24. Motivator

4.1K 228 4
                                    


Railin menghapus air mata di pipi, dengan tangannya. Ia berdiri, matanya tak henti menatap Arsan yang mulai menjauh dari Railin. Ada apa dengan Arsan? Kenapa dia pergi begitu saja?

"Arsan kemana?" tanya Railin pada Rey, Ardan, dan Joy.

"Arsan!" panggil Rey.

Arsan berhenti melangkah, Arsan berbalik dengan alis terangkat satu. "Apa?" tanya Arsan.

"Arsan, lo kenapa? Kenapa jadi kayak gini!" Bukan Rey yang bertanya, namun Railin.

Arsan diam menatap datar Railin, kemudian ia berbalik dan melanjutkan langkahnya tanpa berniat menjawab pertanyaan Railin. Dan entah kenapa, hati Railin terasa sakit. Ada apa dengan laki-laki itu, hingga dia pergi begitu saja. Mengapa sikapnya begitu aneh. Apa Railin melakukan kesalahan?

"Arsan kenapa sih?" tanya Sella yang juga ikut bingung atas sikap Arsan.

"Tahu dah, si Arsan kenapa sih? Gak biasanya," ujar Ardan.

"Arsan pasti lagi mode badmood, nih," tebak Joy.

Sedangkan di sisi lain, Arsan sudah berada di luar pemakaman tersebut. Arsan menghembuskan nafasnya kasar, tak habis pikir dengan dirinya sendiri. Kenapa dirinya bisa bersikap seperti ini. Railin bukan siapa-siapanya, Arsan pun juga tidak seharusnya terlalu ikut serta dalam kehidupan Railin.

Tidak biasanya Arsan ingin tahu tentang masalah seseorang, lalu ada apa dengannya hari ini. Ia merasa ingin mengetahui semua hal tentang kehidupan Railin. Arsan tahu, ini memang egois. Tapi apa salahnya jika dia ingin menjadi orang pertama, yang tahu tentang masalah dan kebahagiaan yang Railin rasakan.

Apa Arsan salah, peduli pada orang yang ia cintai. Apa Arsan salah bersikap seperti ini, tapi biarkan Arsan untuk hari ini menjadi orang yang egois.

Di sana, Railin yang sedang mengejar Arsan, melihat laki-laki itu tengah berdiam diri. Railin melangkah untuk mendekat pada Arsan. Setelah sampai didekat Arsan, Railin menepuk bbahunya dari belakang.

Arsan yang tersadar menoleh, ia melihat tangan yang berada di bahunya. Dia menyingkirkan tangan Railin dengan memutar bahunya, hingga tangan gadis itu terjatuh dari bahu Arsan.

Railin terkejut. Kenapa, Arsan sangat berbeda hari ini. Apa kesalahan yang telah dilakukan Railin, ataukah suasana hati Arsan yang memang sedang buruk. Rasanya aneh, saat Arsan mendiaminya.

Bahkan ini tidak ada satu hari, tetapi hati Railin terasa kosong. Air mata Railin mengalir, sebuah isakkan kecil terlontar dari bibirnya.

Kali ini Arsan yang terkejut, ketika mendengar isakkan tangis di belakangnya. Itu berasal dari Railin, Arsan berbalik menghadap gadis itu. Begitu Arsan berbalik badan, ia melihat Railin yang sedang menunduk dengan air mata yang keluar karena tidak tertahan di pelupuk matanya.

Arsan memejamkan matanya sekejap, untuk menetralkan perasannya. Kemudian beralih menatap Railin, yang masih menunduk.


Tak lama, Arsan memeluk Railin begitu erat. Jika bisa, Arsan ingin selalu seperti ini. Memeluk Railin, hingga Arsan tidak akan pernah kehilangannya. Bolehkah waktu berhenti sejenak, untuk hari ini saja. Memeluk Railin adalah sebuah kehangatan bagi Arsan.

RAISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang