Enjoy, the story.
.
.
.Dari semalam Jaehyun merasa sangat lemas, matanya berat dan terasa panas, pangkal hidungnya sakit hingga membuat kepalanya nyeri.
"Ibuuuuuuuuuuuuuu," dia merengek, memanggil ibunya, dia menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri menghalau pusing yang ia rasakan, namun tidak berhasil. "Buuuuuuuu ...," rengeknya sekali lagi.
Wanita yang masih terlihat cantik diusia hampir setengah abad itu masuk ke kamar Jaehyun, wajahnya tampak khawatir. "Kenapa Jaehyun, masih punsing kepalanya? tanyanya sembari meletakkan telapak tangan pada dahi anak satu-satunya itu.
"Astaga, panasnya belum turun juga, udah kamu minum kan, obatnya?"
Jaehyun menggeleng. "Belum, Bu," suaranya terdengar lirih.
"Aduh, kamu ini!"
"Kepala ku pusing, Bu!"
"Makanya diminum obatnya!" ujar ibu sembari mengeluarkan sebutir obat dari 3 pelastik bening yang berada di atas nakas berwarna hitam, di samping tempat tidur Jaehyun. "Nah ini!" katanya sambil menyodorkan obat beserta gelas berisikan air mineral. Jaehyun menggeleng, kemudian menutup tubuhnya hingga kepala dengan selimut besar yang ia dekap sejak tadi.
"Jaehyun —"
"Tidak mau," katanya masih dengan suara lemahnya. "Rasanya pahit Ibu, aku ti—"
"Jaehyun!"
Dengan gerakan lambat Jaehyun menurunkan selimutnya, dengan sedikit memaksakan diri, ia bangkit dan menyandarkan punggungnya pada kepala kasur lalu mengambil obat yang disodorkan ibunya, sedikit merengut ia menelan 3 butir obat itu. Tingkah Jaehyun membuat ibunya tersenyum.
"Pintar," katanya sembari mengusap lembut kepala anaknya, yang telah membaringkan tubuhnya lagi. "Sekarang tidurlah ... cepat sembuh sayang."
"Ibu ..." Jaehyun memanggil kembali sang ibu, sebelum wanita itu keluar dari kamarnya.
"Kenapa sayang?"
"Tolong hubungi kak Taeyong, suruh dia kemari."
"Kamu ini manja banget, sih! Siapa tau kakak tersayangmu itu sedang sibuk!"
"Tidak, dia tidak sibuk, paling sehabis pulang sekolah dia hanya akan berbaring di tempat tidurnya sampai malam seperti orang bodoh," jawab Jaehyun dengan suara serak. "Tolong ya Bu, katakan padanya, begitu jam sekolah selesai harus langsung kesini, atau tidak perlu menjumpaiku lagi!" Ibu hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum, rengekan Jaehyun membuatnya terlempar ke masa muda, di mana keinginannya selalu terwujud.
"Ahh, percintaan remaja memang paling menyenangkan," ucapnya di dalam hati, kemudian pergi meninggalkan putra tersayangnya, dan berniat menghubungi Taeyong.
***
Jaehyun terbangun dari tidur yang didapat karena pengaruh obat. Ia mengusap wajahnya, kepalanya masih terasa pusing namun tidak separah tadi, ia berusaha bangkit dari tempat tidur, menyingkirkan dengan asal selimut tebal yang membungkus tubuhnya, tapi belum juga menapakkan kakinya ke lantai, dia kembali menghempaskan dirinya ke kasur, tubuhnya masih terasa lemas. Dengan sisa-sisa tenaga, ia mengulurkan tangannya ke arah nakas, berharap ada gelas berisi minuman di sana, tenggorokannya kering, ia butuh air.
"Nah, minumlah!" Sebuah suara menghentikan pergerakan tangan Jaehyun, dia jelas tau siapa pemilik suara ini. Bibir tebalnya tersenyum saat melihat Taeyong di hadapannya menyodorkan gelas dengan raut wajah yang tampak cemas.
"Sialan sekali dia ini, tampannya sangat tidak masuk akal!" Suara hati Jaehyun berteriak
"Kakak udah dateng dari kapan?" kata Jaehyun sembari mengambil gelas dari tangan kekasihnya, lalu meminumnya dengan pelan.
"Setengah jam lalu, abis kelas selesai, langsung lari kesini, soalnya kalau telat ada yang engga mau ketemu lagi," jawab Taeyong kemudian tersenyum lebar saat mendapati kedua cuping telinga kekasihnya memerah. Dia mendaratkan telapak tangannya pada dahi Jaehyun. "Panas banget badan kamu, Yang."
"Iya, dari semalam udah berasa engga enak badanku." Jaehyun merengek manja, sambil menggeser tubuhnya memberikan tempat untuk kekasihnya duduk. "Sini Yang, tiduran samping aku!" katanya dengan suara yang lemah sambil menepuk pelan sisi kasur yang kosong. Menuruti permintaan kekasihnya, Taeyong beranjak menaiki tempat tidur, kemudian membaringkan tubuh dengan posisi menghadap pria kesayangannya itu. Jaehyun merapatkan tubuh keduanya lalu memeluk Taeyong erat, menenggelamkan wajahnya pada dada sempit itu. "Nyamannya," katanya dengan suara berbisik. "Kamu udah mandi yah, wangi banget?" Kekasihnya mengangguk.
"Ia tadi sampai langsung mandi dulu, biar seger. Untung kemeja aku ada nyisa di sini."
Jaehyun tersenyum, lalu kembali menenggelamkan wajahnya pada dekapan kekasihnya.
"Sayang, kamu makan dulu, yah!" pinta Taeyong yang tiba-tiba teringat ucapan ibu Jaehyun yang mengatakan bahwa kekasihnya itu belum menelan apapun, selain obat.
"Engga mau, mau di sini aja sama kaka." Jaehyun menatap Taeyong. "Kaka nginep di sini, yah!"
"Tapi kamu makan du — "
"Engga napsu, ih!"
"Biar cepet sembuh, sayang! Aku sedih liat kamu sakit begini, aku suapin deh, okay?!"
Jaehyun akhirnya mengangguk kemudian memeluk erat kekasihnya. "Tapi nanti yah, sejam lagi," pintanya penuh harap hingga membuat Taeyong tersenyum kemudian mengecup dahinya dengan lembut.
"Okay, i love you!" Ia menghujani kecupan kecil berulang ke wajah pucat pria kesayangannya yang tengah sakit itu.
"I love you too," balas Jaehyun, sembari mengecup lembut dada Taeyong yang entah sejak kapan kancing atas kemejanya terbuka dua buah.
Taeyong menghela napas —here we go again — batinnya. Jaehyun memang manja, dan selalu membuatnya gemas karena sikapnya yang kekanakan, tapi di balik wajah polos kekasihnya, tersimpan ide-ide nakal, seperti saat ini: menggigit pelan dada Taeyong dari luar bajunya.
"Jaehyuuuunnnn ... kamu yah!" ujar Taeyong, bermaksud mengingatkan. "Jangan gini, ah!"
"Ih, ini biar cepat sembuh, tau!" balas Jaehyun, kemudian kembali melakukan kegiatan — menyembuhkan diri.
See u next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
JAEYONG'S DIARY
FanfictionKisah tentang Taeyong dan kekasihnya yang super- hahh