[ 2 ] Because I Care About You

7.2K 781 178
                                    

Seorang Melisa Adinata jarang melakukan kesalahan. Tetapi, kali ini gadis itu telah terlalu baik menilai klub basket Garda Bangsa dan seisinya. Tidak perlu menunggu sampai kenaikan kelas untuk Lionel mendapat panggilan dari pelatih basket putra.

"Anjir, lo beneran dikeluarin?!" Seorang lelaki mengikuti langkah lebar Lionel yang tergesa-gesa meninggalkan Gelanggang Olaharaga. "Mau gue bantuin nggak?" Adam melirik tangan kanan Lionel yang menenteng sebuah tas olahraga dan tangan kiri yang memeluk sebuah bola basket.

"Ya lo pikir aja, ngapain gue ngosongin loker gue di GOR?" Lionel menjawab dengan kembali melempar sebuah pertanyaan. Pandangannya masih lurus ke depan dan tawaran Adam diabaikannya begitu saja.

Adam menghela napas. Setelah setahun menjadi kawan sebangku Lionel di kelas, Adam tahu pasti kapan saja Lionel sedang dalam mode harimau yang siap menerkam. Cukup sering, dan saat ini adalah salah satunya.

"Shiiiit, bangsaaat!!" Lionel mendadak menghentikan langkah. Teriakan itu membuat satu dua kepala yang masih tersisa di koridor menoleh penasaran ke arahnya, namun ia tidak peduli. Dengan wajah ditekuk, Lionel menatap Adam tepat di mata. Ini pertama kalinya mereka bersitatap semenjak keluar dari Gelanggang Olahraga.

"Gue lupa yang pake SIM hasil nembak nggak boleh lagi bawa mobil masuk Garba," ujar Lionel sambil menggeram.

Adam menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia bingung mengapa Lionel tiba-tiba membahas peraturan yang sudah diterapkan selama sebulan terakhir.

"Kalau gue naik gocar, driver yang nggak salah apa-apa bakal kena semprot sama gue. Lagi bad mood parah, nih," tambah Lionel.

"Oh ... hm, terus gimana, dong? Anak-anak tadi banyak yang bawa, Yo. Parkir di Trusman, biasa. Tapi udah pada balik mereka. Beres ujian hari terakhir gini, ngebet refreshing semua." Adam menjelaskan dengan hati-hati.

"Jadi lo nyalahin gue karena nggak mau parkir di lubang buaya?!" Lionel melempar bola basketnya ke lantai. Suara dentumannya menggema di koridor yang sudah semakin sepi.

Adam mengumpat dalam hati. Lionel saat marah memang tidak bisa berpikir jernih. Mirip cewek PMS, anjir. Adam tahu pasti Lionel membenci apartemen Trusman, satu-satunya gedung yang menyediakan tempat parkir dalam jarak cukup dekat dari SMA Garda Bangsa. Menurut Lionel, pengurus apartemen itu sangat licik karena menaikkan biaya parkir sampai tak manusiawi semenjak Garda Bangsa benar-benar memeriksa SIM siswa-siswa yang membawa mobil ke wilayah parkir sekolah. Sedangkan Adam berpendapat mereka hanya menyambut peluang bisnis di depan mata.

Untung saja, ekor mata Adam menangkap rupa sesosok gadis semampai sedang melangkah ke arah mereka berdua. Ia yakin Melisa dapat menyelesaikan masalah Lionel.

Adam mengernyit melihat sebuah map biru tebal yang berada di pelukan Melisa. "Lo habis darimana Mel--" Pertanyaan Adam terputus sebab orang yang diajaknya bicara tiba-tiba menarik daun telinga Lionel dengan kasar.

"Anjing! Sakit, bego!"

Suara Lionel yang mengaduh-aduh tidak dihiraukan gadis itu. "Lo mau tahu gue habis dari mana, hm? Habis dari ruang guru, for your information. Dan lo tahu apa gosip terhangat yang gue dapet? Lionel Orlando Wijaya nggak cuma habis berantem sama Aldi, tapi lo udah dua kali--gue ulangi--dua kali, dateng ke latihan pagi hari Minggu pas lagi hangover?!"

"Gue bisa jelasin, Mel! Lepasin dulu!"

Melisa melepaskan telinga Lionel. Sebelah tangannya bertengger di pinggang. "Jadi?"

Lionel mengusap-usap telinganya yang memerah. "Nggak ada penjelasan lebih lanjut, hehe. Ya, itu bener. Dah, gitu aja."

Mata Melisa membulat. "You are impossible."

A Mismatch So Perfect [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang