Hospital

47 10 0
                                    

Jangan Lupa Vote Dan Tinggalkan Jejak...

3 bulan setelah kejadian

Mata gadis itu Yon Nara perlahan terbuka. tubuhnya terasa sangat sakit dan nyeri. Suara samar-samar terdengar seolah mengatakan bahwa gadis ini telah sadar. Pandangan Nara gelap tak peduli berapa kali ia mencoba mengedipkan mata, pandanganya terasa sama.

"Nara-ya" Samar samar suara sekertasris Kim terdengar.

"Yon Nara, Kamu bisa mendengar suara saya?" Ujar seorang dokter yang langsung datang segera setelah mendengar bahwa Nara telah sadar.

"Ajusshi, Kenapa semuanya gelap? aku ada dimana?" Ujar Nara dengan suara lemah. Sekertaris Kim dan sang dokter terdiam.

"A ajusshi..." Suara lemah Nara kembali terdengar. Dokter pun segera memeriksa kondisi Nara, sungguh sulit bagi sang dokter dan sekertaris Kim untuk mengatakan apa yang terjadi padanya.

"Nona Yon, kecelakaan itu membuat anda mengalami beberapa patah tulang dan buta permanen pada mata anda untuk dapat melihat kembali diperlukan donor mata dan untuk beberapa saat anda mungkin kesulitan berjalan dan menggerakan tangan karena tulang yang patah" ujar sang dokter.

"Huuuhh..." Nara menghempuskan nafas lemah. Air matanya mengalir perlahan membasahi pipinya. Nara terdiam cukup lama hingga akhirnya ia mulai sedikit tenang.

"Ajusshi, ayah? ayah ada dimana?" Tanya Nara, sekertaris kim hanya terdiam. "Ajusshi!" ujar Nara dengan suara yang semakin keras.

"Maafkan Nona Yon, CEO Yon tidak bisa diselamatkan, beliau meninggal 2 bulan lalu setelah mengalami kritis 1 bulan lamanya" ujar sekertaris Kim sambil menggenggam tangan Nara

"Hiks Hiks wae? waeyo ajusshi? ayahku meninggal dan kini aku tidak akan pernah bisa melihatnya lagi bahkan fotonya. Ajusshi aku..." Air mata terus mengalir membasahi pipi Nara, bibir pucatnya terus bergetar menahan sedih dan sakit yang teramat baginya.

"Aku ingin berhenti saja" Ujar Nara dengan tatapan matanya yang hanya penatap lurus ke depan.

"Ma-maksud nona apa?" kata sekertaris Kim sambil menatap Nara sendu.

"Aku ingin ikut ayah saja menemui ibu di sana, kami akan lebih bahagia karena bisa bersama sama kembali" Ujar Nara, tangisanya semakin mengeras.

"Jangan, jangan begitu nona. Saya tahu ini berat untuk nona tapi nona harus bertahan, saya akan terus berusaha agar nona bisa kembali melihat" ujar sekertaris Kim yang tanpa sadar ikut menangis memahami betapa berat hidup Nara, Nona yang telah ia layani sejak Nara masih bayi.

2 minggu berlalu,

Nara menjalai berbagi test untuk kesembuhannya. Tulangnya yang mulai membaik dan tangannya yang sedikit demi sedikit mulai dapat bergerak. Nara juga mencoba untuk kembali berjalan demi kebaikannya kelak. Sekertaris Kim masih berusaha mencari seseorang yang dapat mendonorkan matanya untuk Nara. Entah mengapa semakin hari semakin besar rasa bersalahnya pada Nara. Melihat Nara yang selalu lesuh dan dingin membuat sekertaris Kim seolah ikut merasakan apa yang Nara Rasakan.

Hari ini 20 Desember 2017,

Musim dingin telah tiba. Salju mulai turun menutupi berbagai gedung dan jalanan disertai udara dingin yang menusuk kulit. Namun hal ini tidak membuat pria itu berhenti memfoto berbagai moment yang menarik dimatanya. Jeon Jungkook pria itu terus berjalan tanpa henti sambil mempotret berbagai macam hal, hingga dering telepon mengentikan langkahnya.

"Wae?" Ujar Jungkook begitu mengangkat teleponnya.

"Ya! Jeon Jungkook! aku lebih tua darimu jadi sopanlah sedikit" Ujar pria itu.

"Aish. waeyo Jimin hyung?" tanya Jungkook tak menghiraukan ucapan Jimin.

"Eihh, aku di rumah sakit bawakan aku salad ya" kata Jimin

"Siapa yang dirawat dirumah sakit?" tanya Jungkook sambil melangkahkan kakinya ke cafe terdekat.

"Seokjin hyung, Dia terlalu fokus kerja hingga lupa makan" jawab Jimin.

"Kalau sakit kenapa minta salad?" Jungkook bertanya kembali.

"Ya! kau pikir hanya yang sakit yang perlu makan? aku merawatnya seharian perlu energi juga" kata Jimin.

"Cih, dirumah sakitkan ada kantinnya kenapa tidak beli di sana saja" gumam Jungkook yang tengah mengantri disebuah cafe.

"Ya! aku ada penampilan tari besok lusa aku harus diet, di sini tidak ada salad asal kau tau, berhenti mengerutu dan cepatlah!" ujar Jimin dan langsung menutup teleponnya. Jungkook hanya bisa memandangi ponselnya dengan tatapan sebal dan ia segera memesan makanan dan pergi ke rumah sakit.

Sesampainya Jungkook di sana ia segera menuju ke lorong kamar Seokjin namun langkahnya terhenti. Pandanganya tertuju pada seorang gadis yang tengah melamun diruang tunggu rumah sakit. Tatapan gadis itu sama dengan tatapan yang ia lihat di acara ulangtahun waktu itu namun kali ini tanpa senyum sedikitpun. Sangat disayangkan batrai kameranya habis. "huuhh..." hela Jungkook singkat. Saat ingin kembali berjalan langkahnya kembali terhenti saat melihat orang yang ia kenal. Sekertaris Kim, pria itu berjongkok di depan gadis itu dan mengatakan sesuatu  sambil tersenyum namun gadis itu hanya diam.

Setelah mengantarkan salad dan berbincang singkat dengan Seokjin dan Jimin, Jungkook kembali pulang ke studio fotonya. Jungkook merasa kalau Studionya lebih terasa hangat dan nyaman dibanding rumahnya sendiri.

"Jungkook-a mau makan ayam tidak?" Tanya Taehyung begitu menyadari bahwa Jungkook telah pulang. Tanpa berkata kata Jungkook duduk dan ikut makan bersama Taehyung.
"Hyung, sekertaris Kim dia sudah punya anak belum?" tanya Jungkook disela makan mereka yang sunyi.

"Sekertaris Kim? setauku dia belum menikah, Waeyo?" ujar Taehyung.

"Engga, Gapapa" Jawab Jungkook singkat dan kembali makan dengan tenang. Setelah makan Jungkook memutuskan untuk istirahat karena hari ini terasa sangat melelahkan baginya.

TBC...

Terimkasih telah membaca cerita ini, Vote dan dukungan kalian sangatlah berharga

The Truth Untold [Jeon Jungkook] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang