PROLOG

8 3 0
                                    

Pria berkulit sawo matang itu masih mencoba menerawang dibalik penglihatannya yang mulai samar-samar . Luka-luka lebam dan sayatan masih terasa sangat perih di tubuhnya . Hingga akhirnya sebuah benda tajam kecil berukuran dua senti menghujam keras dada kirinya . Pendengarannya mulai terganggu , hanya ada lengkingan yang menggema di telinganya . Benar saja , hari itu menjadi hari terakhirnya dalam perjalanan hidupnya yang begitu panjang .

Di sisi lain seorang pemuda berusia 18 tahun berdiri sembari berkacak pinggang dengan sebuah pistol Glock Meyer 22 di depan jenazah orang yang telah ia bunuh . Sorot mata cokelat muda nya memperlihatkan bahwa situasi batinnya sedang tidak baik-baik saja . Dengan di saksikan antek-anteknya , pemuda itu menghabisi targetnya secara mengenaskan .

Edgar Pradipta Rainer , seorang pemuda keturunan Indonesia - Jerman dengan rahang tegas serta iris mata berwarna cokelat muda khas Eropa . Pembawaannya yang dingin , tegas dan tanpa ampun menjadi poin tersendiri baginya untuk ditakuti banyak orang . Siapa sangka seorang pemuda berusia 18 tahun dapat memimpin organisasi besar yang beranggotakan ratusan orang .

Sisi lain seorang Edgar Pradipta Rainer adalah ia seorang psikopat . Mendengar kata Psikopat , tentunya akan mengarah pada kasus pembunuhan , sikap impulsif dan egosentris yang membelenggu . Yah , hal itulah yang ada dalam diri Edgar selama ini .

Bukan tidak ada alasan bagi Edgar untuk menjalani hidupnya sebagai seorang psikopat . Semua ini dilatarbelakangi oleh keadaan keluarganya yang hancur dan jauh dari kata harmonis . Keadaan inilah yang membuat Edgar tumbuh menjadi pribadi yang sulit menunjukkan rasa sayang dan kebaikan pada orang lain . Bahkan ia tidak mempedulikan perasaan orang lain . Bisa dikatakan hatinya telah lama mati di telan pahitnya keegoisan kedua orangtuanya .

🌑

" Berhenti mengurusi hidup orang lain " Pekik gadis itu pada seorang wanita paruh baya yang berada tepat di hadapannya . Tanpa aba-aba sedikitpun gadis itu segera berlari meninggalkan orang dihadapannya itu seraya menahan air mata yang siap meluncur di pipinya .

Sebagian besar orang pasti akan beranggapan buruk apabila melihat seorang gadis yang masih duduk di bangku sekolah bekerja di tempat hiburan malam . Inilah yang harus dilewati gadis bernama Feby itu guna menyambung hidupnya yang begitu miris soal perekonomian . Bukan kemauannya sendiri untuk terjebak dalam posisi ini , namun tuntutan hiduplah yang menjadi alasan terbesarnya .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VENOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang