Hujan, awal dari permulaan

45 21 18
                                    

Matanya terus menatap dia yang tengah sibuk dengan buku di tangannya. Perpustakaan seakan tempat itu yang akan menjadi tempat paling berkesan bagi gadis itu.

Gadis dengan rambut panjang sebahu, dan mata coklatnya yang tak pernah bosan menatap pria itu. Tak peduli waktu makan siangnya habis ia pakai hanya untuk melihat pria itu.

Semua orang menjulukinya dengan panggilan si batu es, atau Ice Boy. Karna sifatnya yang dingin dan tak pernah mau peduli dengan sekitar, apalagi dengan yang berbau cinta.

Hanya pada tiga sahabat dan satu gadis yang bernama Aurin Augstin, sifat Bintang tak sedingin pada yang lain.

Bukan hal yang mudah bagi Ara untuk mendekati pria seperti Bintang Apredian Tayoga, hanya karna cinta ia rela repot- repot seperti ini.

Buk

"Auw..." ringis Ara sambil memegang kepalanya yang baru saja terkena buku yang ia bisa pastikan itu buku pasti sengaja di pukulkan padanya.

Ara segera mengarahkan pandangannya untuk memastikan siapa yang dengan beraninya melakukan hal ini.

"Apa!" galak orang tersebut dengan mata yang ia belototkan pada Ara. Mereka langsung mendapat teguran oleh setiap penjuru ruangan.

Ara dengan sigap menarik sahabatnya ini supaya mendekat kearahnya yang sedang bersembunyi, Ara nggak mau hanya karna masalah Tania yang berisik, menyeretnya keluar dari perpustakaan yang jelas- jelas ada sang pujaan hati di sana.

"Maksud Tania apa, sih?!" kesal Ara dengan suara pelan. "Pelanin suaranya kalo Tania nggak mau Ara usir." ancam Ara saat melihat Tania yang ambil ancang-ancang.

"Lo yang buat gue kayagini Ra, maksud lo apa coba. Kebiasaan ninggalin gue di kelas. Gue pusing nyari- nyari lo!" cercah Tania.

Ara menghela nafas pelan. "Tania kenapa sih! kaya yang nggak tau Ara aja." ucap Ara kemudian tersenyum, matanya kembali menatap kemana yang harus ia tatap.

Namun seketika senyuman Ara mendadak pudar karna mendapati sang pangeran yang tak ada du tempat.

Tania dia hanya di buat kesal karna tak melihat apapun, yang mata Ara tunjuk.

"Apaan sih nggak jelas banget," heran Tania. Ara menatap Tania sebal. "Apa?" tanya Tania heran karna tatapan Ara.

"Gara- gara Tania Mood Ara hancur."

"Mood apaan sih, ayo kita ke kanten." ajak Tania dengan seribu kata sabar di hatinya untuk Ara.

"Bintang." pekik Ara pelan saat melihat Buntang yang baru saja keluar. Ara hendak berlari namun Tania menahan langkahnya.

"Mau ke mana?"

"Ara mau keluar"

"Syukur deh, ke kanten kan" semangat Tani. "Ya udah yu ke kangen sekarang"

"Tania, maafin Ara yah, kayanya Ara nggak akan ke kanten bareng sama Tania"

"Lah kenapa? trus lo mau kemana?" tanya Tania kecewa.

"Ara mau kejar Moodbooster Ara dulu" ucap Ara, tanpa menunggu balasan dari Tania, dan segera berlari keluar.

"WOY! ARA, LO NINGGALIN GUE!" teriak Tania.

"Woy, lo. Diem bisa nggak sih." marah salah satu siswi yang ada di sana. Tania yang tak merasa malu, dengan bodo amatnya itu, segera keluar dari perpustakaan. Ara memang keterlaluan.

Sedangkan di luar, Ara sedang berlari mencari sosok Bintang. Ara tidak masalah kalau dia harus memandang Bintang dari jauh asal Bintang ada dan baik- baik aja, itu udah buat Ara senang ko.

BINTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang