Setidaknya, aku masih beruntung. Dia pernah menjadi bagian spesial dari hidupku. Meski hanya sejenak, lalu pergi ke tempat dimana hatinya mendapatkan kenyamanan yang lebih dibanding saat bersamaku.
.
.
.Beberapa bulan setelah pernikahan Juni, Leon mantap untuk pergi meninggalkan Korea. Lelaki itu bahkan belum memiliki keberanian menyatakan niatnya untuk mencoba mendekati Heejin.
Sendiri, mungkin itu adalah pilihan terbaik untuknya saat ini. Mulai merasa jenuh dan bosan. Terlebih saat Heejin sudah sangat sibuk dengan pekerjaannya di Rumah Sakit. Leon pun mengambil inisiatif untuk mulai mengemasi semua barang-barangnya. Memang membosankan berdiam diri tanpa melakukan apa pun.
Lelaki itu sempat mengunjungi ibu Juni di Itaewon untuk berpamitan beberapa hari lalu. Meski wanita itu sempat merasa berat untuk mengiyakan dirinya pergi, Leon tetap pada pendiriannya. Terlintas dalam benaknya untuk mencoba menemui Juni, namun mengingat status Juni yang telah menjadi istri Rey, ia mengurungkan niatnya. Leon menyadari bahwa ia telah merasakan berada diposisi Juni. Dimana gadis itu berusaha mencintainya namun 'tak mudah bahkan gagal. Hal itulah yang coba ia lakukan terhadap Heejin.
.
.
Di ruang tunggu Rumah Sakit Yongsan, Juni terlihat gelisah dengan terus memandangi jam tangannya."Juni? Em, maksud saya Nyonya Juni... sedang apa disini? Siapa yang sakit?" tanya Heejin yang cukup terkejut melihat Juni.
"Jangan berbicara seformal itu Heejin," tuturnya lembut.
"Bisa kita makan siang berdua di rumah makan dekat sini?" tanya Juni dengan wajah penuh harap.Tak disangka Heejin malah melontarkan pertanyaan yang membuat Juni sedikit terkejut.
"Kau mau menanyakan Leon? Apa kau tidak takut kalau Rey tau?"
"... ikut aku, kita bicara di taman," ajak Heejin yang sejak tadi memasang wajah datar.Minuman soda masing-masing berada di genggaman mereka. Heejin terus meminumnya tanpa mengangkat topik pembicaraan. Sedang Juni masih menunduk dengan minuman soda yang masih utuh. Sesekali ia menoleh ke arah Heejin seakan ingin menanyakan sesuatu, namun dibelenggu oleh rasa ragu.
"Kau orang yang beruntung." Ucapan Heejin membuat Juni heran.
Heejin melanjutkan perkataannya dengan alasan bahwa Juni beruntung mendapatkan kasih sayang dari dua orang lelaki sekaligus. Heejin mengaku iri akan hal itu.
"Aku malah tersiksa," ucap Juni.
"Jangan egois." Heejin menatap Juni sinis.
"Kau pasti tau dimana Leon. Iya, kan?"
"Sekarang kau benar-benar menanyakan laki-laki itu. Sudahlah, dia sudah melupakanmu," ucap Heejin.
"Aku sudah mencurigaimu sejak awal, kau pasti tau. Kumohon beritahu aku," pinta Juni sambil memegang tangan Heejin dengan harapan ia akan mendapatkan informasi.
Heejin menghela nafas, lalu membalas genggaman tangan Juni dan berkata, "jangan sakiti Leon."
"Aku sama sekali tidak berniat menyakiti perasaannya, Heejin."
Meski cukup berat untuk mengatakan tempat tinggal Leon saat ini, Heejin terpaksa memberitahukannya. Setelah mendengar informasinya, Juni langsung memeluk Heejin dengan terus mengucapkan terima kasih berulang-ulang.
"Sudah, pergilah! Temui dia," pinta Heejin sambil melepaskan pelukan Juni.
"Aku tidak akan lupa dengan kebaikanmu hari ini, Heejin... aku pergi." Juni pergi dengan kebahagiaan yang terlihat jelas di wajahnya.
Air mata itu tanpa sadar telah menetes di pipi Heejin. Dadanya terasa sesak, tubuhnya seketika lemas.
"Seharusnya aku tidak perlu seperti ini," batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm sorry [Complete ✓️]
BeletrieKth x ksh x cew ⚠️BELUM REVISI Cinta juga bukan sebuah "penghargaan", tapi tentang seberapa berartinya ia dalam hidup saat mengenalnya. Antara kekecewaan dan cinta, manakah yang lebih lama untuk bertahan. Tapi jika terpaksa harus memilih, pasti akan...