51. Extra Part: Cemburu Lagi

9.4K 627 22
                                    

Satu tahun kemudian

Di sekolah

Hanan menghampiri Aira. Laki-laki berwajah teduh itu ingin meminta pendapat Aira tentang gadis yang ingin dikenalkan oleh temannya kepadanya. Dia ingin Aira menilai gadis tersebut.

"Maksud Kak Hanan, aku yang menemuinya?" tanya Aira bingung.

"Iya, Ra. Nggak mungkin kan aku mengajaknya janjian bertemu berdua saja. Aku sudah memberikan nomor ponsel kamu kepadanya" jawab Hanan.

"Kak Hanan mau ta'aruf aja kok repot banget. Langsung aja ke rumahnya dan ngobrol-ngobrol tapi didampingi oleh orang tuanya. Kan aman" seloroh Aira. Hanan hanya tersenyum tipis.

Hubungan Aira dan Hanan sudah seperti kakak dan adik. Tidak ada lagi rasa di antara keduanya. Namun pandangan rekan kerja mereka menilai lain tentang kedekatan mereka. Mereka mengira bahwa Hanan masih belum bisa berpaling dari Aira.

"Sst, coba lihat tuh Hanan. Masih aja mendekati Aira. Pantas saja kita kenalkan dengan gadis yang ini dan yang itu dia tidak mau" cibir Bu Omy melihat Hanan dan Aira sedang mengobrol. Sementara Airin yang duduk tidak jauh dari mereka biasa saja karena dia tahu siapa Aira.

"Iya, heran aku dengan Hanan. Udah dicampakkan masih aja belum move on" timpal guru yang lain. Mereka pun masih memperhatikan Aira dan Hanan yang sedang mengobrol itu.

"Siapa yang mengenalkan gadis itu kepada Kak Hanan?" tanya Aira.

"Temanku di Bandung yang mau mengenalkan adik temannya itu. Namanya Hafsah. Karena penampilannya tidak jauh berbeda dengan kamu, aku ingin kamu yang menilainya, Ra" jelas Hanan karena melihat Aira tampak masih ragu untuk membantunya.

"Baiklah, Kak. Aku akan bantu. Terus kalau aku setuju, Kak Hanan akan setuju juga?" tanya Aira.

"Insya Allah. Aku percaya dengan penilaian kamu, Ra" jawab Hanan tersenyum. "Udah, ya. Aku mau masuk kelas dulu" sambung Hanan Sabil melirik jam dan pergantian jam pelajaran pun berbunyi. Aira hanya menganggukkan kepalanya.

"Serius kamu mau menolong kak Hanan?" tanya Airin bergeser mendekati tempat duduk Aira setelah Hanan menjauh.

"Iya, Rin. Kita di sekolah ini kan satu keluarga. Aku udah menganggap Kak Hanan seperti kakakku sendiri" jawab Aira santai. Airin hanya manggut-manggut mengerti.

"Eh, Ra. Siapa yang jagain Zayan? tanya Airin karena usia Zayan sudah satu tahun.

"Mama Mas Azzam ada di rumah. Shift-shiftan gitu. Tiga hari mamanya, tiga hari ibuku" jawab Aira tersenyum. "Kamu enak, Rin. Tinggal di rumah mertua, ya, full mertua kamu yang mengasuh Salwa" sambung Aira. Salwa, anak Airin baru berusia enam bulan. Mereka memang tetap tinggal di rumah orang tua Ammar.

"Alhamdulillah. Mama mertuaku justru senang mengasuh Salwa" timpal Airin. Dia merasa beruntung memiliki mertua yang baik dan pengertian seperti mama Ammar.

"Hati-hati aja, kedekatan kamu dengan Kak Hanan nanti jadi gosip oleh ibu-ibu rempong" tambah Airin sambil berbisik mengingatkan Aira. Aira hanya tersenyum mengerti.

Setelah bel pulang sekolah, seperti biasa Aira menunggu Azzam menjemputnya pulang mengajar. Hanan menghentikan motornya di samping Aira yang sedang berjalan menuju ke arah pintu gerbang sekolah di saat para siswa sudah berangsur sepi.

"Ra, jangan lupa untuk menghubunginya, ya?" ujar Hanan mengingatkan Aira.

"Iya, Kak. Insya Allah, nanti aku menghubunginya" jawab Aira tersenyum.

"Kak Hanan begitu semangat ingin tahu tentang calonnya" batin Aira.

Tanpa Aira sadari Azzam melihat mereka dari dalam mobilnya. Azzam sudah tiba di depan pintu gerbang sekolah.

Jodoh di Masa Lalu √{Complete}√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang