Zefanya yang diikuti oleh Kevin di belakang masuk ke salah satu ruangan konsultasi yang biasa Zefanya kunjungi sejak umurnya tujuh belas tahun, kemudian dokter laki-laki paruh baya melemparkan senyuman kebapakan pada Zefanya yang diangguki.
"Bagaimana kabarnya nak, dengan siapa kau kesini?" tanya dokter tersebut menjabat tangan Kevin.
"Baik dok, dia calon suamiku," jawab Zefanya yang kemudian dihadiahi senyuman girang.
"Aku merasa pernah melihat wajahmu di televisi," ucapnya sambil mengusap janggutnya yang sudah terlihat putih di beberapa bagian.
"Aku atlet bulutangkis dok, Kevin Sanjaya," ucap Kevin membuat dokter Irzan menganggukan kepalanya.
"Kau terlihat lebih hidup dari terakhir kau kesini nak," ucapnya.
Dokter Irzan sudah mengenal Zefanya sejak umurnya masih satu tahun, Ali, dirinya, dan Jungsoo selaku ayah Zefanya memang bersahabat sejak mereka bertiga duduk di bangku perkuliahan, mereka bertiga di pertemukan di organisasi debat walaupun dengan jurusan yang berbeda satu sama lain, hal itu tidak begitu mengurangi kedekatan ketiganya.
"Aku sekarang merasa lebih bisa mengekspresikan perasaan ku," ucap Zefanya yang diangguki oleh dokter Irzan.
"Kau terlihat seperti itu nak sekarang," ucapnya.
"Kau tau kan ASDP yang kau derita memang tidak bisa sembuh bukan? Tapi, kurasa kau punya kemajuan yang pesat untuk bisa membaik dan stabil nak," ucap dokter Irzan.
"Terimakasih karena telah membantunya," ucap dokter Irzan menepuk bahu Kevin pelan, membuat dirinya mengangguk sopan.
"Aku akan terus membantunya sebisaku," balas Kevin membuat dokter Irzan tersenyum.
Zefanya dan Kevin sedang makan di sebuah kedai kwetiau seafood di pinggir jalan, beberapa pelanggan terlihat terang-terangan menatap Kevin dan Zefanya yang sedang hikmat menikmati makanannya tanpa perduli pandangan tersebut.
"Aku nggak apa-apa kan kalo jarang hubungin kamu? Mulai besok aku jarang megang ponsel, aku harus latihan buat turnamen," ucap Kevin sambil meminum es jeruknya.
"Nggak apa-apa kali Vin," jawab Zefanya menyuapi Kevin dengan kerupuk yang ia baru buka.
"Vin, kalo aku buka kafe, menurut kamu gimana?" tanya Zefanya ragu.
"Bagus, aku selalu percaya sama apa yang kamu lakuin," jawab Kevin membuat Zefanya tak kuasa menahan senyumnya.
"Kerdus banget sih," balas Zefanya membuat Kevin terkekeh.
"Aku mau buat kafe sama semacam dessert bar gitu Vin sama Ifa, aku yakin dia bisa bantu aku, aku juga udah punya dana dan tau dimana mau buka cafe," ucap Zefanya mengunyah udangnya.
"Kamu mau buka kapan? Kita kan mau nikah?" tanya Kevin yang sedikit khawatir karena sebentar lagi dirinya akan menikah dengan wanita disampingnya.
"Abis acara kita selesai, aku mau ngutamain apa yang harus diutamakan dulu," ucap Zefanya membuat Kevin menganggukkan kepalanya setuju.
"Nanti aku bantuin kamu," balas Kevin.
"Kamu mau ngerencanain liburan kemana nanti setelah nikah?" tanya Kevin membuat Zefanya tak bersuara.
"Gimana?" tanya Zefanya bingung.
"Mau bulan madu kemana?" tanya Kevin lagi.
"Terserah kamu aja ngajaknya kemana, aku ngikut aja," jawab Zefanya.
"Yakin nggak mau pilih sendiri?" tanya Kevin memastikan.
"Aku suka Jepang, atau mungkin Korea? Aku pengen sekalian nengok Opa dan Oma ku," jawab Zefanya setelah memikirkan tawaran Kevin tersebut.
"Yaudah nanti kesana aja," jawab Kevin.
Zefanya tidak pernah merasa dicintai dengan sebegitu baiknya oleh orang lain sebelumnya, tapi semenjak dirinya mulai terbuka dengan kehadiran orang lain di hidupnya, ia merasa semua perbuatannya melimpahkan banyak hal-hal yang baik pada dirinya sendiri, dan hak tersebut mampu membuat hati dan pikirannya terasa lebih baik dari sebelumnya.
"Aku suka perasaannya," ucap Zefanya membuat Kevin melirik Zefanya sambil menyetir.
"Aku suka perasaan waktu tau ternyata ada orang yang peduli sama apa yang aku lakuin, semenjak ketemu orang-orang lain lagi aku ngerasa lega, Vin" ucap Zefanya membuat Kevin hanya terdiam mendengar pengakuan gadisnya.
"Udah nggak terhitung berapa puluh kali aku coba bunuh diri, mengabaikan orang-orang yang mencoba peduli sama aku, menjauh dari manusia lain seakan-akan aku bisa hidup sendiri, tapi yang aku dapetin cuma rasa pengen nyerah dan bisa buat aku hampir gila," ucap Zefanya.
"Tiga bulan sebelum papa nggak ada, hampir tiap hari aku dengar mereka ribut ngucapin kata cerai yang dulu nggak pernah aku tahu artinya apa," ucap Zefanya dengan tatapan kosong.
"Aku pernah liat mama di dorong papa karena mama terus-terusan nampar beliau," ucap Zefanya.
"Mama di dorong sampai belakang kepalanya kena pinggir tembok yang buat dia pingsan nggak sadarkan diri,"
"Psikolog pertama aku sendiri yang bilang kalo ASDP aku bukan dari turunan, tapi karena sempat melihat kekerasan yang terjadi waktu aku kecil,"
"Waktu akhirnya aku memutuskan buat bisa komitmen sama kamu, jujur aja aku ragu," ucap Zefanya jujur.
"Kamu mikir suatu saat aku akan nyakitin kamu maksudnya?" tanya Kevin tak suka.
"Bukan, aku cuma takut kalau suatu hari nanti kamu sudah nggak punya rasa lagi sama aku,"
"Karena saat rasanya sudah hilang, menyakiti pun nggak pernah jadi perhitungan buat belas kasihan, kamu ngerti kan maksud aku?" tanya Zefanya yang diangguki oleh Kevin.
Kevin mengajak Zefanya ke toko make-up karena besok lusa adalah hari ulangtahun ibunya, sedangkan Kevin tidak pernah mengerti fungsi dan kegunaan dari barang-barang yang dijual.
"Kamu mau beliin mama apa?" tanya Zefanya membuat Kevin menaikan bahunya pertanda tidak tahu.
"Mama suka pakai make up?" tanya Zefanya membuat Kevin mengingat ingat kebiasaan mamanya.
"Sering sih, ibu-ibu sibuk juga kan mama," jawab Kevin membuat Zefanya tertawa kecil.
"Dibeliin satu set makeup aja ya?" tanya Zefanya yang diangguki setuju oleh Kevin.
"Vin, bagusan yang mana warnanya?" tanya Zefanya membuat alis Kevin mengkerut bingung, Zefanya menunjukkan dua warna yang terlihat sangat mirip satu sama lain.
"Bukannya sama aja?" tanya Kevin yang dihadiahi pelototan oleh Zefanya.
"Mana samanya?! Beda tau," omel Zefanya membuat Kevin menepuk dahinya.
"Yaudah bungkusin dua-duanya aja," jawab Kevin yang dituruti oleh Zefanya.
Kevin sadar bahwa gadisnya tetaplah wanita normal yang suka merias diri, walaupun karisma yang dimilikinya kadang terasa mendominasi, ia tetap bisa anggun di beberapa kondisi.
"Kamu mau beli juga nggak?" tanya Kevin.
"Iya aku beli kok," balas Zefanya dengan senyum menghiasi wajahnya.
"Untuk makeup setnya tiga juta enam ratus tujuh puluh dua ribu, dan untuk Dior Joy body lotion satu juta tiga puluh ribu," ucap sang kasir.
Zefanya mengeluarkan kartu ATM miliknya yang ternyata telah didahului oleh kartu blackcard milik Kevin.
"Vin, nggak usah," elak Zefanya yang merasa tak enak.
"Sekalian aja mbak," ucap Kevin yang tak menghiraukan ucapan Zefanya.
"Vin, tapikan itu punya aku," protes Zefanya.
"Ya tapi kan, kamu punya aku," jawabnya.
"Nggak nyambung banget dasar!"
"HAHAHA,"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝔃𝔂𝓷𝓲𝓼𝓬𝓱
Fanfiction(n) ASDP (Antisocial Personality Disorder) merupakan gangguan mental dimana individu berperilaku agresif, impulsif, melanggar aturan hukum, dan tidak lagi memiliki perasaan bertanggung jawab terhadap perilakunya. Zefanya Anabelle Stephanie, gadis pe...