PERTEMUAN TANPA DISENGAJA

1.4K 48 0
                                    

Vee melangkahkan kakinya dengan rasa sesak di dada. Prasangka yang selama ini ia sembunyikan ternyata benar, pria yang mengatakan bahwa ia bersungguh-sungguh ingin menerima Vee apa adanya hanyalah seorang pria yang juga ingin memanfaatkannya. Bersama dengannya selama hampir 2 tahun, Vee bahkan membiayai hidup kekasihnya itu dengan harapan dikemudian hari ia akan menikmati hasil jerih payah dari laki-laki yang akan menjadi suaminya ini. Namun siang ini, Vee seolah-olah tenggelam dalam harapannya sendiri.
Pagi tadi dirinya merasa tertampar dengan kenyataan yang dia saksikan sendiri. Dari luar apartemen yang pintunya berhasil Vee buka, Vee menyaksikan kekasihnya sedang melakukan hal senonoh bersama wanita lain. Tak hanya itu, iapun mendengar kata-kata yang tajam menusuk kupingnya.

"Sayang, lalu kapan kamu akan meninggalkan Vee? Atau jangan-jangan kau benar telah jatuh cinta padanya." tanya wanita tengah bertelanjang itu dengan sesekali mendesah karna tekanan dari Lukas, kekasih Vee.

"Jatuh cinta? ha ha ha ha ha,,," dengan nafas tersenggal-senggal Lukas berusaha menjawab sambil tersenyum jahat. "Aku tidak mungkin jatuh cinta padanya. Kau pikir aku ingin hidup terbebani membiayai wanita itu? Apalagi dia memiliki seorang anak" jawabnya dengan erangan kenikmatan diujung kata-katanya. Setelahnya ia membuang badannya di samping selingkuhannya itu dengan kepala yang ia julurkan dari ranjang dengan mata yang masih menutup.

" Aku hanya memperalatnya saja. Kau tahu bahwa ia seorang janda, namun sikapnya seolah dia masih perawan saja. Tak ingin disentuh seujung kukupun" ucapnya sambil membuka matanya perlahan.
Tiba-tiba saja matanya menangkap gambaran wajah Vee yang sudah memerah karna kesal.

Lukas sontak bangkit dan menyambar boxernya yang tergeletak begitu saja. Sintia ikut terperanjat ketika ia menoleh kearah pintu yang knopinya dipegang oleh Vee sejak tadi.

"Vee, aku bisa menjelaskannya" ucap Lukas dengan berlari menuju pintu terbuka itu.

"Cukup, berhenti disana !! " tegas Vee dengan wajah dingin menunduk. "Aku tidak ingin penjelasan apapun lagi darimu, adegan tadi sudah menjelaskan semuanya dengan sangat jelas" sambungnya lagi.

"tapi, sayang..."ucapan Lukas terhenti ketika Vee mengangkat tangannya mengisyaratkan untuk berhenti.

"Mulai detik ini, aku bukan lagi alat penghasil uangmu. Aku tidak ingin lagi memiliki hubungan apapun dengan kalian" ucap Vee dengan nada dingin lalu membalik tubuhnya melangkah pergi.
Dia berjalan menyusuri jalan apartemen sederhana itu. Tanpa tau arah tujuannya, ia terus saja melangkahkan kakinya. Entah sudah berapa lama ia berjalan, suasana sekeliling sudah gelap dan iapun berada di sebuah jembatan kokoh diatas sungai luas berarus lumayan deras. Sadar dia berada di sebuah jembatan, Vee menghapus air matanya yang sedari tadi menetes. Vee berbalik memegangi pagar besi jembatan sambil menengok ke bawah menatap arus sungai. Saat ini perasaannya tidak karuan.

***

Sementara di dalam mobil, seorang supir dan Tuannya sedang kebingungan mencari sebuah alamat. Sepertinya bukan orang biasa, terlihat dari penampilannya yang serba mewah dan diikuti 3 buah mobil dibelakangnya.

"Tuan, ditempat ini sangat jarang warga." ucap supirnya

"Kalau begitu, carilah seseorang untuk ditanyai" jawabnya sambil memejamkan mata dan menyandarkan kepalanya di kursi penumpang.

"Baik Tuan" jawab supir itu singkat sambil menundukkan kepala tanda hormat.

Mobil pria itu melewati jembatan, tanpa sengaja Vee berbalik ke jalan bersamaan dengan pria itu menoleh kepadanya. Sejenak mata pria itu menangkap manik mata Vee yang sedang meneteskan air mata. Kemudian Vee berbalik ke sungai lagi.
Pria itu terus melihat Vee ketika Vee mulai mengangkat kakinya dan menginjakkannya ke besi melintang paling bawah seolah-olah dia ingin memanjat.

" Hentikan mobilnya" ucap pria itu tiba-tiba ketika melihat Vee merentangkan kedua tangannya ke samping. Sontak sang supir lalu menginjak rem mendadak.
" Cepat kau tanyakan padanya alamat yang kita cari." sambungnya lagi.

"Baik tuan" jawab supirnya patuh.
Supir itu lalu menghampiri Vee yang masih merentangkan tangannya. Mendengar seseorang mendekat, Vee segera turun dari pagar besi itu dan membalik tubuhnya ke arah belakang.

"Maaf nona, apa kau tau alamat ini?" ucap supir itu sembari menyerahkan secarik kertas padanya.

Dengan melirik ke arah mobil si pria, Vee menerima kertas bertuliskan alamat tadi.

"Ada urusan apa anda mencari alamat ini?" tanya Vee dengan sedikit memicingkan mata ke arah supir itu.

"Kamu hanya perlu menjawabnya, tidak perlu banyak bertanya. " Seru sebuah suara dari dalam mobil itu. Mobil-mobil yang ada di belakangpun juga ikut turun memperjelas bahwa mereka adalah pengawal pria dari mobil yang pertama berhenti.

Vee menoleh pada pintu mobil yang terbuka itu. Tampak sesosok pria dengan tubuh yang tegap tinggi serta kekar keluar dari mobil. Pria itu lalu menutup pintu mobil dan bersandar pada badan mobil itu dengan melipat kedua tangannya di depan. Sangat angkuh, pkir Vee.

"sangat angkuh" Vee berdecis pelan. Namun masih dapat didengar oleh kedua lelaki yang menghampirinya.

"Kuharap kau tidak berlanjut menguras waktuku." jawab pria itu dengan sedikit nada mengancam. Sementara tatapannya masih tajam pada wajah Vee. Vee cukup bergidik dibuatnya, hingga dia sejenak terdiam menatap pria itu dengan lekat.

"Atau kau mengenal seseorang yang tinggal di alamat itu?" tanya pria itu lagi menerka. "Apa kau kekasihnya, atau mungkin istrinya" Vee terdiam menatapnya.

AKU MENCINTAI MU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang