Aryan berlari kecil dari warung kopi ujung kompleks Melrose menuju rumah. Garis wajahnya cerah, dengan semangat lari di jalanan seperti anak kecil.
"SPADAAAAAAA!"
"Anjing!" umpat Esa yang tersentak kaget. Cowok itu lagi tiduran di sofa ruang tamu, baru saja masuk ke dunia mimpi lalu mendengar teriakan Aryan yang suaranya kayak lumba-lumba itu. "Kaget, monyet!"
"Mas Esaaaa!" serunya riang langsung menarik Esa dan memeluknya, membuat Esa membelalak kaget.
"Astaghfirullah, kalian berdua ngapain peluk-pelukan di sini? Kalau kelihatan tetangga gimana?!" pekik Shasha yang baru masuk rumah. Baru saja pulang kuliah. Ia tercengang melihat dua pria berpelukan seperti itu.
Esa langsung mendorong Aryan sampai jatuh terduduk di lantai. "Aryan, njir!" katanya memandang pemuda itu tajam. "Otak lo habis disleding siapa sih?" tanyanya kesal. Mana Aryan lagi bau matahari pula.
Tapi Aryan sama sekali tidak kesal pada pertanyaan Esa. "Mas gue seneng banget! Ya ampun...."
Aryan lantas berlari masuk kembali ke kamarnya di lantai dua.
Esa dan Shasha mengernyit heran memandang cowok itu yang kelihatan kegirangan.
"Temen lo kenapa dah?" tanya Shasha tertawa kecil sambil berjalan menjauh.
"Dih bukan temen gue, gue nggak punya temen," balas Esa kembali tiduran dan memejamkan mata.
Sementara itu di dalam kamar, Aryan langsung membuka lemari dan melihat isi pakaiannya. Ia mengeluarkan beberapa baju yang dinilai paling bagus dan melemparkannya ke atas kasur. Cowok itu lantas mengambil handuk kemudian mandi.
Sore ini akan menjadi sore yang menyenangkan.
**
"Yan, mandi parfum lo?" tanya Prima bingung mencium aroma yang menyengat dari pemuda yang baru saja keluar dari kamar. "Sumpah ini bau banget anjir, kebanyakan, enek tau di hidung!" protesnya sambil mengipasi depan wajah.
Aryan refleks mencium dirinya sendiri. Tapi baginya ini baru wangi yang pas untuknya. Ia ingin wanginya tahan lama, jadilah minyak wangi yang dipunya langsung disemprot ke seluruh badan.
"Teh Prima-ku yang cantiknya kayak mermaid, denger ya," Aryan tersenyum lebar mengamit lengan cewek itu dan berjalan turun tangga, "berbanggalah karena adikmu yang satu ini diajakin nongkrong sama cewek. Sumpah gue seneng banget!" lanjutnya lompat-lompat kecil.
Prima melepaskan diri dari gandengan cowok itu. "Gimana gimana? Mau kencan gitu maksudnya?"
Aryan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Mm bukan kencan sih, orang cuma nongkrong, pengin ngobrol aja."
"YIIIS ADEK LO MAU KENCAN, YIIIIS!" teriak Prima saat matanya mendapati sosok Haris memasuki rumah.
Mendengar laporan itu, Haris yang tadinya mau ke dapur langsung belok ke tangga dan menghampiri mereka berdua. "Kencan? Kencan sama siapa lo, bocah?!" tanyanya heboh sendiri. "Gaya banget lo! E-KTP belum jadi aja udah berani kencan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Housemates
Novela JuvenilRumah itu bukan rumah biasa. Tersimpan banyak kisah dari para penghuninya. Disclaimer : semuanya hanya fiksi yang tidak ada hubungannya dengan realita sama sekali. Started : 10 Oktober 2020 End : 14 Januari 2021