Langit kota Bandung pagi ini tampak mendung. Angin dingin mulai terasa berembus. Meysha melangkahkan kakinya tergesa-gesa, takut hujan keburu turun. Namun, dia terpaksa harus berhenti karena menemukan sesuatu yang aneh. Beberapa meter dari tempatnya berpijak, Raihan terlihat sedang bengong menatap ke suatu tempat. Meysha mengikuti arah pandangan cowok itu. Dia mengerutkan dahinya keheranan, karena yang dilihat Raihan adalah dua cowok yang sedang mengobrol. Bukan cowok yang kemarin di kelas. Meysha tidak mengenalnya kali ini.
Langkah Meysha kini berbelok menuju Raihan. Dia berdeham, Raihan menoleh."Kamu lihat apa?" tanya Meysha.
"Ada yang harus aku awasi."
Meysha mengerutkan dahi lagi. "Siapa? Anak itu?" Meysha menunjuk ke arah dua orang yang ditatap Raihan sejak tadi.
"Memangnya mereka siapa? Kandidat pelakunya?" tanya Meysha lagi.
"Bukan."
"Lalu?"
Alih-alih menjawab, Raihan mendesah dan pergi dari sana. Meysha menatapnya dan juga dua anak cowok itu bergantian.
"Apa, sih? Kenapa dia gak mau bilang?" gumam Meysha.
Meysha akhirnya pergi memasuki gedung sekolah. Dia celingukan dan tidak menemukan Raihan di mana pun. Entah anak itu berbelok ke mana. Masa bodoh. Meysha pergi ke kelas saja. Dia melepas tas dan menaruhnya di meja. Duduk di kursi, lalu mengeluarkan buku-buku. Meysha biasa belajar setiap punya kesempatan. Namun, kali ini konsentrasinya tidak bisa diandalkan. Raihan mengganggu pikirannya.
"Kenapa Raihan mengawasi anak-anak itu?" gumam Meysha sambil memainkan bolpoinnya.
Sejurus kemudian, Meysha menggeleng sambil menghela napas. Dia kembali mengalihkan perhatian pada bukunya, tetapi deretan huruf yang dibaca tidak ada yang masuk ke kepala. Malah teringat dengan perkataan Calla yang bilang kalau si pelaku dan Anonim adalah orang yang sama.
"Enggak. Aku yakin mereka orang yang berbeda. Kode yang diberikannya aja beda. Satu pakai kode pramuka, satunya lagi enggak." Meysha bicara sendiri.
Kepala Meysha kemudian memutar ingatan tentang ucapan Juna pada Raihan yang menyuruhnya agar membuat si pelaku segera menyerahkan diri. Lalu, apa maksud jawaban Raihan?
"Sepertinya memang mereka berdua. Satu berperan sebagai Anonim, satu lagi pelakunya," ujar Meysha. "Tapi siapa yang Anonim, dan siapa yang pelaku?"
Meysha menatap ke luar jendela sambil menerawang, mengingat-ingat perkataan seseorang di toilet tempo hari. Kalau benar Juna pelakunya, dia punya motif yang kuat untuk melakukan pemberontakan. Bisa saja Juna tidak terima posisinya diambil karena kecurangan.
"Tapi kalau Juna pelakunya, kenapa dia malah mengajukan diri untuk menangkapnya?" Meysha menggaruk dagu, teringat ketika pertama kali mereka terjebak dalam masalah. Junalah yang paling semangat ingin menangkap pelakunya.
Meysha berpikir lagi. Bagaimana kalau sekarang posisinya dibalik? Raihan menjadi pelaku, dan Juna anonimnya.
"Mungkin aja Raihan yang tahu tentang skandal itu dan membuat kekacauan. Lalu, Juna kesal karena harus ikut terseret ke dalam masalah. Makanya dia mau menangkap Raihan." Meysha menghela napas. "Yang ini juga gak kalah masuk akal."Meysha meregangkan kedua tangan dan lehernya. "Oke. Sekarang awasi saja dulu mereka berdua," katanya pada diri sendiri.
"Siapa yang mau kamu awasi?"
"Astaga naga!" Meysha terlonjak di tempat duduknya sambil memegang dada. Jantungnya serasa menerobos keluar. "Kamu hobi ngagetin orang, ya?"
"Jangan mengalihkan topik." Raihan berdiri di hadapan Meysha. "Siapa yang mau kamu awasi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANONYMOUS CODE [TAMAT]
Teen Fiction[UPDATE SETIAP HARI] SMA Wijayamulya dihebohkan dengan kerusakan tugu di hari pertama sekolah. Empat orang siswa terjebak dalam kesalahpahaman dan dituduh sebagai pelaku. Juna, Raihan, Calla, dan Meysha harus menangkap pelaku sebenarnya jika ingin m...