Seorang pemuda baru saja ingin menyambut pagi dengan membalikkan tanda 'Tutup' pada pintu kaca toko miliknya menjadi tulisan 'Buka' tatkala seorang pelanggan pertama telah menanti di depan pintu, membuat suasana pagi cerahnya tidak lagi terasa.
"Selamat Pa..." Belum sempat ia menyelesaikan salamnya, si pelanggan sudah tersenyum lebar sembari menyerahkan sebuah gantungan kunci kepada si pemuda.
"Ambil ini, aku membuatnya untukmu" Potongnya di depan pintu toko.
Belakangan, gadis ini memang kerap mampir ke toko kecil milik si pemuda yang berada tepat di ujung jalan. Meskipun gadis itu termasuk dalam list pelanggan setia di toko ini, si pemuda cukup tahu bahwa terselip alasan lain dibalik kedatangannya.
Seperti sekarang ini contohnya, gantungan kunci yang diberikan nampak terjalin rapi, khas buatan tangan. Bulan lalu gadis tersebut datang membawa sepucuk origami berbentuk burung bangau yang dibuatnya selepas pulang sekolah. Gadis yang sama juga berkunjung dengan memberikan si pemuda sebungkus permen coklat di hari Valentine, minggu lalu. Tentu ada banyak hal lain yang gadis itu hadiahkan untuknya di hari-hari lampau.
"Ini untuk apa?" Tanya si pemuda. Wajah datarnya memberi sinyal bahwa ia lelah menolak segala perhatian yang diberikan.
"Kakak umurnya berapa?" Sahut si gadis alih-alih menjawab pertanyaan yang diajukan untuknya.
"Memangnya apa yang akan kau dapatkan jika tahu umurku?" Tidak mau mengalah, si pemuda kembali melontarkan pertanyaan. Kini gantungan kunci tersebut sudah dijejalkan ke dalam saku celana, sementara tangannya kembali sibuk mengelap kaca toko.
"Ada hal penting yang harus aku lakukan. Biar aku tebak umur kakak, kira-kira... Sekitar 25? 28?"
"Terserahlah. Tapi aku tidak setua itu, bisa-bisanya kau memperkirakannya begitu, ckckck" si pemuda menggelengkan kepala menanggapi jawaban si gadis karena merasa tidak puas dengan perkiraan itu. Di sela kegiatannya, si pemuda diam-diam mencuri pandang ke arah kaca toko yang memantulkan wajah sang gadis.
"Apa iya ya? Belakangan aku sering bosan, mungkin berpengaruh pada ketampananku? Yah... Padahal aku baru 23 tahun" Si pemuda bermonolog tanpa sadar.
Mendengar hal itu, si gadis spontan berdiri dari tempat duduknya dengan semangat membara.
"23 tahun? Oke!" Pekiknya gembira, membuat si pemuda kaget sekaligus bingung.
"Apanya yang oke?"
"Kakak! Ingat baik-baik ya, tunggu aku 5 tahun ke depan karena aku akan datang melamarmu! Saat hari itu tiba, ayo kita menikah!" Sorak si gadis yang langsung disambut lemparan lap meja oleh si pemuda.
"Bicara apa kau? Sekolah yang benar sana!" Sanggah si pemuda yang kemudian mendorong punggung kecil itu keluar menuju pintu tokonya.
"Tentu saja aku akan lulus dan jadi orang hebat. Sampai saat itu tiba, aku akan datang pada kakak! Kakak harus ingat itu ya! Tunggu 5 tahun lagi, aku pasti akan menemui kakak!" Jelas si gadis yang terdorong keluar toko. Berkali-kali ia menekankan hal tersebut, yang di telinga si pemuda terasa begitu menggelikan.
"Terserah... Sekarang pergi" sahut si pemuda setengah hati menanggapi.
"Ingat ya kak! 5 tahun lagi aku pasti datang, tunggu ya! Aku suka Kakak" Pekik si gadis, sebelum akhirnya benar-benar pergi dari toko dengan bersenandung ceria. Bahkan setelah kepergian sang gadis,suara nyaring miliknya masih terdengar jelas melengking tinggi.
Entah apa yang dipikirkan oleh pelanggannya satu itu, sampai bertingkah begitu.
Gadis itu memang pernah berkata di suatu waktu, bahwa si pemuda adalah tipe idealnya dan menjadikannya panutan.
Namun terlepas dari alasan tersebut, si pemuda tetap tidak bisa mengerti arah pemikiran si gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Years✓
Short StoryAku tidak mengerti kenapa gadis itu terus saja mampir ke tempatku. Tapi, aku semakin tidak mengerti pada diriku sendiri. Tanpa sadar menuruti ucapannya yang memintaku untuk menunggunya. Lima tahun berlalu, terhitung sejak terakhir kali kami berjump...