15

389 52 2
                                    

Seulgi menganggukkan kepalanya sambil berdehem. Ia mendengar bunyi panggilan berakhir dari ponselnya. Seulgi menarik ponselnya, memperhatikan layar ponselnya. Seoalah olah Taeyong ada di sana.

Saat ini ia merasa aneh. Merasa bingung. Perasaannya semakin terombang ambing. Di satu sisi Seulgi berusaha melupakan Kai dengan menghindar dari laki-laki itu. Namun perasaannya itu tidak bisa hilang begitu saja. Tetapi anehnya, Seulgi merasakan detak jantungnya tidak normal jika bersama Taeyong.

"Apa aku menyukainya?" Seulgi menyembunyikan wajahnya di tumpukkan tangannya. Memejamkan mata sesaat sebelum akhirnya, bangku di depannya di tarik dan seseorang duduk disana.

Tanpa rasa takut maupun curiga Seulgi mengadahkan keplanya. Betapa terkejutnya dia saat tahu bahwa orang itu adalah asisten Lim. Laki-laki itu memakai topi hitam dengan masker yang di tarik ke bawah dengan sengaja.

"Kita bertemu lagi." sebuah senyuman tercetak di bibirnya. Seulgi mengerutkan keningnya. Asisten Lim menatap sedikit ke atas, seperti tersenyum dengan orang lain.
Seulgi ingin menolehkan kepalanya. Namun belum sempat ia menoleh, tubuhnya tiba tiba menjadi kaku. Ia merasakan jarum suntik menancap di lengannya. Sakit. Seulgi mencoba menahan rasa sakit itu, menatap Asisten Lim yang masih tersenyum. Saat jarum tersebut di cabut, Seulgi merasakan semuanya tampak berputar. Tidak jelas. Perlahan matanya tertutup dan ia tidak sadarkan diri.

"Bawa dia." Asisten Lim memerintahkan seseorang di belakang Seulgi. Seseorang itu mangangguk dan membawa Seulgi menuju mobil yang terparkir tidak jauh dari mini market.

Asisten Lim mengawasi lingkungan sekitar. Memastikan tidak ada yang memperhatikan insiden tadi. Tangannya yang bebas meraih ponsel Seulgi untuk ia bawa.

•••

"Oh Johnny?" tuan Lee menghampiri Johnny yang sedang membuat ramen di dapur. Menjadi teman dekat Taeyong membuatnya tidak begitu canggung untuk melakukan semuanya. Terlebih lagi keluarga Taeyong mengenalnya dengan baik.

Johnny membungkuk sebentar sebelum akhirnya membalas pelukan ringan tuan Lee.

"Senang bertemu denganmu. Sudah lama sekali kau tidak kesini." Johnny memang jarang datang ke rumah Taeyong semenjak memasuki semester baru. Ia disibukkan dengan tugas tugasnya.

"Ah ne. Senang bertemu anda juga Tuan." Johnny melirik panci ramennya, sebelum akhirnya tersenyum pada tuan Lee.

"Ne. Nikmati ramennya." Tuan Lee melepas jasnya. Menepuk pundak Johnny.

"Anda tidak ingin bergabung?" dulu saat Johnny memasuki semester awal. Setiap ia membuat ramen di rumah Taeyong, ia selalu menawarkan makam bersama dengan tuan Lee. Dan Tuan Lee tidak menolak.

"Tidak. Terimakasih. Aku sudah makan tadi." Tuan Lee menggerakkan tangannya dan tersenyum. Ia pergi menuju kamarnya. Johnny membungkuk sambil tersenyum.

"Apa ramennya sudah matang?" Taeyong datang dengan tangan di saku. Duduk di kursi. Menatap air dan mie yang mendidih di panci.

"Hm." Johnny mematikan kompor. Mengambil lap bersih dan membawa panci tersebut di hadapan Taeyong. Johnny mengeluarkan kimchi dari dalam kulkas. Keduanya mulai memakan ramen. Tanpa pembicaraan. Tiba tiba saja Taeyong bersuara.

"Kenapa aku begitu khawatir hari ini?" Taeyong meletakkan sumpitnya. Melipat tangannua di depan dad.

"Apa? Kenapa? Siapa yang kau khawatirkan?" Johnny masih memakan ramennya. Ia sesekali melirik Taeyong.

"Seulgi." Johnny tersedak saat mendengar nama Seulgi disebut. Dengan cepat Johnny meneguk minumannya. Ia mengusap bibirnya kasar, menatap Taeyong intens. Meminta penjelasan lebih.

Everything To You : SeulYong [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang