SURAT DARI ORANG KAKU
Oleh: anindykashah
Beatrice … ini aku, Steve. Apakah kamu ingat? Jika mengingatku adalah luka bagimu, lupakan saja karena mungkin aku jahat dan aku kaku.Kamu boleh memanggilku Steve, dengan “Stiff” sebagai ejaannya. Ya, Stiff. Aku sangat kaku sekali saat menghadapimu. Bahkan, untuk sekadar memahami diriku sendiri, aku kaku.
Aku ingin bertanya. Apa kabar, Bea? Sudah tujuh tahun aku meninggalkanmu tanpa alasan yang jelas. Aku masih ingat kali terakhir wajahmu menahan tangis dengan sejuta ketakutan akan kehilanganku. Matamu terpejam dengan beberapa garis di tepinya yang menunjukkan bahwa kamu sangat terkejut dengan keputusanku. Kamu memanggilku “Stiff”, sekali lagi, dengan amarah yang membludak seperti air yang mendidih dalam tabung reaksi, ketika aku kali pertamamengenalmu.
Izinkan aku sedikit saja membuka kenangan tentangmu, yang indah tentang kita tentunya, tentang tabung reaksi di laboratorium kimia, yang mendekatkan kita. Jika ini tahun 2020, sekitar pada 2009 itulah kala pertama aku mengetahui di kelas 11C ada seorang gadis cantik bernama Beatrice Weidenbacher. Semua orang mengagumimu saat itu. Aku tahu dan mendengarnya, tetapi aku tidak pernah ingin tahu tentang segala ketenaranmu. Aku introvert, maka aku menutup segala akses tentang keterkenalan apa pun di sekolah kita. Akhirnya, Pak Anton, guru kimia kita, memberikan kesempatan kelas 11C untuk belajar dalam satu lab dengan kelasku,11D.
Aku tidak punya teman saat itu sehingga aku terpaksa duduk secara acak dengan siswa di kelasmu, 11C, dan aku mendapatkanmu. Oh, maaf, maksudku aku duduk denganmu. Hanya berdua, aku dan kamu. Steve Barton dan Beatrice Weidenbacher.
Apa yang dikatakan teman-teman tentangmu memang benar, Bea. Kamu sangat cantik jika dipandang dari dekat. Maka, saat itu aku memutuskan untuk sedikit tertarik padamu. Aku berandai-andai, jika saja suatu saat namamu menjadi Beatrice Barton.
Seandainya, aku tidak terlalu menyangka bahwa itu akan jadi kenyataan. Kamu bagaikan selebritas di sekolah, sementara aku hanya laki-laki introvert yang dipandang aneh karena tidak pernah bergaul. Mana mungkin? Setidaknya, itu yang aku pikirkan saat itu.
Sepuluh menit kita duduk bersebelahan, kamu menyenggol lengan bajuku. “Hai. Steve, ya?”Aku sangat terkejut, bagaimana kamu tahu namaku? Dengan sedikit gagap, aku menjawabmu, “Iya, aku Steve.”
“Aku Beatrice. Salam kenal, ya, semoga kita bisa menjadi partner yang baik hari ini.”Dan seterusnya, gumamku dalam hati. Sebentar, aku mulai berhalusinasi. Tanganmu menjulur dan aku meraihnya. Lidahku kelu. Oh, Tuhan, berapa banyak pria di sekolah ini yang memimpikan untuk duduk satu kelompok denganmu, Bea. Lalu, aku, si cupu ini, yang mendapatkannya.
Edward, teman sekelasku yang sudah lama suka padamu itu, bahkan tidak punya kesempatan emas sepertiku. Edward memandangku sinis saat itu. Karena dia pernah memecahkan tabung reaksi sebelumnya, Pak Anton menguncinya untuk satu kelompok dengan Natasha, siswi paling galak dan cerdas di kelasmu. Tahukah kamu, Bea? Hari itu hari Kamis. Kali itu, kali pertama aku jatuh cinta dengan seseorang yang baru kukenal.
“Silakan kalian ambil cairan berwarna biru di hadapan kalian dan masukkan tiga tetes ke dalam tabung reaksi.” Pak Anton memerintah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekamatra [TELAH TERBIT]
Cerita PendekAntologi cerpen, puisi dan quotes mengenai makna maaf dan terima kasih. Dua hal yang terkadang dianggap sepele dan terlupakan. Dua hal tersebut, maaf dan terima kasih seakan menjadi sebuah garis yang sama. Menjadi sebuah dimensi yang sejalan dalam d...