"by— psttt" Hyunjin berbisik pelan saat melewati bagian nurse station interna. Felix yang kriyep kriyep mau tertidur pun terbangun. Ini udah jam 1 malam. Demi Tuhan. Hyunjin ini—
"oh udah selesai operasinya?"
"hooh, kamu kenapa tidur di sini" Hyunjin berani mendekati sang pacar karena tempat biasa Koass singgah saat Jaga malam kali ini sedang sepi.
"tadi mbak yuju bilang, aku jaga disini dulu. Mbaknya mau beli kopi bentar?"
Hyunjin paham "kamu jam berapa pulang?"
"jam Sembilan.. gak usah bareng gak papa, aku lagi ada perlu soalnya"
"beneran gak mau ditemenin?"
"gak usah aja by, aku bisa sendiri" kata Felix meyakini.
"mau kemana emang?"
"ketemu bunda"
Deg
Hyunjin diam. Felix tidak melanjutkan penjelasan kalimatnya. Setahu Hyunjin bunda Felix sudah tiada. Maka dari itu—
"loh loh loh" dengan panic Hyunjin membuat Felix berdiri dan memeluk kekasihnya itu.
"kamu ini ngomongnya suka ngadi ngadi, kalau hidup berat tu dibagi sama aku, aku lo selalu ada buat kamu jangan coba coba bunuh diri.. nanti aku bisa gila sendiri.. yatuhan by kamu kenapa—"
Dengan cerocosan Hyunjin yang membuat Felix terkekeh geli.
Menoyor kepala Hyunjin sekali dua kali tiga kali Felix beri. Kemudian melonggarkan pelukan. Guna memisahkan diri.
"besok itu 4 tahunnya bunda. Aku mau ke makamnya. Ngunjungin beliau. Kamu nih suka ngadi ngadi kalau ngomong"
Hyunjin diam bengong.
Beberapa detik kemudian baru sadar bahwa pikirannya sepenuhnya salah besar.
"bodoh banget aku emang" kata Hyunjin merutuki diri sendiri.
"aku ikut aja deh"
"jangan.."
"loh kok gak boleh?" kata Hyunjin hendak protes.
"ada papah datang dari australi kemaren lusa. Aku mau ngajak, kali aja papah mau?" kata Felix menjelaskan
"yaudah kalau ada apa apa bilang aku ya"
Dan anggukan Felix menjadi jawaban penenang bagi pertanyaan Hyunjin.
—
Eric memiliki keluarga yang mendukung atas semua pilihannya. Ibu yang supportif, Ayah yang selalu ada dari segi manapun saat di butuhkan bahkan kembaran yang benar benar akan melindunginya kalaupun ia tertimpa masalah.
Sayangnya peruntungan Cinta Eric tidak sebaik peruntungannya dalam kehidupan. Buktinya, adalah pria yang ada dihadapannya dan sedang bicara panjang lebar mengenai penyakit yang menjadi kasus timnya.
"Jadi ya ric, yang sering dilupakan padahal hal yang penting adalah Differential Diagnose. Belum tentu sakit perut dibagian kanan itu appendix atau usus buntu. Bisa jadi ginjal atau penyakit lain"
Eric tersenyum mendengarkan Sunwoo begitu Passionate saat berbicara tentang sebuah penyakit, kadang Eric berpikir Can be at least be half a passionate as his passion to medical world for me?
Sepertinya jawabannya tetap tidak.
Kenapa selama ini. Eric selalu jadi tempat Sunwoo pulang saat temannya itu lelah dan banyak masalah. Dan satu hal yang Eric paham betul dari mereka adalah bahwa Sunwoo dan dirinya akan selalu menemukan jalan untuk kembali ke rumah sejauh apapun mereka berdua melangkah.
Apakah Eric Rumah bagi Sunwoo-nya?
Karena satu hal lagi yang dapat Eric yakini sampai saat ini Cuz friends don't do the things we do.
"okay, itu aja sih yang aku sampaikan" kata Sunwoo bngkit dari duduknya kemudian.
"cuman itu? Demi demi kamu jauh jauh dari interna ke Obygyn?" Eric membukakan pintu ruangan Koass obygyn itu agar Sunwooo bisa keluar.
"uhum. Yeah— dah aku balik dulu" angguk Sunwoo kemudian pergi begitu saja.
Dibalik punggung tegap si Kim. Eric tertawa. Entah karena sesuatu yang lucu barusan terjadi atau hanya iba pada rasa. Rasa yang ia punya.
Tawa itu terhenti ketika Sunwoo membalikkan badannya lagi menghadap Eric. Berlari kecil kemudian dengan sengaja memeluk cepat.
"Why you gotta hug me like that?"
"it's too late to hang out, tapi ayo nanti malam jalan?" Sunwoo melepas pelukan dan bertanya. Selalu seperti itu apa pertanyaan Eric tidak terdengar pada gendang telinga.
Anggukan Eric beri sebagai jawaban atas pertanyaan Sunwoo. Tidak ada lagi. Cuz yang Eric tau, ia hanya Love Kim Sunwoo From The start.
—
Tapi jam 10 pagi harinya dengan motornya benar benar baru pulang dari rumah sakit setelah jaga malam dan operasi besar di hari yang sama. Hyunjin ada didepan kediaman besar keluarga Lee. Megah sekali tapi sungguh penuh misteri yang melingkupi. Dingin tidak tersentuh. Membuat Hyunjin sedikit terenyuh.
Felix keluar dengan penampilan rapi. Berpakaian serba hitam dan membawa buket bunga mawar putih di genggaman.
"udah siap?"
Angguk Felix beri.
"air matanya dihapus dulu, ketemu bunda jangan nangis nanti beliau sedih"
Kata yang Hyunjin beri menandakan bahwa masih ada sisa tangis yang tergenang pada pelupuk mata. Sadar akan hal itu Felix segela mengelapnya dengan lengan dan naik keatas motor ninja sang pacar.
Hyunjin hanya cukup berjalan di balik punggung si Lee tunggal tidak perlu mendahului karena sepertinya sang kekasih butuh jarak saat ini.
Saat sesampainya di makam dengan nuansa nisan putih yang dhapal Hyunjin itu Felix mencoba berdiri disamping nisan. Menaruh bunga yang ia bawa Kemudian.
"hai bun, ini Felix masih sama kayak tahun lalu masih sama si tengil Hyunjin. Ia Bun Hyunjin yang ketemu bunda takut takut soalnya bunda pucat banget waktu itu-" Felix tetap melanjutkan walau begitu sesak didada.
"tapi bunda sekarang udah bahagia kan disana. Papah masih belum mau kesini hehehe" itu tawa miris yang Hyunjin dengar dari bibir sang pacar.
"katanya banyak banget kerjaan sampai gak bisa kesini. Maaf ya bun. Felix kesini sama Hyunjin aja. Oh Felix baik baik aja kok bun, iya baik—"
Dan tangisan itu tidak terbendung. Tepukan pada punggung Felix membuat nya makin jadi. Hyunjin mencoba menenagkan sedikit.
"halo bunda, ini Hyunjin yang udah resmi jadi pacar anaknya bunda. Yang dulu sempat ketemu bunda beberapa kali sebelum bunda pergi. Hyunjin ada disini kok buat jaga pangeran kecil bunda ini yang cengeng—jangan bosan bosan sama Hyunjin yang tiap tahun nemenin anak bunda ngunjungin bunda kesini ya—Felix hebat loh bun udah jadi dokter sukses... cita citanya udah mau tercapai buat nyembuhin orang kayak bunda... udah bun itu aja.. anaknya makin kenceng nangisnya"kata Hyunjin bermonolog pada angin yang ada.
Ia tidak peduli. Ia hanya mencoba membuat Felix baik baik saja lagi.
"gak papa gak papa nangis aja.. aku ada disini" rengkuh Hyunjin pada Felix.
"aku gak masalah papah nikah lagi.. sibuk sama perusahaan.. sibuk sama keluarganya yang baru di australi.. aku ditinggal sendiri.. aku bahkan gak masalah sama sekali... tapi aku hanya bilang tadi, coba kunjungin bunda sekali kali... tapi hasilnya see nothing" kata Felix diselingi isak tangis pilu.
Ah Problematik sekali.
Maka dari itu Hyunjin harus kuat untuk jadi Rumah baru yang lebih kokoh dari yang dimiliki sang pacar. Tempat untuk pulang, untuk mendengarkan segala keluh kesah dan Unsolve things yang dimiliki mereka masing masing.
Iya. Hyunjin haru jadi Rumah senyaman mungkin bagi Felix nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Medical Top Team
FanfictionCuman cerita sehari hari koas muda- Dari mulai stase mayor yang hiruk pikuknya ngalahin jalan Shibuya di Jepang. Sampai stase minor yang katanya gak sibuk tapi tugasnya menumpuk. ⚠️BxB⚠️ With 00'Line Alur Cerita Lambat- SUNRIC NOREN MARKMIN HYUNLI...