavad
Buat kalian para cowo jangan percaya sama omongan cewe yang bilang 'sebentar ya tunggu dulu'
Karena sebentarnya cewe itu ya sebentar yang gak sebentar pokoknya.
Ngerti kan maksud gue?
Nih buktinya setelah gue nunggu lebih dari 20 menit, Azel belum juga kelihatan batang hidungnya, padahal gue inget banget dia bilang 'tunggu sebentar gue siap-siap dulu'
Sebentarnya perempuan itu kaya gimana sih sebenernya? Bingung hamba.
Baru saja gue akan melangkah ke kamar Azel untuk menggedor pintunya, dia sudah kelihatan menuruni tangga lalu melangkah ke arah gue.
Tidak lupa dengan dengan muka galaknya yang kentara sekali.
Kayaknya gue yang kelamaan nunggu, tapi kenapa dia yang kelihatan kesel?
**
"Lo tau gak sih kalo lo itu ganggu?" Ternyata Azel kesal karena gue datang tidak bilang terlebih dulu.
"Gak." Jawab gue singkat.
"Idih apa banget si lo jawab dijudes-judesin gitu? emang nyebelin ya lo! Ngajak pergi tiba-tiba udah gitu maksa lagi!"
"Ya gue kan tahu lo paling lagi rebahan kan? Mending temenin gue kali, lagian harusnya bersyukur gue ajak pergi biar gak gabut-gabut amat jadi jomblo."
"Kurang ajar, inget lo juga jomblo!"
"Nah justru itu, ini urgent banget mangkanya gue ngajak lo. Udah ah ayo berangkat"
"Gue izin dulu lah sama Mas Nata."
"Udah gue izinin kali, dia tadi sempet nemenin gue pas nunggu lo. Cuma karena lo lamanya minta ampun jadi dia udah masuk lagi ke kamarnya. Lagian lo kira siapa yang bukain pintu sampe gue ada di dalem rumah? Lemot dasar."
"Iri bilang sahabat." Azel bersidekap dada sambil memasang tampang yang sangat tampolable.
"Yaudah iya kanjeng ayo cepet kita berangkat." gue memutar tubuh Azel kearah pintu lalu segera mendorongnya untuk segera keluar rumah.
**
Setelah menghabiskan waktu 40 menit perjalanan menggunakan mobil, gue dan Azel akhirnya sampai di Lotus, tempat biasa gue main futsal.
Keadaan di sana sudah cukup ramai. Temen-temen gue sudah menunggu di tempat biasa berkumpul, kami pun segera mengahampiri mereka.
"Lama banget ya lo anjir." Ucap Bagas
"Nih yang bikin lama," gue melirik Azel yang berdiri di samping gue.
Tidak mau dihakimi, Azel langsung protes, "Heh apaan lo nyalahin gue? Yang mendadak datang ke rumah siapa?"
Belum sempat gue menjawab, ucapan bagas sudah menginterupsi, "Iya-iya udah gue yang salah, gak usah berantem lo pada. Ini gimana ceritanya kita tiba-tiba di ajak tanding sama mereka begini? kalo kalah malu Din."
"Tenang aja gue udah punya strategi." Gue berusaha menunjukan tampang meyakinkan, walaupun sebenarnya gue juga gak yakin-yakin banget sih.
"Apaan tuh?" Arlan yang bertanya mewakili semua teman gue.
"Main aja yang bener, gue yakin pokoknya kita bakal menang," jawab gue dengan santai
Arlan langsung mengeplak kepala gue, "Itu bukan strategi namanya ya nyet!" teman gue yang lain juga langsung memasang muka masam, kentara sekali mereka cukup emosi dengan jawaban gue.
Setelah itu gue segera pergi ke ruang ganti baju, sedangkan Azel tanpa gue suruh sudah pergi ke kursi penonton bersama beberapa perempuan yang ikut menemani teman-teman gue.
Selama berjalan ke ruang ganti, dalam hati gue berharap semoga setelah selesai main, Azel tidak ngamuk ketika mengetahui siapa yang menjadi lawan gue.
****
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-Hallo gaesss
I'm back huhuu')
Terima kasih yang sudah membaca cerita ini✨
jangan lupa beri vote dan komen yaa
💛💛💛💛
see you next part!!!
*semoga aku tidak mager terus hehe

KAMU SEDANG MEMBACA
Glimmer
Teen FictionOrang bilang persahabatan antara perempuan dan laki-laki itu gak pernah murni, ujung-ujungnya mereka pasti akan jatuh hati. Terdengar klise memang, but I feel that's true. True and false. Statement itu bisa benar dan salah dalam satu waktu. Perasaan...