[1] ✓ Sweet Wife in My Arms

18 | Keunggulan

Retakan muncul di kulit telur dan terus melebar. Akhirnya, dengan suara berderak, telur itu terbelah di tengah, dan organisme di dalamnya adalah seorang… gadis kecil, dengan mata tertutup rapat.

Bulu mata panjang gadis itu bergetar sedikit. Itu mungkin karena dia tidak terbiasa dengan cahaya terang yang tiba-tiba.

Dia menggerakkan lengan dan kakinya, menguap, dan melakukan peregangan lebih dalam, memperlihatkan pinggangnya yang lentur dan ramping. Itu adalah gambaran yang glamor, seperti mimpi. Terutama gadis itu, desahan memuaskan keluar dari bibirnya...

Sedikit, tapi puas.

Direktur membiarkannya terus berjalan, lengannya tergantung di udara sebagai isyarat siap untuk menandakan "cut".

Apakah dia benar-benar aktris baru yang tidak berpengalaman? Dia bertanya pada dirinya sendiri, terpesona.

Gadis muda di dalam telur itu perlahan membuka matanya. Melawan matahari terbenam, bulu matanya disepuh dengan kilau mutiara. Saat dia membuka matanya sepenuhnya, pantulan dari dua orang yang berdiri di depannya muncul di pupil yang jelas.

Gadis itu menamai kepalanya dengan rasa ingin tahu. Kemudian matanya tertuju pada Qin Xiaoyu.

Tiba-tiba, dia berdiri dari cangkang telur. Sebelum orang lain dapat menanggapi, dia menggendong Qin Xiaoyu, lalu membenamkan wajahnya di dadanya.

“Ibu…”

"Cut. Oke, ini bagus," teriak sutradara. Adegan ini diambil dengan sempurna. Terutama akting Yan Huan, ekspresif dan hidup. Meskipun ulat sutra emas kecil tidak memiliki terlalu banyak kalimat, dia menggunakan bahasa tubuhnya, matanya, dan semua yang dia miliki untuk menghidupkannya, memberikan jiwa karakter yang awalnya terabaikan.

"Maaf, Yu," Yan Huan memainkan rambutnya karena malu. Itu hanya akting, bagaimanapun, masih agak keluar jalur untuk menguburnya ke payudara wanita lain.

"Tidak apa-apa," Yu Chen mengencangkan kain di dadanya, merasa aneh dan sedikit malu. Agar adil, dia menyadari adegan dari naskah dan begitu juga dia bersiap, tetapi itu tidak berarti dia menyukainya. Dia hanya bisa menyalahkannya di acara itu. Bukannya dia bisa membentak Yan Huan — pers yang buruk bisa mengubur kariernya.

Yan Huan berjalan mendekat. Yi Ling memberinya secangkir air dan mencubit pipinya.

"Huanhuan, apakah kamu diam-diam telah banyak berlatih?" tanyanya sambil mengedipkan mata. "Aku khawatir kamu akan memainkan peran sebagai orang bodoh, tapi ternyata, tidak sama sekali!"

Yan Huan tersenyum, mengangkat cangkirnya. Bulu matanya yang sedikit terkulai menunjukkan kesepiannya.

Sebenarnya, terkadang tidak buruk menjadi idiot.

Menjadi terlalu pintar dan kalkulatif suatu hari bisa menyebabkan kejatuhannya sendiri.

Dalam kehidupan terakhirnya, dia menghitung semuanya tetapi lupa bahwa ada orang lain yang mengejarnya juga.

Setelah istirahat, dia dibutuhkan di adegan berikutnya dan hanya itu untuk hari itu. Tidak banyak adegan untuk ulat sutra emas kecil karena sebagian besar pekerjaan diselesaikan dengan animasi.

Dia bersandar untuk menyandarkan kepalanya ke dinding di belakangnya, bulu matanya yang panjang dan lebat berkilauan di bawah sinar matahari terbenam.

Saat ini, Yi Ling tidak ingin mengganggunya.