TAC 19.

198 33 15
                                    

- Mau bagaimana pun semua pasti akan memiliki waktunya sendiri. Memang apa yang bisa kau harapkan dari semuanya, tetap terpecah belah?. Jangan memperumitnya,-

Seoul, 11.00 AM

Apartemen Seokjin (Seoul, Samsung-Dong, Gangnam)

" Kenapa kita ke sini? Mau apa kita ke sini?" tanya Seokjin bertubi-tubi, pada awalnya dia sedikit heran dengan jalan yang ditunjukkan oleh Kim Jisoo. Dia sangat mengenal tempat ini, bukankah ini apartemen dia yang lainnya?. Seokjin memperhatikan gadis yang duduk di sebelahnya yang masih serius merapikan polesan make-up tipisnya tanpa memedulikan pertanyaan yang terlontar dari bibirnya beberapa detik yang lalu.

Tangan Seokjin beralih mengambil lipstik yang akan dipoleskan gadis itu ke bibir kecilnya, tindakan Seokjin mendapatkan decakan sebal dari Jisoo. Namun, Jisoo tidak peduli malah dia saat ini sedang beralih ke aktivitas yang lain, yaitu mengikat rambutnya ke atas tinggi-tinggi serta menampilkan leher jenjangnya yang tampaknya mampu menggoda siapa pun yang melihat, ditunjang dengan baju sebatas perut serta rok pendek sebatas paha.

Jisoo tersenyum menatap pantulan dirinya di spion kecil mobilnya,
" Sempurna dan cantik inilah aku, tidak heran jika aku dibayar mahal bahkan untuk beberapa detik kemunculanku," ucapnya begitu luar biasa percaya diri sembari mengedipkan sebelah matanya pada Seokjin yang saat ini seolah memindai tubuh Jisoo dari atas hingga bawah.

" Apa yang akan kau lakukan? Apa kau tidak bisa mengenakan sesuatu yang lebih tertutup? Cha Taehoo ayahmu bahkan Eunwoo sekalipun tidak akan pernah bisa memukulmu, jadi berhenti memamerkan tubuhmu itu?! " tanya Seokjin berusaha menahan gejolak tidak suka, saat melihat bagaimana cantik dan mempesonanya Jisoo dalam balutan baju yang ia pakai saat ini, tidak mencerminkan sosok dua puluh tujuh tahun.

" Memang, tapi apa kau tidak pernah merasakan jatuh cinta? Aku sedang berkencan, memberi tampilan yang menarik pada calon kekasihmu apa itu melanggar hukum? " gadis itu merespon pertanyaan Seokjin sembari mengenakan syal untuk sedikit menutupi wajahnya.

" Siapa?" tanya Seokjin singkat, sambil tangannya terulur merapikan sedikit beberapa anak rambut Jisoo yang terjuntai bebas di sekitar dahinya. Perbuatan Seokjin sangat berbanding terbalik dengan sorot matanya yang serius dan mengintimidasi.

" Seorang pria yang cukup kaya walau tak sekaya dirimu. Kau tahu benar apa yang ku sukai, pria tampan yang juga kaya." ujar Jisoo berusaha mengabaikan getaran yang terjadi di jantungnya, kala tangan pria itu masih saja berusaha menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

Seokjin yang mendapat jawaban seperti itu hanya terkekeh kecil, lalu mengakhiri kekehan itu dengan smirk kecil di ujung bibirnya sembari berkata " Ini belum lewat tiga hari sejak pengakuanku, jika aku tidak salah ingat, kau bahkan tampak seperti gadis depresi saat tahu kau tidak hanya membuat tiga orang menemui Tuhan lebih cepat. Membuat Lisa serta dokter yang menanganimu panik hanya karena kau mendadak sulit bernafas. Apa itu semua hanya akting? Pantas kau mendapatkan penghargaan setiap tahunnya. Aku nyaris percaya padamu!" ujar Seokjin tanpa sedikit pun mengalihkan pandangannya kepada Jisoo.

" Percaya atau tidak itu terserah padamu! Aku tidak pernah memaksamu untuk mengubah persepsimu tentang aku. Sampai kemarin, aku memang benar-benar bersedih Tuan Kim!. Dan ini caraku menghibur diri, mencari seseorang yang bersedia memberikan tangannya padaku. Aku tidak bisa hidup dalam kesedihan yang bahkan sudah lewat beberapa tahun lalu. Hidupku tidak boleh berhenti ataupun terbayang masa lalu. Anggap saja masa laluku tentang bayiku, ibumu, dan juga ayahku adalah tumbal dari kemewahan yang aku dapatkan saat ini. Tentu aku tidak akan menyia-nyiakannya bukan?" Jisoo mengakhiri kalimatnya yang kelewat kurang ajar itu dengan sedikit senyuman yang terpatri di bibir merahnya.

Truth and Choice (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang