45. Pada Hari Minggu

957 257 35
                                    

Aryan turun dari boncengan, membuka helm dan diletakkan di spion, lalu mengacak rambutnya yang mulai memanjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aryan turun dari boncengan, membuka helm dan diletakkan di spion, lalu mengacak rambutnya yang mulai memanjang. Ia membuntuti Aji yang jalan duluan ke warung bakso.

"Bang, bakso dua, satu campur pakai tetelan. Lo apa, Yan?"

"Samain aja."

"Dua-duanya campur pakai tetelan."

Warung bakso setan ini lumayan ramai meski buka malam hari. Hari Sabtu begini pengunjungnya lebih banyak bahkan di tengah malam seperti ini. Aji dan Aryan agak kesusahan mencari tempat duduk.

"Rame banget Mas."

"Bawa pulang aja kali ya?"

"Yaudah bawa pulang aja daripada makan sambil berdiri, pamali."

Keduanya kembali ke dekat gerobak. Mengatakan pada abang penjual kalau mereka ingin membawa pulang baksonya.

Mereka menunggu sambil mengobrol di dekat gerobak. Karena kata si Abang harus menunggu pentolnya matang dulu jadi mereka pesan es teh dan duduk di bangku panjang dekat pohon di sekitar sana.

Ketika asyik mendengarkan Aji cerita ngalor-ngidul, mata Aryan tak sengaja mendapati seorang pria berlari menyeberang ke arah mereka. Tepatnya ke warung bakso di dekatnya. Mata Aryan tidak bisa lepas dari sana karena sosoknya terlalu familiar.

"Ngeliat apa lo?" tanya Aji mengikuti arah pandangan cowok itu.

"Itu suaminya Kak Dina," jawab Aryan seketika lemas.

Efek patah hati yang didapatkan Aryan memang belum hilang. Pemuda itu masih sering merasa sedih menyadari kenyataan gadisnya tidak bisa diperjuangkan lagi.

"Nyapa nggak ya?" tanya Aryan bimbang.

"Lo kenal nggak?" tanya Aji balik.

"Enggak sih."

"Yaudah kagak usah."

"Tapi kan gue kenal sama Kak Dina."

"Kan kenalnya sama Dina, lah yang di sini suaminya, kalau lo nggak dikenalin malu sendiri ntar."

"Iya sih." Aryan menggaruk belakang telinganya. "Yaudah nggak usahlah."

Beberapa menit menunggu akhirnya pesanan mereka berdua diantarkan. Jadilah mereka langsung bayar on the spot tanpa perlu mendatangi gerobak baksonya lagi. Aryan dan Aji segera kembali ke rumah kos setelah menerima kembalian.

**

Jam enam pagi Aryan sudah nongkrong di depan minimarket dekat kampus. Bukan sekedar nongkrong tapi hari ini adalah jadwalnya bakti sosial gabungan antara fakultas kesehatan, kedokteran, dan kedokteran gigi. Minimarket ini jadi meeting point sebelum berangkat ke panti asuhan.

"Belum ada yang dateng, Yan?" tanya Ale berjalan menghampirinya.

"Belum. Naik apa lo?" tanya Aryan melahap suapan terakhir dari roti cokelat yang jadi menu sarapannya.

Perfect HousematesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang