CHAPTER 45

58.3K 4.4K 200
                                    

Lucius baru saja sampai di rumah bordil, ia hendak menemui Bianca namun saat tengah berjalan menuju kamar Bianca, Lucius justru melihat Herald yang lebih dahulu masuk ke dalam kamar Bianca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lucius baru saja sampai di rumah bordil, ia hendak menemui Bianca namun saat tengah berjalan menuju kamar Bianca, Lucius justru melihat Herald yang lebih dahulu masuk ke dalam kamar Bianca.

Alis Lucius terangkat, ia berdecak melihat hal tersebut. Selalu saja Herald mengganggu kesenangan dirinya.

Meski telah mengetahui bahwa Herald berada di kamar Bianca, Lucius tetap melangkah mendekat. Sengaja berdiri di depan pintu kamar Bianca. Menguping pembicaraan antara Bianca dan juga Herald.

"Apa kau tahu seperti apa keluarga Lucius? Ayah Lucius bahkan memiliki banyak simpanan, ia tidak perduli dengan istrinya. Berhubungan dengan Lucius tidak akan ada bedanya, kau hanya akan bernasib sama seperti Ibunya."

Tangan Lucius terkepal kuat setelah mendengar perkataan Herald di dalam sana, berani-beraninya Herald ikut campur. Terlebih lagi membawa-bawa masalah rumah tangga orang tua Lucius.

Herald tidak tahu apa-apa tapi bersikap sok superior, memposisikan dirinya sebagai pahlawan yang tidak dibutuhkan.

"Herald, apa kau pikir aku ini perempuan lemah dan bodoh? Apa kau pikir aku akan diam saja dan menangis jika hal tersebut terjadi? Tentu saja tidak, aku tidak akan membiarkannya terjadi. Jika yang kau takutkan adalah aku yang tersakiti, maka kau tidak perlu khawatir karna hal tersebut tidak akan pernah terjadi. Aku tidak akan membiarkan Lucius bosan denganku apalagi sampai berpikiran untuk dekat dengan wanita lain, kau terlalu menganggap remeh diriku Herald. Asal kau tahu saja, aku yakin bahwa aku bisa membuat Lucius hanya mencintai ku dan tergila-gila padaku sampai-sampai ia tidak punya waktu untuk sekedar melirik wanita lain."

Sudut bibir Lucius terangkat setelah mendengar jawaban dari Bianca, ini lah hal yang Lucius suka dari Bianca. Rasa percaya diri yang Bianca miliki.

Namun senyum Lucius tak bertahan lama, Lucius menggertakan giginya emosi saat mendengar pertanyaan lain dari Herald untuk Bianca.

"Jika aku mengajak mu menikah, apa kau akan menjauhi Lucius?"

Lucius berdecak, ia menyalahkan dirinya sendiri. Seharusnya Lucius membereskan Herald sejak awal. Karena semakin hari Herald semakin menghalangi jalannya, seperti saat ini.

Berani sekali Herald mengajak Bianca untuk menikah, laki-laki tua Bangka tidak tahu diri itu bukan hanya tidak tahu diri namun juga tidak sadar usia.

“Aku sudah menduga bahwa dia itu hanya benalu, seharusnya aku membunuhnya lebih awal.” gumam Lucius pelan, ia tidak mendengarkan jawaban dari Bianca. Lucius justru melangkah pergi, menjauh dari kamar Bianca.

Lucius mendial nomor telepon anak buahnya.

“Kau ke parkiran sekarang dan temukan mobil milik Herald.”

***

Bianca terkejut dengan pertanyaan Herald yang tiba-tiba ini, sebelumnya Herald selalu menolaknya bahkan saat Bianca dengan terang-terangan menggoda Herald, Herald selalu saja menolak Bianca.

“Sebenarnya apa yang kau inginkan Herald, apa semenyenangkan itu mempermainkan perasaan ku?” Wajah Bianca memerah karena emosi, Bianca tidak sedikitpun merasa senang dengan ajakan menikah dari Herald.

“Aku berterima kasih karena kau telah menolong ku, aku juga menyayangi mu Herald. Tidak bisa ku pungkiri bahwa aku memang selalu ingin menjadi bagian dari keluarga mu, dulu.. aku kira kau akan mengadopsi ku, aku terus menunggu dengan penuh harap. Karna ku kira kau menyayangi ku. Tapi sampai aku menginjak usia dewasa, kau tidak pernah mengadopsi ku.” Bianca kembali teringat dengan masa lalu.

“Aku selalu mencari cara bagaimana agar aku bisa menjadi bagian dari keluarga mu, sebut saja itu obsesi. Karena kau satu-satunya orang yang perduli dengan ku di dunia ini, aku ingin hidup dengan mu. Aku bahkan mencari tahu siapa anak dan istri mu. Semakin aku dewasa aku semakin menyadari bahwa kau tidak akan mungkin bisa menjadi Ayah ku, aku sudah terlalu tua untuk bisa diadopsi sehingga aku berpikir mengapa aku tidak menjadi istri mu saja, toh istri mu bukan istri yang baik, dia suka berselingkuh dan anak anak mu juga bukan anak kandung mu. Aku bisa memberikan kebahagiaan yang tidak kau miliki."

“Tapi Herald, kau selalu menolak ku. Memberi ku harapan sejenak lalu menjatuhkan ku. Kau selalu begitu, dan sekarang kau melakukannya lagi. Jika aku menerima ajakan mu menikah dan menjauhi Lucius, aku yakin setelah hubungan ku dengan Lucius menjauh kau pasti akan menyuruh ku untuk mencari laki-laki lain, karna tujuan mu sudah tercapai. Kau tidak benar-benar ingin menikahi ku.”

Herald menggelengkan kepalanya, perkataan Bianca memang benar adanya namun Herald tidak mau mengakuinya. “Aku tidak akan melakukan hal itu, percaya lah padaku dan jauhi Lucius.”

“Maaf Herald, jika dahulu kau mengajak ku menikah. Mungkin aku akan senang dan menerimanya tanpa berpikir. Tapi sekarang sudah berbeda, aku juga sudah sadar bahwa aku hanya haus akan perhatian mu. Bukan benar-benar mencintai mu. Aku tidak bisa menikah dengan mu.”

Perkataan Bianca membuat Herald terdiam menganga, Herald pikir Bianca akan senang dengan ajakannya untuk menikah. Karena Herald pikir hal ini lah yang selalu Bianca inginkan. Nyatanya Herald justru ditolak.

Herald menatap Bianca dengan tatapan sayunya, ada rasa sedih yang terpancar dari tatapan mata itu. “A-apa kau mencintai Lucius?” tanya Herald pelan.

Cukup lama Bianca terdiam, memikirkan soal perasaannya sendiri. “Aku tidak tahu seperti apa itu cinta, karena aku belum pernah benar-benar merasakannya. Tapi jika cinta itu perasaan tidak ingin kehilangan, maka iya. Aku tidak ingin Lucius diambil ataupun pergi dariku. Itu lah yang ku rasakan.”

***

Lucius membasuh wajahnya di toilet, emosi Lucius benar-benar tersulut hanya dengan mendengar satu kalimat saja dari Herald.

Kepala Lucius terangkat, mendongak menatap pantulan wajahnya di cermin. Lucius tidak akan memaafkan Herald atas apa yang telah Herald lakukan hari ini.

Lucius menarik nafas panjang, berusaha mengendalikan emosinya. Ia mengusap wajahnya yang basah menggunakan sapu tangan. Sekarang sebaiknya Lucius kembali ke kamar Bianca sekarang.

Saat melewati lorong menuju kamar Bianca, Lucius tanpa sengaja berpapasan dengan Herald. Meski tak melirik Herald, Lucius tahu bahwa Herald menatap benci kearahnya.

Sepertinya ajakan menikah Herald ditolak oleh Bianca. Mengetahui hal tersebut membuat suasana hati Lucius sedikit membaik, namun tidak membuat rasa benci Lucius terhadap Herald berkurang.

Lucius terus berjalan menuju kamar Bianca sementara dalam hati ia menyumpah serapahi Herald, Herald pasti akan terkejut dengan hadiah yang telah Lucius siapkan untuknya.

***

Herald masuk ke dalam mobilnya, Herald terduduk diam termenung disana. Terbayang-bayang dengan perkataaan Bianca kepadanya.

Tangan Herald terangkat menyentuh dadanya, rasanya sakit disana.

Herald tidak mampu membuat Bianca menjauhi Lucius, Herald sudah tidak tahu lagi harus menggunakan alasan apa lagi untuk membujuk Bianca.

Untuk mengatakan yang sejujurnya tentang Asher pun Herald tidak sanggup.

“Aku benar-benar pecundang.”

Herald menyalakan mesin mobilnya, ia menginjak pedal gas mobilnya tanpa memasang seatbelt terlebih dahulu. Herald melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, ia kalut.

Herald semakin mempercepat laju mobilnya itu tanpa mengetahui bahwa Lucius sudah melakukan sesuatu kepada mobil Herald itu.

Buat yang bertanya ending kapan, aku rencananya sih November mau upload cerita baru jadi sebelum cerita baru di upload. Cerita ini harus selesai dulu. Jadi ya bisa dianggap sudah dekat endingnya.

Her Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang