Hey, Pelompat

32 0 0
                                    

Cerita & Ilustrasi: Nanisi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cerita & Ilustrasi: Nanisi


Seminggu lalu aku mengirim paket, tapi tukang pos datang lagi membawanya kembali. Katanya, alamatnya tidak ditemukan.

Astaga... Sudah berapa lama ini? Padahal alamatnya sudah kutulis jelas-jelas: Kompleks Air Terjun Krisan. Nomor enam empat enam empat. Planet Ayana. Lebah dan capung-capung sudah menunggunya. Aku bisa saja datang sendiri, tapi aku harus pergi cabut gigi. Satpam kompleks mereka tidak suka dengan orang ompong.

Maka kutitipkan paket pada seorang Pelompat. Mereka pengantar kabar yang handal dalam urusan jelajah galaksi. Semua barang yang diantarnya pasti sampai dan terjaga rahasianya. Mereka suka menyamar. Kamu mungkin bisa melihatnya sebagai merpati, atau cheetah. Bajing, kera, atau semut api. Nyanyikan satu-dua nada dari bibirmu untuk mengundangnya. Mereka suka siulan.

Tidak sampai setengah hari, lebah dan capung-capung mengabari kalau paketnya sudah sampai. Mereka suka dengan Clarinet yang kuberikan, tapi bingung dengan sebatang parang yang ada dalam kotak.

"Aku tidak mengirim itu."

"Pelompat bilang, kami mungkin membutuhkannya."

Terlalu banyak bernyanyi membuat kami kurang sadar bahaya. Tidak lama, kapal perang datang memenuhi langit seperti awan. Dua matahari tidak cukup menerangi ketakutan. Di tengah waspada, aku mendengar siulan.

Si Pelompat menyelipkan kabar. Mendengar, menjadi satu persoalan yang hanya menjadi awal.



Selesai.

Dongeng Dari Tiupan AnginWhere stories live. Discover now