LALISA datang dengan air muka yang sarat menunjukkan kelelahan akut seirama dengan tangan yang sesekali memijit bahunya sendiri. Dia melangkah mendekati meja kami, menarik kursi di samping Jisoo, dan sesukanya meraup es americano milikku. Aku mendengus melihat nasib minumanku yang mulanya masih penuh kini sudah sekarat menyentuh garis terakhir di gelas.
"Tumben mukamu ditekuk seperti itu? Apa jangan-jangan kau dan Jennie sudah bertukar konsulen ya? Tadi Jennie datang dengan wajah segar soalnya." Jisoo mengomentari Lisa yang baru menyomot sandwich di piring Rosie.
"Ambil sendiri makananmu dong. Itu kan sandwich special buatanku untuk Rosie." Lisa memutar bola mata jengah menanggapi June. Beralih memusat atensi padaku yang hanya memandanginya dengan satu alis terangkat. Bertanya dengan ekspresiku.
"Sepertinya konsulenku akhir-akhir ini sering main dengan Profesor Seo sampai-sampai dia seminggu terakhir ini tidak berhenti membuatku bangun tengah malam."
"Panggilan mendadak?." Tanyaku langsung. Menyesap minumanku sampai benar-benar tuntas dan berpindah memonopoli milkshake milik Jisoo. "Profesor Seo malah sudah dua hari terakhir jinak."
Lisa mendecak pelan, menjambak rambutnya sebal sendiri. "Masih mending kalau panggilan mendadak berfaedah. Ini aku disuruh datang hanya untuk mendengarkan curhatan atau sekadar memberi masukan tentang kado mana yang harus dibeli untuk anak bungsunya." Rungutnya.
Dosa tidak ya kalau aku tiba-tiba tertawa? Tetapi sisi jahat dalam diriku sudah menggebu untuk bersyukur karena Lisa akhirnya merasakan apa yang selama ini aku rasakan.
"Berarti seleramu bagus menurutnya." Timpalku mengangkat bahu.
Di sampingku, June ikut menyahuti setelah terkekeh puas. "Mungkin karma juga karena selama ini kan hanya kau yang senggang dan hampir tidak pernah mengeluh."
"Nyenyenye."
"Masih mending kan daripada mendapat konsulen seperti punya Jennie? Tidak lihat kantung matanya lama-lama sudah seperti panda?."
Sialan Kim Jisoo.
"Kalau dia sih, mau sebesar lubang hitam di antariksa pun tetap tidak berpengaruh. Sudah punya Jackson yang tidak akan pernah berpaling sekalipun Ariana Grande menawarkan diri menjadi pelakor."
"Sayang sekali sepertinya dari sisi Jennie tidak lama lagi akan membiarkan pelakor versi laki-laki datang."
Aku melotot begitu mendengar Rosie yang biasanya ada di pihakku malah sekarang ikut member serangan ledekan seperti Lisa. Sontak membuat Jisoo dan June yang sedang makan dan minum tersedak bersamaan. Jisoo menoleh dan memandang menuntut penjelasan padaku.
"Siapa? Aku ketinggalan sesuatu ya?." Tanyanya penasaran.
"Bukan hanya ketinggalan sesuatu! Tapi banyak hal! Tahu tidak sewaktu kami bakar-bakar di unit Jiwon, ada seseorang yang——"
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Eccedentesiast
Romance[ part of snowflakes ] Sebuah kisah klise tentang Jennie yang terjebak dalam sebuah hubungan beracun. Sepanjang perjalanan kisah mereka, Jennie sadar betapa perasaannya bisa menghancurkan sewaktu-waktu. Diterpa dua pilihan memberatkan; haruskah Jenn...