19 - Mabar

1.2K 84 10
                                    

Happy Reading

"Tapi aku kan udah mandi, Mir?" ujar Badrun pasrah ditarik dua perempuan ke kamar mandi.  "Tadi juga udah mandi wajib. Masa mandi lagi?"

"Ih, bawel nih, Badrun." Chika gemas menjewer telinga Badrun. Badrun pura - pura mengaduh.

"Tau nih!" Mira ikutan mencubit pantat Badrun.

"Diem ngga!" Chika menepuk bahu Badrun agar diam.

Mira mengangkat tangan Badrun, lalu menarik ke atas baju yang dipakai pria itu. Chika berjongkok di bawah menurunkan celana sekaligus celana dalam Badrun. Sontak saja kemaluan Badrun mencuat dari sarangnya dan masih sedikit lemas. Badrun pasrah ditelanjangi dua perempuan. Mira dan Chika memakai kaus polos dan celana pendek. Badrun bisa melihat bayangan warna bra keduanya.

"Kalian ini–" Kalimat Badrun dipotong.

"–iya tau. Ngga ada akhlak!" tukas Mira, membasahi tangannya dengan air dan sabun. Ia mulai menyabuni dari leher hingga punggung Badrun.

"Tapi kamu seneng dimandiin kita!" Chika menimpali. Chika pun sama, ia menyabuni leher sampai perut Badrun. Bagian roket Badrun akan mereka gilir bersama.

"Aku ngga ngomong weee..." ledek Badrun sembari merem melek menikmati bagian belakangnya digosok Mira dengan tangan lembutnya. Sementara Chika membersihkan kedua kakinya.

"Mau ngomong apa?" Chika mendongak.

"Kalian ini bikin aku tambah sayang..."

Plakk

"Lebay!" Mira menepuk pantat Badrun. "Diem, Drun. Tahan ya! Awas lho jangan keluar!"

"Ho oh." Badrun mengangguk.

Mira dan Chika berjongkok di hadapan Badrun, kemaluan Badrun yang kini sudah tegak berada tak sampai dua jengkal. Mira meneteskan sabun cair di telapak tangannya, lalu perlahan meratakan sabun dan memijat testis Badrun lamat - lamat.

Badrun memejamkan mata merasakan skrotumnya disentuh dengan sentuhan yang lembut. Pijatan itu seperti memaksa sumber spermanya agar segera keluar. Badrun harus menahannya, agar tidak disebut prematur. Chika tanpa malu dipandangi Mira yang selekas mencium pipinya cepat. Bagi Mira, Chika juga seperti adik yang ia sayang. Sama - sama menyukai Badrun.

Sekarang giliran Mira, Chika masih memijat skrotum. Tiga jari kanan Mira perlahan memegang batang penis Badrun, tangan kirinya menuangkan sabun cair. Ia mulai mengurut dari pangkal sampai kepala jamur itu lamat - lamat dan merasakan penis akhirnya menegang. Baru kali itu Mira melihat kemaluan Badrun. Diameternya cukup besar dan panjang menurutnya. Menarik. Kepala jamur Badrun memerah, kulit batang kemaluan itu pun lumayan putih. Karena kulit tubuh Badrun juga putih dan bersih. Ditambah lagi kepribadian Badrun yang penyabar, ia makin penasaran dengan gairah seksual Badrun.

"Aku aja ya, Chik?" pinta Mira meminta izin ke gadis manis di sebelahnya.

Chika mengangguk lalu tersenyum dan mengecup pipi Mira. Ia mundur sejenak.

Mira mengecup ujung kepala penis Badrun yang mulai menetes precum bening. Badrun pun mulai terangsang rupanya. Cairan lengket itu menempel di bibir Mira, dan membentuk seperti jembatan lengkung saat Mira menarik bibirnya dari ujung kepala penis. Mira menjilatnya dan mengulum ujungnya seraya menyedot agar cairan itu keluar semua. Badrun mendesah dan menegang. Kepalanya mendongak.

Hisapan mulut Mira begitu kuat, Badrun merasa gatal pada ujungnya, ia sebisa mungkin mengalihkan pikirannya agar kemaluannya tak lekas orgasme. Jujur, ia terpaksa melakukan ini. Menyenangkan orang yang ia sayang, walau perempuan yang sedang menjilati kemaluannya juga ingin menyenangkan Badrun.

Bidadari Badung 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang