✎. 🌷

1.2K 200 6
                                    


Renjun tengah duduk di depan jendela perpustakaan bersama tangan cantiknya menggenggam buku yang cukup tebal namun memiliki ukuran kecil.

Membolak-balik tiap halaman, ia mendengus saat lagi-lagi tak memiliki bahan apapun untuk mengusir rasa bosan. Ditolehnya kucing kesayangan yang saat ini bertengger di bingkai jendela, menatap sang majikan dengan kepala miring tiga puluh derajat.

Renjun terkekeh kecil melihat perilaku hewan yang memiliki tiga warna bulu itu. Sangat menggemaskan.

"Ada apa denganmu, Lia?"

Kucing itu mendengkur halus saat tangan Renjun menyentuh rambut lebatnya.

Ia menelusup masuk ke dalam dekapan si manis lalu melingkarkan ekor, bersiap untuk tidur.

Renjun kembali terkekeh. "Apa yang bisa kau lakukan di siang hari, selain tidur?"

Bahu sempit itu mundur hingga bertemu dengan kerasnya dinding berbarengan dengan angin membelai rambut soft pink berhias mahkota berwarna emas putih dan zambrut di beberapa titik.

Ia memejamkan mata.
Kain yang membalut tubuhnya melambai kesana kemari namun si kucing tak terusik barang sedetik pun sama seperti sang majikan.

Mereka hendak tertidur pulas tatkala beberapa detik kemudian seorang pelayan datang membungkuk dihadapannya.

"Yang mulia... Raja ingin bertemu dengan anda"

Si manis buru-buru menoleh yang mana dapat ia lihat pelayan tersebut masih melakukan penghirmatan pada salah satu anggota bangsawan —yaitu dirinya sendiri

Sesaat, Renjun mencerna kalimat wanita itu dan mengernyit heran. Untuk apa dia datang kemari? pikirnya

"Beliau ingin segera bertemu"

"Ah, baiklah. Suruh Yang Mulia untuk masuk"

Sang pelayan kembali membungkuk lalu pamit undur diri. Menemui penguasa kerajaan di luar ruangan.



"Jung Renjun"

Suara yang penuh kewibawaan itu mengetuk indera pendengaran.

Sosok bahadur dengan jubah kebesaraannya kini tepat berada di depan mata. Renjun dengan agak tergesa menggendong Lia dan membungkuk sopan kepadanya.

"Selamat siang, Yang Mulia"

Pria itu tersenyum tipis dan memilih untuk duduk berhadapan dengan si manis. Mengangkat satu kaki dan membukanya agak lebar.

"Kemarilah"

Yang lebih muda dengan ragu menempatkan tubuh mungilnya di sela-sela kaki dominan, pun dengan Lia yang ditempatkan di paha, mengelus kucing itu agar kembali lelap.

"Bagaimana harimu?"

"Cukup baik"

Pria yang lebih tinggi tersenyum.

Ia mengangkat dagu Renjun dan membuat sang permaisuri menoleh ke arahnya.

"Aku tahu kamu berbohong"

Sang dominan mengusak surai si pink, maka jantung Renjun berdegup kencang.

"Jaehyun, apa kau berpikir aku akan senang terkurung di perpustakaan seperti ini?" Lelaki itu mencebik kesal. Tak memedulikan sopan santun karena saat ini yang sedang berhadapan dengannya adalah seorang suami, bukan seorang raja.

"Ahh lucunya~"

Renjun membuang muka untuk menghindari cubitan Jaehyun. Kalian tahu? Selain karena menyebalkan, rasanya juga teramat sakit.

Melihat hal ini, yang lebih tua terkekeh gemas dan melakukan backhug. Mendekap tubuh mungil itu erat-erat.

"Baiklah, aku minta maaf. Sekarang apa yang kamu inginkan?" Tanyanya lembut.

"Aku ingin ke taman!"

"Tentu saja Ratuku, tapi tempat itu sedang dibersihkan oleh para pelayan. Kamu sabar dulu oke?"

Jaehyun mengendus aroma yang menguar dari leher Renjun. Aroma yang candu dan memabukkan, favoritnya.

"Engghh— Jae... jangan berulah, kumohon"

Sang raja menyeringai seelah itu bergerak menjauhkan wajah dari tengkuk si manis. Tak sampai disitu, Renjun pikir ia bisa beristirahat dengan tenang sesaat sebelum belah kenyal Jaehyun menempel dengan bibirnya.

Tentu saja hal ini menyebabkan debaran khusus dalam diri submissif. Itu sangat mengejutkan, Renjun jarang mendapat waktu romantis bersama suaminya setelah acara sakral yang menghubungkan jiwanya serta jiwa Jaehyun.

Oh, dia bahkan masih ingat betapa sempurna ukiran wajah dominan saat sedang— tidak. Lupakan saja.

"Hah... Jaehyun, jangan suka berlaku tiba-tiba seperti itu!"

Renjun menyembunyikan wajahnya karena sungguh, pria itu pasti akan berlaku jahil saat melihat rona merah di pipinya.

Si pemilik marga asli Jung cukup sulit di tebak. Dari mulai mereka kecil, hanya dapat bermain kejar-kejaran di taman istana hingga kini saat dominan itu mengambil alih kepemimpinan suatu negara.

Dan yah, Jaehyun dan Renjun sudah menjalani masa pernikahan selama dua belas tahun.

Diulangi, dua belas tahun.


Tradisi kerajaan membuat keduanya harus menikah di usia dini. Raja dan ratu sebelumnya dengan gampang menikahkan mereka saat melihat keakraban Jaehyun dan Renjun walau dua anak itu terpaut jarak usia tiga tahun.

Kesibukan dan tugas yang menjerat membuat mereka tak sedekat dulu lagi. Namun sebagai pasangan yang baik, Jaehyun tetap memberikan segala afeksi dan perhatiannya pada si mungil. Pun dengan Renjun yang dengan senang hati memberikan kebutuhan sang suami.

"Kenapa? Apa kau masih belum terbiasa?" Tanyanya dengan nada —yang menurut Renjun— menjengkelkan.

"Berhentilah menggodaku, Jung!"

"Kamu juga seorang Jung"

"Kubilang berhenti menggodaku!"

Si tampan tertawa lebar. Momen-momen seperti ini jarang sekali mereka dapatkan, karena itu ia baru sadar bahwa istrinya ini sangat... spesial.

Dan Jaehyun sangat mencintainya.



c o m p l e t e d
( 740 words)

[ Random banget ini wkwkwk ]

KAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang