Aji memukul Prima dengan handuk basah ketika melihat cewek itu leyeh-leyeh di sofa ruang tengah sambil main ponsel. Prima hanya melakukan itu sedari pagi karena tidak memiliki jadwal kuliah sama sekali. Cewek itu hanya meliriknya sekilas kemudian kembali fokus pada ponselnya.
Sekali lagi Aji memukulnya menggunakan handuk sampai ponsel cewek itu jatuh ke dada.
"Apa sih, Ji?" Prima menggerutu malas menendang pelan perut pemuda itu.
"Ikut belanja bulanan yuk! Bertiga sama gue sama Mbak Nina, biar cepet gitu belanjanya," ajak pemuda itu mengangkat kaki Prima kemudian duduk di sana. Memijat kaki cewek itu sebagai tanda rayuan.
Aji tahu kalau Prima paling suka kakinya dipijat. Dan ini adalah cara paling ampuh jika menginginkan sesuatu dari perempuan itu.
"Ajak yang lain aja, gue capek banget Ji sumpah."
"Capek apaan sih? Lo kan seharian libur nggak ngapa-ngapain."
"Nggak ngapa-ngapain apanya. Gue tempeleng juga lo," balas Prima galak dengan tatapan yang tajam. "Gue bersih-bersih rumah. Ngebersihin gudang juga."
"Nggak ada siapa-siapa selain elo, Pim. Yaa sebenernya gue bisa sih berdua sama Mbak Nina tapi kan ini kebutuhannya bukan buat prib-"
"Nggak mau," tolak Prima tanpa menunggu cowok itu menyelesaikan kalimatnya.
"Elaaah, ayolah! Lo nggak pernah ikut belanja bulanan kan, ayo ikut biar pernah!"
Aji menarik paksa lengan Prima sampai cewek itu berdiri kemudian mendorongnya pelan sampai di depan tangga.
"Buruan mandi!"
"Ji-"
"Jalan sendiri apa gue gendong?" potong Aji seketika dengan tampang songong.
Prima merentangkan tangannya. "Gendong biar romantis," jawabnya manja.
"Hm biar romantis." Aji mengangguk seakan dia mau menuruti keinginan aneh Prima.
Ya, dia benar-benar menggendong Prima.
Bukan piggy back atau bridal style tapi Aji mengangkatnya bagai karung beras. Prima jadi teriak protes ingin diturunkan, sayangnya Aji tetap meneruskan langkah dan membawa cewek itu sampai masuk ke dalam kamar.
"Mandi lima belas menit, siap-siap sepuluh menit, jadi lo harus udah ada di bawah paling lambat tiga puluh menit lagi."
Prima mendelik galak ke cowok itu. "Lo pikir lo siapa ngatur-ngatur gue?"
"Bye!!" Aji mengibaskan tangan seolah sedang menyibak rambut ke belakang.
Kesal. Prima menendang pantat Aji ketika pemuda itu membelakanginya untuk jalan keluar. Aji kontan mengumpat tepat saat gadis itu menjulurkan lidah mengejek.
Sejak adegan gendong-gendongan sampai tendang-tendangan tersebut diperhatikan oleh Esa yang baru pulang kuliah. Terlihat senyum kecut muncul di bibirnya.
Sabar, mungkin belum waktunya.
**
Lengan Prima ditarik paksa memasuki supermarket besar yang tak jauh dari rumah.
Sebetulnya Prima sudah berusaha keras menolak, bahkan cewek itu sengaja mengulur waktu dengan malas-malasan setelah mandi agar mereka berangkat tanpa menunggunya. Namun dugaannya salah besar karena Aji tetap menjemputnya ke kamar dan dengan kurang ajar menarik kakinya sampai tubuhnya jatuh ke lantai.
Kadang Prima heran kenapa bisa betah padahal kelakuan penghuninya mirip setan semua ngeselinnya.
"Ada dua daftar, sabun-sabunan sama bahan-bahan dapur," kata Nina menunjukkan dua daftar yang sudah dibuat dari rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Housemates
Fiksi RemajaRumah itu bukan rumah biasa. Tersimpan banyak kisah dari para penghuninya. Disclaimer : semuanya hanya fiksi yang tidak ada hubungannya dengan realita sama sekali. Started : 10 Oktober 2020 End : 14 Januari 2021