kening Vanya berkerut kala ia melihat deretan pohon rindang di setiap pinggir jalan itu membuat dirinya merinding.
"Lo mau ngapain bawa gue ke hutan! Lo mau bunuh gue? Terus biar nggak ketauan lo buang gue gitu? Turunin gue di sini!"
Hening tak ada jawaban, hanya angin malam yang menerpa kulit wajah milik Vanya.
Tiba-tiba saja motor itu berhenti, "Kenapa berenti?"
"Ck. Katanya mau turun! Yaudah turun!" ujar laki-laki itu.
"Tega banget lo turunin gue disini!"
"Ck. Dasar cewek!"
Kadang Alga heran dengan manusia bernama wanita. Suka ini tapi itu--arghh sulit untuk di definisi kan. Mungkin satu kata untuk mewakili nya, ribet.
Derum motor kembali terdengar, tangan laki-laki itu menarik gas dan kembali membelah jalanan sepi itu.
Vanya hanya diam, malas untuk sekedar membuka pembicaraan, lagi.
***
Motor yang mereka tumpangi perlahan berhenti.
Vanya meneliti keadaan sekitar, sejuk pikirnya.
"Mau kapan turun? Badan lo berat, kaki gue pegel kalo lo nggak tau!" sindir Alga kala gadis itu tak kunjung turun dari motor nya.
"Nggak, nggak! Nanti kalo gue turun lo ninggalin gue lagi, nggak mau gue!"
"Ck. Nggak bakal!"
Vanya yang mendengar itu hanya merasa 'aneh' dengan jawaban laki-laki itu, apa dia peduli? Atau kasihan? Sesegera mungkin ia membuang jauh pikiranya sekarang.
"Kalo gitu, lo dulu yang turun!" ujarnya tak logis.
Vanya menepuk jidatnya, bodoh. Kenapa dia se-salting ini? Tunggu salting? Nggak mungkin. Kata itu tak akan pernah ada dalam kamus nya.
"Gue?" ulang Alga, siapa tahu dirinya salah dengar.
"Iya!" anjir, malu maluin ni otak. Eh yang ngomong bibir yah kok gue nyalahin otak sih.
"Eeh--h maksud gue, gue duluan!" koreksi nya sedikit gugup
Vanya menarik tali ransel nya, menghilang kan sedikit gugup yang kini tengah melanda nya. Kedua tanganya terulur memegang kedua pundak Alga sebagai tumpuan. Tapi ntah kenapa tangannya bergetar.
Ni tangan kek mau ke depan kelas aja dah! Gemeter.
Kaki kirinya berhasil menginjak tanah, dilanjut dengan kaki kanannya dan hap kedua nya berdiri dengan-- tunggu Vanya merasa aneh dengan gaya berdiri nya sekarang. Ia rasa kakinya tak berdiri dengan tegap, sebentar, dari dulu gaya berdirinya tegap. Tapi sekarang? Vanya menuntun penglihatan nya menuju ke arah kaki. Ternyata ....
Lutut nya yang tak bisa diam, Anjir ni lutut ngikut dugem lagi.
Alga yang sudah turun dari motornya lantas berdiri di depan gadis itu. Keningnya berkerut, menatap aneh gadis itu. "Kenapa?"
Vanya yang mendengar itu sontak lerlonjak kaget, dan berhasil membuat getaran di kakinya kian bertambah, "Heh? Ngg--gak papa kok! Kaki gue pegel, kelamaan duduk keknya!" Vanya heran dengan itu. Jangan berpikir kalau Vanya tengah salting, apalagi blushing, Itu tidak akan. Ia baru ingat kalau tubuh nya susah beradaptasi dengan keadaan, pasal nya juga udara disini begitu menusuk kulit putih nya.
Kalau saja ia tahu akan di bawa ke sini mungkin dirinya akan memakai hoodie dan yang terpenting lagi tak akan membawa ransel dengan buku tebal di dalam nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A L E S G A R A
Teen Fiction[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Blubur : -Algara Denanra Putra- Cowok yang handal dalam dunia rumus, tapi tak handal dalam dunia modus. Handal dalam dunia Fisika tapi tak handal dalam dunia cinta. Cowok yang lihai Matematika tapi tak lihai d...