30 •END•

623 32 0
                                    

Happy Reading
_______________

Frustasi karena merasa sangat kesal dan moodnya hancur Sasya akhirnya tidak bisa berdiam diri di rumah saja. Karena jika ia hanya berdiam diri di rumah bisa dipastikan semua barang-barang di kamarnya akan hancur. Saat ini dia benar-benar butuh teman untuk bicara sekaligus melampiaskan segala keluh kesahnya tentang Gaza yang telah memarahinya habis-habisan di sekolahan tadi. Sasya tidak bisa menerima perlakuan Gaza, itu seperti sebuah penghinaan baginya.

Begitu mobil putihnya memasuki pekarangan rumah Evan, Sasya langsung turun dari mobilnya dan kemudian berjalan kearah pintu utama lalu menekal tombol bell. Gadis itu berdiri didepan pintu sambil terus menekan bell karena tak kunjung ada yang menjawab.

Ting Tong

Ting Tong

"Ishh.. kenapa nggak ada yang jawab sih?" gerutu Sasya sambil menghentakkan kakinya.

CEKLEK.

Dan pintu pun akhirnya terbuka. Sosok wanita paruh baya yang tengah memakai celemek muncul di hadapan Sasya.

"Wah, ada Non Sasya ternyata. Udah lama nggak kemari Non,"

"Hai, Bi Minah. Kenapa lama banget sih bukak pintunya?" sahut Sasya.

"Aduh, maaf ya Non. Tadi Bibi baru masak di dapur sambil dengerin lagu dangdut, makanya nggak kedengaran."

Dulu Sasya memang sering sekali bermain di rumah Evan, makanya dia bisa akrab dengan pembantu keluarga Evan. Namanya, Bi Minah.

"Iya, gak papa Bi. Evannya ada di rumah?"

"Eh, tadi saya lihat Den Evan pergi. Nggak bilang sama Bibi mau pergi kemana Non," jawab Bi Minah.

'Ck, tuh anak kemana sih. Dihubungin gak bisa, disamperin kerumahnya juga nggak ada!'

"Yaudah deh, Bi. Aku mau nungguin Evan di dalem aja, boleh kan? Siapa tahu sebentar lagi dia pulang," ucap Sasya memohon.

"Oh, boleh Non. Ayo silahkan masuk!"

Bi Minah pun menyuruh Sasya masuk kedalam rumah. Dia mempersilakan gadis itu untuk duduk di sofa ruang tengah. "Nyonya dan Tuan sedang di luar kota Non, makanya rumahnya sepi. Non Sasya mau dibuatin minum apa?"

"Nggak usah, Bi. Aku nggak haus kok. Bibi lanjutin aja masaknya." Sasya berusaha tersenyum meskipun moodnya sedang hancur.

Alhasil, Bi Minah kembali ke dapur untuk melanjutkan kegiatan memasaknya, sementara Sasya terus menunggu Evan di ruang tengah sambil memainkan game di ponselnya agar ia tidak jenuh. Di hari kelulusannya yang seharusnya  ia bahagia karena mendapatkan peringkat satu di sekolahnya, tapi justru ia malah merayakan kemenangannya dengan kesal seharian.

Di luar rumah, Evan memarkirkan motornya di garasi dan langsung membuka helm full facenya ketika melihat keberadaan mobil Sasya di rumahnya. Saat itu juga Evan mengerutkan keningnya bingung, lantas ia bergegas masuk ke rumah untuk menemui Sasya yang sedang duduk di sofa.

"Sya, lo ngapain ke sini?"

Sasya menoleh terkejut saat mendengar suara Evan yang tiba-tiba muncul. Namun seketika ia menghembuskan nafas leganya melihat cowok itu sudah pulang, ia pun segera keluar dari aplikasi game di hpnya.

"Lo dari mana aja sih Van? Gue cariin juga! Mana hp lo pake nggak aktif lagi! Gue lagi butuh temen curhat nih!" semprotnya yang langsung melampiaskan kekesalannya pada Evan.

"Udah gue duga, lo nggak mungkin dateng ke sini tanpa tujuan." Evan berjalan mendekat dan ikut duduk di sofa.

Mata Sasya membelalak seketika saat ia melihat bekas luka pukulan di wajah Evan hingga meninggalkan bekas luka darah di area sudut bibirnya. "Eh, ini kenapa Van? Lo habis tawuran sama siapa?" tanya Sasya khawatir sambil menyentuh rahang Evan.

Nava & Gaza [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang