39. Di Balik Senyum

939 275 42
                                    

Selamat membaca!

Akhirnya hari terberat sudah dilalui dan Felix bisa lepas dari beban pikiran yang bersarang selama beberapa bulan terakhir, seharusnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya hari terberat sudah dilalui dan Felix bisa lepas dari beban pikiran yang bersarang selama beberapa bulan terakhir, seharusnya. Semua proses untuk pengajuan permohonan partisipasi pertukaran mahasiswa sudah dilalui. Ia hanya tinggal menunggu hasil tes yang akan diumumkan beberapa minggu lagi.

Ia mematikan semua lampu di kamarnya lalu memasang air pods ke telinganya kemudian menarik selimut, ingin tidur sambil mendengarkan musik-musik akustik yang menenangkan.

"Ternyata lo beneran ikut tesnya. Nekat juga ya lo dengan kemampuan belajar lo yang segitu aja dan sering gagal paham, mau ikut pertukaran mahasiswa. Maaf ya, gue bukannya nggak mendukung apalagi ngeremehin lo, tapi kan fakta yang gue tau emang kayak gitu. Good luck lah, semoga hasilnya sesuai keinginan lo dan nggak malu-maluin nama kampus kalau beneran lolos ke Korea."

Kalimat panjang yang disampaikan Sonya itu disuarakan dengan nada yang terdengar meremehkan.

Seandainya Sonya bukan perempuan, Felix sudah pasti menghajarnya. Jangan dipikir selama ini Felix suka cengar-cengir, dia diam saja ketika merasa dirinya direndahkan.

Bukannya mengistirahatkan otak, pemuda itu justru memikirkan banyak hal yang membuatnya pusing sendiri. Lagi-lagi overthinking. Kegiatan yang sering dilakukan oleh manusia tanpa sadar.

Jam digital yang ada di nakas menunjukkan pukul dua pagi. Dengan pikiran yang masih kalut, Felix bangkit. Ia meraih jaket di gantungan belakang pintu, mengambil tas ransel memasukkan dompet, ponsel, charger, dan laptop. Kemudian keluar dari kamar, menarik kunci motor di gantungan dekat televisi dengan kasar.

Baru saja Felix jalan di ruang tamu, pintu depan terbuka membuatnya terkejut. Tak lama muncul Rino yang tampak jalan mengendap-endap memasuki rumah dengan keadaan basah kuyup. Menutup pintu dengan sangat hati-hati dan menguncinya sepelan mungkin.

Tapi itu percuma karena Felix memerhatikan di belakangnya.

"Anjing!" umpat Rino setelah menyadari kehadiran pemuda dengan freckles alami itu.

"Dari mana?" tanya Felix mengerutkan kening.

"Mm dari... dari luar, nyari nasi goreng," jawab Rino tersenyum kikuk menggaruk belakang kepalanya.

Mencurigakan. Tapi Felix tidak peduli banyak dan memilih belok ke pintu samping yang terhubung dengan garasi untuk mengambil sepatunya di rak.

"Mau kemana?" tanya Rino melihat pemuda itu membawa tas ransel.

"Balik."

"Pulang?"

"Iya."

Rino melihat jam tangannya. "Udah jam dua pagi, nggak nunggu besok aja pulang kuliah baru pulang."

Felix mengenakan sepatunya di kursi ruang tamu. "Enggak Mas, sekarang aja."

"Lo balik naik apaan?"

"Motor."

Perfect HousematesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang