17. Keluarga

1.8K 167 10
                                    

Seorang anak laki-laki berjalan membawa dua kantong plastik berisikan makanan. Dengan langkah panjangnya, anak itu bergegas menuju ruang rawat sang kakak.

Beberapa langkah lagi ia akan sampai, anak itu mengalihkan pandangan ke pintu ruang rawat sang kakak. "Kak Alice?" guman cowok itu melihat Mate kakaknya keluar dari kamar yang ia tuju. Melihat itu, Alvin pun mempercepat langkahnya.

"Kak!" panggil Alvin sesampainya di depan Alice.

"Ya!" Rasa canggung melanda mereka bedua. Baru kali ini mereka saling bicara.

"Kakak sudah bertemu kak Darren?" tanya Alvin kepada to the point. Ia merasa sesuatu sedang terjadi. Terlihat dari wajah kekasih kakaknya itu yang terlihat murung, walaupun tertutupi oleh senyuman.

"Sudah, aku mau ke kamar." Alvin menganggukkan kepalanya pelan, mempersilahkan wanita di hadapannya itu pergi.

Keek..!

Alvin melangkahkan kakinya ke dalam ruangan. Terlihat dua sejoli tengah mengobrol. Tidak, lebih tepatnya berdebat.

"Kak!" ujar Alvin meresa terabaikan.

Setelah menghela napas, anak itu berjalan menuju sofa dan meletakkan bawaannya di meja. "Kak Alice tadi kemari ya?"

"Tidak," jawab Tasya jujur. Dirinya tak menyadari keberadaan Alice di sana. Begitupun dengan Darren.

Dugaannya bener. Ada sesuatu yang terjadi. Menyadari itu, Alvin berdiri dari duduknya lalu berjalan keluar.

"Vin! Mau kemana?" tanya Tasya sedikit berteriak.

"Cari angin!" jawab Alvin memasukkan kedua tangannya ke dalam saku hoodie yang ia kenakan.

*****

Di dalam kamarnya, Alice terdiam. Saat ini pikirannya masih di penuhi oleh apa yang ia dengar di kamar Darren.

"Ren, mungkin kalau saja kamu tidak bersana Alice, semua ini tidak akan terjadi,"

"Apa maksudmu?"

"Orang yang di balik kejadian ini tidak lain adalah keluarga Berta."

Percakapan itu terekam jelas di kepala Alice. Otaknya dipaksa berpikir, apakah berita itu bener atau tidak.

Sasaran yang asli adalah dirinya, bukan Darren. Mungkin saja berita itu benar. Itulah yang dipikirkan Alice.

Entah berita itu bener atau tidak, yang pasti ia merasa sangat bersalah kepada Darren.

"Kak!" Pintu terbuka. Dengan spontan Alice mengalihkan pandangan.

Tampak Alvin berdiri di sana. Tak menungu jawaban dari Alice, anak itu masuk dan berjalan mendekatinya.

"Kenapa?" tanya Alice to the point.

"Aku mau nemenin kakak di sini," jawab Alvin seperti anak kecil.

"Kakak bisa bertanya apa saja kepadaku. Aku akan menjawab dengan jujur," ucap Alvin sembari menjatuhkan tubuhnya di kursi. "Soal kak Darren juga boleh," lanjut anak itu masih dengan wajah polosnya.

"Tidak. Aku tidak ingin tahu soal itu," elak Alice cepat.

"Baiklah. Kalau kakak nggak mau bertanya, maka aku yang akan bercerita."

Alvin menghembuskan napasnya. "Tanggal lahir kak Darren adalah, 30 Desember. Warna kesukaan, aku tidak terlalu mengetahuinya tapi seperti pria lainnya, warna gelap. Kak Darren kurang tertarik dengan pertemanan, kecuali urusan bisnis dan urusan pack. Sahabat kak Darren hanya tiga orang, Kak Ryan, Kak Tasya dan Kak Alan."

You Are My Luna (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang