"Aku nggak mau ikut! Biar kamu aja yang pergi sama Vero dan anak-anaknya, Mas!" sahut Inna dengan posisi memunggungi, ketika Torra memintanya untuk pergi bersama ke rumah orang tuanya di Oesao.
Oesao merupakan sebuah Kelurahan yang berada di Kecamatan Kupang Timur, dan wilayah tersebut masuk ke dalam lingkup Kabupaten Kupang.
Rumah baru milik mereka saat ini berada di daerah Kota Kupang, di BTN Kolhua dan itu terealisasi akibat dari keinginan Torra untuk dapat hidup berumah tangga dengan baik tanpa perseteruan lagi.
"Sayang, ayolah. Kita hibur mama sekali ini aja yuk? Nanti kita bisa sekalian nyekar ke makam papa pas pulang dari sana, juga bisa main ke tempat adek sekalian. Ada Carla sama Kevin lho, Yang. Kamu yakin nggak mau ikut? Mau ya, Sayang? Ajak ibu juga boleh kok." Dan Torra masih terus berusaha di sana. Ia membalikkan tubuh cantik Inna untuk menghadap ke arahnya, mengelus pipi putih yang saat itu terdapat jejak air mata, sebelum mengecupnya.
Untuk permintaan maaf, Torra sudah melakukannya sejak tadi, bahkan di depan ibu mertua dan membuat Inna malu hingga harus berlalu ke dalam kamar tidur mereka. Tentu saja ia mengejar, meninggalkan rasa penasaran dalam isi kepala Vero yang ikut menertawakan tingkah konyol kakak laki-lakinya itu, demi sebuah keharmonisan keluarga serta kedamaian hati.
"Mas, cukup! Aku bilang kan nggak mau! Kenapa kamu paksa aku bu-- Hemphhh...!" Namun, sepertinya cara apapun sudah tidak bisa Torra gunakan, kecuali dengan demikian, mencumbu dan menyalurkan rasa nyaman melalui berbagi kehangatan.
Lebih daripada itu, bukan tanpa alasan Torra melakukan hal tersebut, sebab menurutnya, awal kemarahan Inna tercipta akibat dirinya yang absen atas jadwal yang sudah mereka rancang bersama.
Program kehamilan bersama dr. Padwa Fernandes, SpoG. Ya, itulah sebabnya mengapa Inna begitu kesal pada Torra. betapa tidak, selama delapan hari setelah tidak mendapatkan hasil, berhari-hari ia menciptakan suasana tenang.
Tujuan Inna adalah agar ovarium miliknya dapat melakukan proses pembuahan bersama sel sperma yang dilepaskan Torra secara baik dan tepat, tetapi suaminya itu mengacaukan segalanya dengan tidak pulang ke rumah, menginap di desa sesuai arahan para tim sukses.
"Aku cinta banget sama kamu, Sayanggg..." Dan demikianlah adanya, bahwasannya bukan Inna sendirilah yang merindu di sana, tetapi Torra lebih mendamba setelah delapan hari menahan diri untuk tidak menyentuh tubuh istrinya.
Tok tok tok
"Mas, itu ada yang-- oughhh...!" Tanpa memedulikan suara ketukan di pintu kamar, Torra bahkan terus saja mengambil alih keadaan, mengecap leher jenjang Inna bahkan berselancar menggunakan lidah basahnya.
"Mas, jadi tidak ke rumah mamanya? Anak-anak sudah pada tungguin tuh. Masih lamakah? Beta pinjam mobilnya kalau begitu e, Mas? Kami duluan sama ibu sekalian juga."
"Mas! Itu vero ma..u... Hemphhh...!" Suara Veronika pun seolah tak terdengar oleh Torra, berpura-pura tidak mendengar dan parahnya lagi, teguran Inna tidak digubris, dibungkam kembali dengan lumatan nikmat.
Seakan mengerti atas apa yang terjadi di dalam kamar tidur, Veronika tak ingin mencobanya lagi. Ia memilih untuk melangkah ke ruang tamu dan berpura-pura, seakan izin itu telah diberikan Torra padanya.
Sunyi tanpa ada satu suara lagi dari arah pintu kamar yang tertutup rapat, pelan tapi pasti, kini Inna dapat mengisi kembali pasokan udara di paru-parunya. Torra pun melakukan hal yang serupa, tetapi bukan berarti hal panas tersebut selesai sampai di situ saja.
Jemari Torra tak mau membiarkan Inna untuk berhenti barang sedikit pun, menjalar ke paha mulus si cantik, hingga menciptakan gelenyar panas lainnya, "Masss..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong, Ceraikan Aku! [END]
RomanceMenikah itu tidak mudah. Menikah dimaksudkan agar hidup kedua pasangan menjadi teratur dan terarah dengan baik, tapi tak jarang sebuah pernikahan hanya berlandaskan coba-coba, karena harus bertanggung jawab akibat tak kuat menahan hawa nafsu, lalu t...