Dentingan pedang yang nyaring menjadi alarm pagi bagi para keluarga kerajaan. Matahari belum memancarkan sinarnya tapi sang Pangeran Mahkota sudah bergelut dengan pedangnya di sebelah barat istana. Mata pedang yang tajam kebanggaan nya itu sedari tadi terus menebas tonggak kayu dihadapannya yang ia jadikan musuh pagi ini.
Buliran keringat yang sedari tadi menetes karena lelah ia hiraukan. Ia terdiam sejenak ketika cahaya matahari mulai menampakan dirinya di ufuk timur. Sang Pangeran memejamkan mata sejenak bersyukur dengan semua anugrah yang ia dapatkan selama hidupnya.
Sinar matahari perlahan mulai menerangi bumi dan seisinya membangunkan mereka yang masih terlelap di dunia mimpinya. Suasana di kerajaan perlahan lahan mulai menghangat menyambut hari baru. Dari kejauhan Raja Henry terlihat memperhatikan putra sulungnya dengan bangga. Sang Pangeran Mahkota tidak pernah mengecewakannya sedikitpun.
"Kerja bagus Arthur!" ucap sang Raja bangga melihat kemampuan memukau putranya.
"Ah.. Yang Mulia, terima kasih." Pangeran Arthur membungkuk tanda hormat, ia menghentikan kegiatannya begitu melihat kehadiran ayahandanya.
Sang Raja tersenyum bangga dengan perkembangan putranya yang selalu membuatnya kagum sampai saat ini.
"Segeralah bersiap Pangeran, banyak yang harus kau lakukan hari ini." Raja Henry menepuk pundak Pangeran Arthur dengan lembut.
"Baik Yang Mulia, hamba akan segera bersiap setelah ini." Pangeran Arthur tersenyum lembut dan sedikit membungkukan badannya tanda hormat.
Raja Edgar berlalu meninggalkan Pangeran Arthur yang menghela nafasnya dibelakang. Menjadi Pangeran Mahkota bukanlah hal yang mudah, ya tentu saja karena sebagian dari tanggung jawab kerajaan berada dikedua pundak Pangeran Mahkota sebagai calon Raja di masa yang akan datang. Pangeran Arthur terduduk di lapangan menenggak air minumnya sampai tetes terakhir. Mengabaikan pakaian atasnya yang sedikit basah karena air minumnya tadi.
Manik dark coklat itu menatap langit dengan sempurna dan penuh kekhawatiran. Entah apa yang sang Pangeran pikirkan dipagi hari seperti ini saat semua orang baru terbangun dari dunia khayalan mereka. Di tempat yang tak terlalu jauh, terlihat seseorang diam diam memperhatikan Pangeran Arthur sejak tadi. Ia menyesap cangkir yang berisi minuman hangatnya yang sejak tadi ia genggam.
Penampilannya masih sedikit berantakan khas orang bangun tidur, manik mata kelamnya sejak tadi terfokus pada satu objek tanpa berkedip sedikitpun. Wajahnya yang rupawan tak menunjukan ekspresi apapun entah apa yang dipikirkannya
"Oi, Arthur!" ucapnya nyaring.
Sang Pangeran yang merasa namanya terpanggil menolehkan kepalanya kearah sumber suara. Kelopak matanya sedikit menyipit mengenali siapa objek yang menyerukan namanya dengan lumayan keras dipagi hari seperti ini. Sang Pangeran Mahkota tersenyum penuh arti begitu melihat siapa yang sudah repot repot meneriakinya dipagi hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
[REVISI] Elios - The Lost Prince
FantasyAku pernah tulus, dulu sebelum semua ini terjadi. Sebelum amarah menguasai seluruh hatiku dan membuatnya mati rasa, dan memegang penuh kendali atas diriku yang sekarang. Aku lelah, aku melakukan semua hal dengan tulus. Tapi semua orang melihatku sep...