****
Dea mulai uring-uringna diatas kasurnya, apa yang harus ia lakukan malam ini.
Dea sudah menyampaikan pesan undangan dari Ara kepada orang tuanya. namun sangat disayangkan Dina dan Arif tidak bisa hadir karena harus keluar kota untuk urusan pekerjaan, dan seperti biasanya Dina akan menemani suaminya apabila ada urusan keluar kota.
Dengan rasa tidak enak, Dina menghubungi orang tua Ara dan meminta maaf untuk ketidak hadirannya di acara yang diadakan jumat mala mini, apalagi ini acara pertama antara orang tua Dea dan orang tua Ara setelah Dea berteman dengan Ara.
Dea tiarap diatas kasurnya sambil menutup kepalanya dengan bantal. Bisa-bisanya orangtuanya meninggalkannya.
Sebenarnya bukan itu masalahnya, namun ia harus datang dengan siapa. Ia sudah mencoba menghubungi teman-temannya, namun mereka datang bersama orang tua mereka, kecuali Kia yang datang hanya berdua dengan Iki.
Sebenarnya bisa saja kalau dea ikutan dengan Kia, namun jarak rumah mereka yang terlalu jauh, Dea merasa tak enak bila harus meminta Kia untuk menjemput.
Dea bangkit dari kasurnya, ia buru-buru turun ke lantai bawah dan langsung menuju kamar orangtuanya. Tanpa mengetuk, Dea langsung membuka pintu kamar itu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, hingga membuat penghuni kamar sontak terkejut.
Dina menopang tangannya dipinggang, "De, kenapa gak ketuk pintu dulu", peringat Dina pada anak semata wayangnya itu.
Arif mengangguk setuju,"untung lagi gak ngapa-ngapin", ucapan Arif sontak membuat Dina melotot tajam.
Dea hanya memutar bola matanya jengah,"salah sendiri, siapa suruh gak ngunci pintu", jawabnya santai.
"kenapa heum anak papa tiba-tiba mampir kekamar mama papa?", Tanya Arif sambil merangkul Dead an menarik Dea untuk duduk disofa karma bersamanya.
Sedangkan Dina sedang sibuk memasukkan baju-baju kedalam koper yang akan mereka bawa.
"mah, pa..., gak bisa ditunda ya keberangkatannya. Besok subuh kek, nanti malam temenin Dea ke acara dirumah Ara", ucap Dea setengah merengek.
Arif mengelus puncak kepala Dea lembut,"papa harus sampai ke hotel nanti jam 10 malam, mana mungkin papa sama mama tunda penerbangan", ucap arif memberikan pemahaman kepada Dea.
Dea menghembuskan nafas lesu,"Dea pergi sendiri nih"
"nanti mama suruh anterin sama pak Husen aja, terus pak Husen nungguin Dea sampe selesai acara", bujuk mamanya.
Dea menggeleng kecil,"gak usah deh ma, Dea pergi sendiri aja. Kasian pak Husen kalau digangguin waktu liburnya"
Supir keluarga Dea memang hanya bekerja sampai Jumat sore,Dea merasa tidak enak kalau harus menggangu waktu libur pak Husen.
"nanti papa bawa oleh-oleh yang banyak deh, jangan cemberut gitu"
Dea hanya mengangguk paham, bagaimanapun ia harus memaklumi perihal kedua orangtuanya.
"Dea balik kamar deh", ucap Dea kemudian dan segera bangkit menuju ke kamarnya.
"makan dulu, dari pulang sekolah Dea belum makan. Mbak Ani udah masak tadi", peringat Dina sebelum Dea menghilang dari balik pintu.
Dea menghembuskan nafas pasrah,"naik Grab aja kali ya", ucapnya kecil.
Sedetik kemudian ia menggeram,"aghh! Abang-abang Grab mulu, jangan-jangan jodoh Dea ojol lagi", Dea menggaruk kepalanya frustasi.
***
Malam telah tiba, tadi jam 6 sore dea sudah mengantarkan orangtuanya ke bandara. Sekarang ia hanya tinggal berdua dengan asisten rumah tangganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARADOX
Spiritual[CERITA SELESAI] ✔️ Adakalanya perasaan itu salah memilih tempat berlabuh. padahal perjalanan cinta masih jauh. Namun, ia telah lebih dulu berhenti. serasa terapung ditengah lautan, dengan keadaan hilang daratan. panggil dia Dea. Yang terpaku rasa p...