BAB 10 [Debutante]

1.1K 112 17
                                    

Typo? Bilang. Hima ga sempet revisi soalnya.

Athanasia merasa pusing sendiri. Para maid mondar-mandir dengan panik dan membuat kepalanya sakit. Pagi-pagi sekali istana Emerald sudah sangat berisik.

Butuh waktu lebih dari 1 jam untuk bersiap, dan itu benar-benar melelahkan menurut Athanasia. Tapi, meski begitu, hasilnya tidak mengecewakan! Dia... Apakah memang secantik ini?

"Tiaranya sudah di jepit, jadi tidak akan tergeser atau jatuh."

"Woah! Tuan Putri cantik sekali!"

Tok, tok!

Terdengar ketukan pintu pada kamar Athanasia. Lily berjalan mendekat lalu membuka pintunya. Tampak sosok Felix yang terlihat sangat tampan dengan pakaian resminya.

"Tuan Putri, anda cantik sekali!"

"Hehe, Felix juga tampan kok."

"Kalau begitu, mari. Yang Mulia sudah menunggu anda."

Kemarin, Athanasia masih memikirkan ingin berdansa dengan siapa. Lalu setelah banyaknya perdebatan dan saran, akhirnya Claude lah yang akan secara langsung menari dengannya.

Athanasia berjalan bersama Felix. Di depan istana, terlihat Claude yang sangat amat tampan dengan pakaian resminya. Bahkan, ia terlihat seperti bukan Claude di mata Athanasia.

'Aku pikir dia hanya orang yang memakai baju sembarangan di depan anak-anak.' ucap Athanasia dalam hati.

Claude menatapnya, mata mereka bertemu. Untuk sesaat, muncul bayangan Diana dalam penglihatan Claude. Namun, ia segera menepis hal tersebut lalu mengulurkan tangannya pada sang putri.

Athanasia menerima uluran tangan itu, lalu mereka berjalan bersama. Felix yang melihatnya lalu tersenyum tipis. Dalam batin, ia berharap bahwa dua orang itu selalu bersama dan bahagia selamanya.

Sampai di depan pintu aula, tiba-tiba Athanasia berkeringat. Tentu hal itu di sadari oleh Claude karena tiba-tiba pegangan Athanasia di tangannya mengerat.

"Ada apa?"

"T-tidak, hanya gugup..."

"Kenapa harus gugup?"

"Ka-karena jika aku membuat kesalahan, mereka akan mentertawakanku!"

"Siapa orang bodoh yang berani berbuat seperti itu?"

"Y-ya, anu..."

"Sudaah, ayo."

Seruan dari seorang prajurit menandakan sang Raja dan Putri telah tiba terdengar nyaring. Pintu besar itu terbuka, dan dengan itu perhatian seluruh tamu teralihkan ke mereka.

Athanasia sempat memundurkan kakinya, namun tangannya di elus lembut oleh Claude, ayahnya ini berusaha membuang rasa gugup putrinya.

Athanasia menggeleng.

"Kalau ada dari mereka yang menertawakanmu, maka ku pastikan besok mereka tidak akan sanggup menunduk seperti itu."

Ah.

Claude curang.

Athanasia dengan terpaksa melangkah maju, menerima hormat dari para tamu.

Tidak perlu basa-basi lagi, Claude dan Athanasia lalu menari bersama di hadapan banyak tamu. Kegugupan Athanasia sudah menghilang begitu ia membanggakan kemampuan menarinya pada sang ayah.

Namun kegugupan itu kembali datang ketika ia secara tak sengaja menginjak kaki Claude.

Aduh.

Mampus.

"Tak apa, lanjutkan."

Athanasia melanjutkan gerakannya. Walau beberapa kali menginjak kaki ayahnya, namun penampilan debutnya sangat memukau banyak tamu.

Selain karena kemampuan menarinya yang indah -walau beberapa kali menginjak kaki Claude, paras dari Tuan Putri Obelia ini sangatlah cantik. Tentu saja wajah tersebut ia dapatkan dari gen sang ibu yang juga memiliki wajah cantik bak bidadari.

Setelah tarian mereka selesai, Athanasia sambil tersenyum mengatakan 'sampai jumpa' pada Claude lalu membaur ke gadis-gadis muda yang datang ke acara debutantenya ini.

Walau awalnya canggung, lama-lama Athanasia merasa nyaman dengan para gadis itu. Namun, saat ia memutuskan untuk membaur dengan gadis-gadis yang lain, ia malah secara tak sengaja menubruk Ijekiel.

"Oh?"

"E-eh?"

Mereka terdiam untuk beberapa saat. Sampai kemudian Ijekiel membuka pembicaraan dengan mengajak Athanasia berdansa.

Athanasia sih tentu akan menerimanya. Jika saja...

"Yo, Tuan Putri!"

"EH COPOT!!"

Lucas tiba-tiba muncul di depan Athanasia, memutus kontak lanjut antara Athanasia dengan Ijekiel.

"Hoi! Kau itu kalau muncul beri tanda dong!"

"Ah, maafkan saya Tuan Putri."

Lucas mengulurkan tangannya untuk membantu Athanasia berdiri. Iya, Athanasia sempat jatuh karena kaget.

"Sakit ini!"

"Ku rasa punggung saya ini lebih sakit." ucap Lucas sambil tersenyum.

Athanasia melirik, dan melihat Claude memandangi Lucas dengan tatapan tajam.

"Huft..."

Setelah Athanasia berdiri, tiba-tiba Ijekiel berdehem. Menyadarkan Athanasia bila tadi ia tengah berbicara dengan pemuda bersurai perak itu.

"Jadi, bagaimana Tuan Putri?"

"A-anu, Tuan Muda... Bu-bukannya a-aku tidak mau, t-tapi..."

Bohong.

Aslinya memang tidak mau.

Karena berurusan dengan keluarga Alpheus berarti memancing sesuatu dengan Jannette.

"Hm? Kalau begitu, bukankah tidak ada alasan untuk menolak?"

"Emh... Itu... A-aku... Aku sudah berjanji akan menari dengan Lucas. Iya! Aku akan menari dengan Lucas, iyakan Lucas?!"

"Eh?!"

Lucas yang hendak memakan beberapa kue, hampir saja tersedak ketika Athanasia tiba-tiba merangkul lengannya.

Ijekiel menatap Lucas tak suka.

Athanasia tersenyum dengan sedikit berkeringat.

Lucas bingung, tak tahu apa yang terjadi.

Lalu Claude menatap mereka, terutama Lucas yang tangannya di apit oleh lengan mungil milik Putrinya.

AAAAAA HONTOU NI GOMEN:'(
CLASS ONLEN BENAR-BENAR BIKIN AKU GADA WAKTU BUAT NULIS:'(
IDE-IDE JUGA ILANG SEMUA GARA-GARA OTAKNYA PENUH SAMA MATERI:')

Telat tidak apa ya, yang penting up di hari sesuai jadwal:"D

Jan lupa vote n komen, vote kurang dari 15? Ga lanjut:D

Gitu aja, sampai jumpa di chapter selanjutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lovely Princess : Who Made Me a Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang