" gue cabut duluan ye? Ada meeting dadakan, ntar gue yang bayar. Oke?!", Tanpa menunggu jawaban ketiga temannya, Zavier segera berlari keluar restoran, tak lupa ia membayar lebih dulu makanan yang mereka pesan.
" Fi, gue liat akhir-akhir ini Lo kayak beda ya?", Alan menatap lamat pria berlesung pipi itu.
" Beda gimana sih? Perasaan gini aja gue.", Luthfi mengibaskan tangannya di udara, merasa aneh dengan pertanyaan pemuda Tan itu.
" Lo nyembunyiin sesuatu ya dari kita?"
Uhhukk!
Luthfi tersedak minumannya sendiri kemudian menatap gugup Alan, " anjir! Sialan banget Lo.", Sangkalnya.
" Biasa aja kali. Pastinya sih iya, ya kan? Ngaku aja deh. Ini gue udah tau gelagat Lo soalnya ", Alan memainkan kedua matanya dan tersenyum jahil.
" Udah sih, lan! Jangan mojokin Luthfi begitu.", Tegur Sean namun juga ikut tertawa melihat kegugupan Luthfi.
"Ngaku aja!", Luthfi masih tak bergeming.
" Nih ya gue kasih tau. Dia bohong aja gue tau, apalagi Lo yang udah temenan sama gue bertahun-tahun.", Jelasnya menatap mereka secara bergantian.
Luthfi mengedarkan pandangannya menghindari tatapan Alan. Matanya terus menatap pintu keluar dimana seorang wanita kesusahan menenteng dua paper bag di kedua tangannya.
Sean mengikuti arah pandang Luthfi dan tersenyum penuh arti.
" Lo kenal, fi?", Pertanyaan itu mengejutkan Luthfi.
" Siapa?", Tanya Luthfi bingung.
" Tuh, cewek yang Lo pantengin terus dari arah kasir sampe pintu keluar.", Sean menunjuk dengan dagunya. Luthfi masih memperhatikan wanita itu dan matanya menatap dua paper bag yang di bawanya. Ia segera berlari menyusul wanita itu tanpa mendengar panggilan Alan yang kebingungan.
" Fi! Woy, mau kemana Lo? Anjir, budeg dia!!", Omel Alan setengah teriak. Sean memukul lengan sahabatnya itu karena dia malu menjadi tontonan pengunjung lain.
" Aneh dia."
" Kayaknya dia kenal deh sama cewek yang tadi.", Ucap Sean tiba-tiba. " Luthfi nggak ngalihin pandangannya sedikit pun. Dia punya cewek nggak sih, lan?"
" Luthfi? Punya cewek? Nggak! Dia tuh dari jaman sekolah paling anti sama cewek, temen ceweknya tuh cuma Jenn sama Nay doang.", Jelas Alan tertawa hambar membuat Sean sedikit paham.
" Tapi, nggak tau kalo sekarang, dia terlalu tertutup soal privacy dia.", Alan menatap ragu pada sebuah mobil Audy silver yang mulai meninggalkan area restoran. Kebetulan tempat duduk mereka di dekat kaca.
***
Mobil Audy berwarna silver berhenti di depan pagar yang menjulang tinggi. Sunyi. Tanpa ada percakapan sedikitpun sejak tadi, terlihat canggung.Seorang wanita cantik berambut panjang melirik pria di sebelahnya sambil menampilkan senyumnya.
" Makasih ya mas Luthfi udah nganterin Vio sampe rumah, jadi ngerepotin.", Ucapnya ragu.
" Nggak masalah.", Balas Luthfi singkat dan terdengar dingin. Seperti itulah Luthfi jika berhadapan dengan wanita, kecuali Jenn dan Kanaya tentunya.
Luthfi melirik sekilas wanita bernama Vio itu yang terus menunduk. Dalam hati ia meruntuki dirinya sendiri yang bersikap dingin padanya. Mulutnya terlalu sulit untuk berbicara lembut.
Bego banget Lo, fi!, Pikirnya.
Viona membuka pintu mobil dengan perlahan, " mas Luthfi nggak mau mampir dulu?"
" Nggak. Makasih.", Viona tersenyum getir.
Wanita itu keluar, Luthfi membuka kaca mobilnya untuk pamitan. Tak berselang satu menit, ponselnya berbunyi dan mengharuskan ia segera pergi.
" Hati-hati ya, mas....", Luthfi hanya mengangguk kemudian langsung mengangkat telpon nya.
" Iya, Hallo, Jenn."
......
" Oke-oke. Gue langsung kesana."
......
" Iyaaaa..... Gue hati-hati, nggak ngebut."
Tut..
Viona memandang mobil yang mulai berjalan itu dengan sendu. Apalagi melihat cara bicara Luthfi yang lembut diiringi tawanya, tak sedingin saat berbicara dengannya.
Siapa Jenn?
Apa hubungannya dengan Luthfi?
Sedekat apa mereka sampai melupakan keberadaannya?
Matanya mulai berkaca-kaca. Tanpa permisi liqiud bening itu luruh begitu saja membasahi kedua pipinya.
" Apa se-nggak suka itu kamu sama Vio, mas? Apa kekurangan Vio sampai kami nolak perjodohan kita?"
" Tapi, kenapa kamu selalu baik sama Vio, selalu bantuin Vio. Selalu ada saat Vio butuh. Sebenarnya apa mau kamu, mas?"
Viona menyeka air matanya dengan kasar. Kemudian berlari memasuki rumah megahnya.
" Tapi, Vio selalu berharap suatu saat nanti kamu mau Nerima Vio dengan tulus. Vio belum siap untuk patah hati, karena Vio udah terlanjur jatuh sama kamu, mas....", Batinnya.
" Lo nangis, kak?", Tanya seorang pria yang lebih tinggi darinya. Namun, berdiri membelakanginya.
***
Dikit ya???
Mian....
Mati kita kenalan dulu sama mbak cantik bernama Viona Yusvika Putri. Putri ketiga dari CEO Kara's Bag. Kuliah tahun pertama di jurusan Ilmu Komunikasi UI.
Cantik ya tunangannya Luthfi :-)
Tapi, kenapa Luthfi masih denial?Mau kenalan nggak sama saudara-saudaranya Viona?
3 pemuda tampan yang over-protective sama dia...Next aja ya kenalannnya...😂
Jangan lupa vote and comment..!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power of Destiny 2
Novela JuvenilMeninggalkan kisah dua tahun lalu, yang mereka lalui dengan kebersamaan dan saling berbagi suka maupun duka. Kini mereka hidup terpisah dengan kesibukan masing-masing. Memulai hidup baru dengan meninggalkan kenangan lama. Kehilangan dan kesedihan t...