12. Boomerang

183 24 6
                                    


Melangkah tanpa mengenal lelah. Kakinya terus menelusuri jalanan, cuaca yang begitu terik, riuhnya suara kendaraan yang berlalu lalang. Hingga akhirnya sampai ke tempat tujuan.

Waktunya seperti biasa, kembali bekerja hingga larut malam.

Sisi bukan gadis manja yang sukanya berfoya-foya dan menghabiskan harta orang tua. Ia lebih suka menjadi dirinya sendiri, tidak ingin menyusahkan orang sekitar, berpura-pura kuat walaupun sakit dan selalu bekerja keras.

Sisi begitu beda drastis dengan Sasa.

Sepulang sekolah, Sasa pergi ke mall bersama teman-temannya. Sedangkan Sisi banting tulang untuk membiayai penyakit sialannya ini.

Sisi bagaikan gadis yang hidup seorang diri. Padahal ia masih memiliki Mama dan Papa, tapi mereka tidak pernah menganggapnya ada.

Tanpa di sadari, saat ini Sisi tengah melayani dan menghitung belanjaan Tantenya sendiri.

"Semua totalnya menjadi-..." ucap Sisi terpotong ketika melihat sosok wanita di hadapannya.

"Sisi? Kamu ngapain di sini?" tanya Tante Maura.

Maura menarik lengan Sisi untuk ikut kepadanya. Sisi hanya bisa pasrah mengikuti tarik Maura. Kebetulan keadaan mini market saat ini sepi, jadi Sisi bisa keluar dan meminta izin sebentar.

Ternyata Tantenya membawa dirinya ke salah satu taman yang tidak berada jauh dari mini market.

"Kamu jawab pertanyaan Tante, kamu ngapain di sana?" tanya Maura mengulang pertanyaannya.

Sisi menundukkan pandangannya.

"Sisi kerja di sini Tante," jawab Sisi dengan pandangan yang tertunduk.

"Kerja? Apa Mama sama Papa kamu sudah tidak mau lagi membiayai hidupmu?" tanya Maura sedikit heran.

Sisi terpaksa harus membongkar semua aib keluarganya.

"Iya Tante, Sisi kerja untuk membiayai semua pengobatan penyakit sialan ini." lirih Sisi dengan bendungan air mata yang ingin pecah.

"Sebelumnya Tante minta maaf karena Tante tidak bisa membantumu," ucap Maura.

"Tidak masalah Tante," ucap Sisi.

"Kamu gadis kuat sayang, Tante percaya kamu bisa menghadapi ini semua walau hanya seorang diri," ucap Maura langsung mendekap Sisi ke dalam pelukan hangatnya.

Rasanya begitu tenang dan hangat berada di pelukan Maura.

Sisi memecahkan semua tangisnya di dalam pelukan hangat Tantenya.

"Maafin Tante yang tidak bisa membelamu, Tante harap kamu tidak membenci orang-orang yang pernah menyakitimu sayang." pesan Maura.

Kenapa semua orang selalu berpesan kepada ku untuk tidak membenci mereka yang membenci diriku. Apa ini adil bagiku? Jelas tidak, mereka boleh membenciku, sedangkan aku tidak boleh membenci mereka. Kenapa harus begitu? Seharusnya jika mereka membenciku, aku juga berhak membenci mereka!

Secara mendadak Maura melepaskan pelukannya.

"Maaf, Tante harus buru-buru." pamit Maura.

Sisi tersenyum dan menatapi kepergian Maura yang perlahan menjauh meninggalkannya. Sisi juga kembali ke mini market untuk kembali melanjutkan pekerjaannya.

*****

Setelah shalat isya, Sisi kembali melanjutkan kerjanya.

Seperti biasa, tugasnya menghitung setiap belanjaan yang di beli oleh pelanggan.

Sisi: Gadis Yang TersakitiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang