Après

329 64 24
                                    

Taeyong menggerakkan tangan memutar kursi rodanya. Tadinya seorang perawat lelaki ikut membantu mendorong, tapi Taeyong bilang ia ingin sendirian. Akhirnya perawat itu melepaskannya dan pergi, serta bilang untuk meminta tolong pada perawat manapun yang lewat sekiranya ia kesusahan. Taeyong hanya mengangguk.

Di bawah pohon rindang taman kecil tak jauh dari bilik kamar rawatnya, Taeyong berhenti. Ia merasakan semilir angin sore membelai tangannya yang di beberapa bagian masih dibalut kain kasa. Kedua kakinya belum bisa digerakkan sempurna karena kelumpuhan sementara. Dokter bilang, benturan di kepalanya merusak salah satu saraf yang berhubungan dengan kinerja motorik kakinya. Taeyong akan bisa kembali berjalan setelah pengobatan dan terapi yang diperkirakan akan memakan waktu beberapa minggu, bisa lebih cepat melihat bagaimana Taeyong selalu mengikuti prosedur pengobatan dengan tekun, serta fikiran dan tekad yang positif. Setidaknya sekarang Taeyong mulai bisa berdiri sendiri di atas kaki-kakinya walau sebentar dan belum bisa melangkah.

Ponsel dan mobil Taeyong sendiri rusak berat. Pihak kepolisian telah memberikan barang-barang penting yang di temukan dalam mobil, dan itulah kenapa saat ditransfer ke rumah sakit pun tak ada kenalan Taeyong yang dihubungi. Tapi Taeyong kemudian meminjam ponsel salah satu perawat, menghubungi Yuta via dm Instagram.

Yuta kemudian datang menjenguk, membawakan pakaian-pakaian Taeyong dari apartment nya. Mereka memang tidak terlalu dekat, tapi Taeyong bingung harus kepada siapa lagi ia meminta bantuan.

Taeyong baru sadar kalau lingkar pertemanan dan kenalannya (di luar kebutuhan bisnis) sangatlah kecil.

Tak apa, bujuknya sendiri. Yang penting ia harus segera sembuh agar bisa segera mencari Ten selepas dari sini.

***

"... jadi mulai minggu depan, Pak Taeyong akan ditangani oleh salah satu terapis di sini, namanya Dr. Ren ..."

"Siapa? Ten?" Tanya Taeyong memotong ucapan perawat.

"Ren, Dr Ren. Beliau salah satu dokter muda di rumah sakit ini. Proses terapi sendiri nanti akan dilanjutkan di tempat Bapak, Dr. Ren yang akan datang. Seminggu 2x, setiap Senin dan Kamis pagi pukul 9 dengan 2 kali sesi terapi per pertemuan. Untuk obat bisa langsung diambil di konter penebusan obat. Biaya semuanya sudah di cover asuransi ya Pak"

"Saya bisa lihat profil atau foto dokternya? untuk memastikan nanti yang datang orang yang tepat" ucap Taeyong lagi.

"Bapak bisa baca lengkapnya di website kami" Perawat itu membuka salah satu laman rumah sakit, lalu menunjukkan foto Dokter yang dimaksud.

Benar masih muda, dan terlihat sangat manis untuk ukuran pria.

"Terima kasih banyak" ujar Taeyong kemudian.

"Sama-sama, semoga cepat sembuh ya pak" ujar perawat tersebut sambil membantu merapihkan ranjang yang akan Taeyong tinggalkan.

Taeyong hari ini akan pulang di bantu Yuta. Temannya itu membantu membawakan beberapa barang dan berbaik hati memberikan tumpangan.

"Aku utang banyak sama kamu, Yut" ujar Taeyong saat akhirnya sudah duduk di bangku penumpang.

"Santai yong, kayak sama siapa aja" jawab Yuta tertawa kecil, "untung kamu megang asuransi, aku mana bisa bantu bayar biaya rumah sakit, cuma bisa bantu tenaga doang" tambahnya.

Taeyong ikut tertawa. Ia belajar dari pengalaman saat dulu balapan. Taeyong tidak pernah peduli hal-hal seperti itu. Tim balapnya yang menghandle, mengurus segala tetek bengek soal asuransi kecelakaan dan kesehatan. Ternyata hal itu sangat berguna baginya.

Hening sejenak melingkupi keduanya. Yuta sebenarnya ingin bertanya kenapa Taeyong selama ini tidak menghubungi Ten? apa hubungan keduanya sudah kandas?

[end] Hakuna Matata (TAETEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang